KHUTBAH JUMAT: MEMBANGUN BANGSA TANPA KORUPSI

Tulisan  berjudul: “Khutbah Jum’at: Membangun Bangsa Tanpa Korupsi” telah dimuat pada Tabloit  NU News, No. 2  Edisi Minggu Ke-1 Oktober 2011 hal.3 Kol.1-4 



KHUTBAH  JUMAT: MEMBANGUN BANGSA  TANPA KORUPSI

Pada hari Jum’at, 23 September 2011 lalu, Ketua Lakpesdam Nahdlatul Ulama Sumatera Utara;  Ir.Hamzah Lubis, SH.,M.Si meluncurkan buku: Khutbah Jumat Kejujuran: Gerakan Moral Pencegahan Korupsi. Peluncuran buku ini dilakukan di lantai-3 Aula Kantor PW NU Sumatera Utara di Jl. Sei Batang Hari Medan, dikaitkan dengan kegiatan Halal Bi Halal PW NU Sumatera Utara yang dihadiri PB NU, Pengurus, Lembaga, Lajnah, Banom dan beberapa pengurus PC NU. Lakpesdam NU Sumatera Utara pada tahun sebelumnya telah pula menerbitkan buku Khutbah Jumat Anti Trafficking bekerjasama dengan ICMC, Solidarity Centre dan Usaid.
Khutbah Jumat Kejujuran ini terbit atas kerjasama Lakpesdam NU Sumatera Utara dengan Kemitraan dan UN-ODC. Khutbah yang ditulis Prof. Dr. H. Pagar Hasibuan, M.Ag (Rois Syuriyah), Drs. H. Musaddad Lubis, M.Ag (Katib Syuriyah) dan Drs. Sahdin Hasibuan, M.Ag (Ketua PW Lembaga Dakwah) Nahdlatul Ulama Sumatera Utara. Khutbah ini dibagikan secara geratis kepada pengurus dan warga NU. Turut menerima buku Khutbah Jumat tersebut adalah K.H. As’ad Ali Wakil Ketua PB NU, H. Ashari Tambunan ( Ketua PW NU-SU),   Pengurus, Tokoh dang anggota NU yang hadir.
Hamzah Lubis sebagai Ketua Lakpesdam NU Sumatera Utara, dalam kata sambutannya menyebutkan bahwa korupsi sebagai bahaya laten telah merambah ke semua sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.  Korupsi harus dihapuskan. Generasi jujur dan anti korupsi harus tumbuh dan harus dilahirkan secara terus menerus. Oleh karena itu Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama Sumatera Utara melakukan gerakan anti korupsi.
Pada tahun 2010 - 2011, Lakpesdam  fokus pada penyadaran masyarakat untuk melahirkan generasi jujur.  Media penyadaran berupa:  spanduk, leaflet, pin, khutbah jumat dan  tabloid. Program penguatan kelembagaan berupa: pertemuan tokoh-tokoh  NU di tingkat kabupaten/kota,  pelatihan dai anti korupsi,  dan pelatihan pengelolaan sekolah jujur dan kantin kejujuran sekolah. Penerbitan Khutbah Jum’at Kejujuran adalah bahagian dari media sosialisasi. Untuk itu kami berharap agar Khutbah Jum’at Kejujuran ini dapat menjadi materi khutbah, materi dakwah dan materi pelatihan. 
H. Ashari Tambunan, Ketua PW NU Sumatera Utara dalam kata sambutan penerbitan buku khutbah ini mengharapkan agar semua pembaca khutbah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan terus berusaha untuk mematuhi  segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sehingga mudah-mudahan kita  akan meningggalkan dunia  yang fana ini dengan  hati yang beriman dan perbuatan yang bersih dari segala cela kehidupan dunia.
            Menurut Ashari, sejak awal berdirinya, Nahdlatul Ulama menempatkan kepentingan masyarakat sebagai orientasi gerakannya. Cita-cita luhur tersebut dirangkai dalam bentuk Mabadi Khaira Ummah yang berarti perinsip-perinsip  yang digunakan untuk  mengupayakan terbentuknya  tatanam kehidupan masyarakat  yang ideal, yang terbaik; yaitu masyarakat yang mampu melaksanakan tugas-tugas  amar ma’ruf nahi munkar.
            Prinsip pertama dari Mabadi Khaira  Ummah adalah al-shidg. Perinsip ini mengandung  arti : jujur, sungguh-sungguh dan terbuka. Al-Shidq dalam arti jujur adalah kesesuaian  antara pikiran, perkataan dan perbuatan.  Sehingga mudah diketemukan  korelasi antara ide, konseptualisasi dan inplementasi. Setiap orang dituntut jujur kepada diri sendiri , kepada sesama dan kepada Allah SWT.
            Oleh karena itu, ketika Lakpesdam-NU Sumatera Utara melakukan gerakan kejujuran, itu artinya Lakpesdam NU kembali melaksanakan amadah organisasi sebagai pelaksanaan perinsip pertama dari Mabadi Khaira Ummah. Dengan begitu, maka PW Nahdlatul Ulama Sumatera Utara mendukung kegiatan ini, termasuk penerbitan khutbah Jum’at Kejujuran ini. Ashari berharap agar     buku Khutbah Jum’at Kejujuran ini bisa menjadi acuan bagi para juru  Khutbah Jum’at untuk berpartisipasi menegakkan amar makruf nahi munkar, berjihat di jalan Allah SWT untuk menghindari umat Islam dari perbuatan tidak jujur.
  
