Tulisan Dr.Ir.Hamzah Lubis,SH.,M.Si berjudul “Renungan: Menemukan Pribumi Asli
Indonesia”, dimuat pada SK. Perestasi Reformasi di Medan, No.498 Thn ke
XVII, tanggal 20 Agustus 2016,
hal.6 Kol.1-7
Hamzah Lubis,
Bsc.,Ir.,SH.,M.Si,Dr
*Dewan Daerah Perubahan Iklim
Provsu *Mitra Baharai Provsu *Komisi Amdal Provsu
*Komisi Amdal Medan *Pusat Kajian Energi Terbarukan-ITM *Jejaring HAM KOMNAS
HAM-RI
*KSA XLII/1999 LEMHANNAS
*aktifis hukum/ham/lingkungan/pendidikan
Ketika pasca kerusuhan Tanjungbalai,
Sumatera Utara terjadai Jum,at 29 Juli 2016 lalu, kata-kata prubumi dan non-pribumi,
penduduk lokal dan pendatang, WNI dan WNI keturunan semakin serinng terdengar
di perbincangan masyarakat. Sering kali kita beranggapan, bahkan kita sebagai pribumi
dan menganggap orang lain sebagai pendatang (non-pribumi). Non-pri sering
diidentikkan kepada WNI yang belakangan bermigrasai ke Indonesia, misalnya WNI
etnis Tionghoa. Sebagai pribumi (asli?), ia merasa memiliki hak-hak lebih dibanding
dengan WNI (non-pribumi). Pertanyaan yang perlu dilakukan, siapa yang
sebenarnya pribumi (asli) Indonesia?
Gelombang Migrasi
Arkeolog
dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Harry Truman Simanjuntak, mengatakan,
keberadaan manusia Indonesia dipengaruhi gelombang kedatangan dan jalur
perjalanan yang berbeda walaupun asal-usulnya tetap satu, yaitu dari Aprika (out of Africa). Kapan manusia modern (Homo sapiens) keluar dari Afrika memang
masih kontroversi. Ada versi terjadi 100.000 tahun dan 70.000 tahun lalu.
Populasi Papua
(Nusantara) dan Aborigin (Australia) menjadi bagian migrasi besar pertama manusia
dari Afrika, sekitar 70.000 tahun lalu dengan menyelusuri garis pantai
sepanjang khattulistiwa. Sekitar 50.000 tahun lalu mencapai Nusantara (Papua)
dan 46.000 tahun lalu mencapai Australia (Aborigin). Mereka menjadi nenek
moyang warga Indonesia di kawasan timur yang kerap disebut Melanesia.
Bukti-bukti
keberadaan migrasi awal manusia modern ini bisa ditemui di banyak situs di Jawa
Timur (Song Terus, Braholo, dan Song Kepek), Sulawesi Selatan (Lebang Barung
dan Leang Sekpau), serta sejumlah
wilayah lain Indonesia. Demikian juga, temuan lukisan tangan di Leang Timpuseng, Maros, berusia 40.000 tahun.
Lukisan tangan tertua di Indonesia, yang berasosiasi dengan kelompok migrant
pertama dari Afrika