            Khutbah  Membangun Bangsa Bermartabat
Penerbitan Khutbah Jumat Kejujuran oleh Lakpesdam NU Sumatera Utara mengingatkan saya akan sebuah buku tebal yang diterbitkan Tim Kerja Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi Pengurus Besar  Nahdlatul Ulama, tahun 2005. Buku itu berjudul: Kumpulan Khutbah - Khutbah Jumat: Membangun Bangsa Bermartabat Tanpa Korupsi. Penanggung jawab penerbitan ini adalah KH. Hazim Muzadi dengan Wakil Penanggung Jawab H. Rozy Munir, SE, M.Sc dan H. Abbas Mu’in, MA. Sebagai penulis & penyusun Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA; Drs. HM. Mujib Qulyani, MH; Drs. H. Wawan Djunaidi, MA dan Zamzami, S.Ag, M.Si. 
Editor khutbah jumat ini adalah Sultonul Huda, Arifah CH Fauzi dan A. Chumaedi. Khutbah Jumat ini memuat 33 topik khutbah yang berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan korupsi. Menurut editor, bahwa korupsi tidak hanya menjadi soal mentalitas tetapi juga sudah menjadi bagian dari system yang terorganisir diberbagai sektor masyarakat. Dengan kata lain terjadi peraktek korupsi tidak melulu didasari mentalitas korup sebagian orang, melainkan juga didorong oleh adanya kesempatan yang lahir dari system tersebut.
Karena menjadi masalah mentalitas sekaligus system, pada titik tertentu kemapanan korupsi  bisa mendorong lahirnya budaya permisif di masyarakat. Masyarakat boleh jadi membenci  dan mengutuk korupsi, akan tetapi mereka harus menerima  dan mengikuti saja  dampak system yang sudah teracuni oleh tindakan merugikan tersebut.
Tidak semua orang, terutama dipedesaan , mau dan mampu mengikuti secara  seksama liputan-liputan media tentang berbagai  peristiwa  yang berkaitan dengan tindakan-tindakan korupsu , meskipun sudah menjadi rahasia umum  bahwa tindakan merugikan itu merebak dimana-mana, terutama dilingkungan kekuasaan. Bahkan saking umumnya, sebagian masyarakat merasa apatis  terhadap gerakan – gerakan  yang dilakukan dalam rangka pemberantasan korupsi. Apatisme ini tentu saja akan memberi dampak  negative bagi masa depan pemberantasan korupsi itu sendiri. Dismping itu, jika apatisme semakin besar  dan menyebar ke seluruh kelompok masyarakat, dikhawatirkan akan semakin mengundurkan peran masyarakat  dalam upaya pemberantasan korupsi.
Penerbitan Khutbah Jumat: Membangun  Bangsa Bermartabat Tanpa Korupsi, menurut KH.Hazim Muzadi merupakan bagian dari komitmen NU untuk melakikan amar makruf  nahi munkar. NU telah berkomitmen untuk terlibat dalam  upaya melakukan  pemberantasan korupsi, baik dalam internal organisasi, warganya, maupun dalam konteks kehidupan eksternal yakni kehidupan  masyarakat dan pemerintah. PB NU mengupayakannya semaksimal  mungkin untuk menjalankan komitmen terhadap pemberantasan korupsi. Oleh karenanya pengurus-pengurus NU daerah seluruh Indonesia, para ulama dan tokoh-tokoh Nu harus menyambutnya dengan  suka cita dan mendorongnya sebagai sebuah jihad agama. Konteks jihad dikarenakan masalah korupsi telah menjadi  kategori merusak. Kerusakan tidak hanya  bersifat pribadi tetapi telah merusak tatanam masyarakat  dan Negara. Jihat ini menjadi bagian dari upaya melakukan  amar makruf nahi munkar.*

           






           

No comments:

Post a Comment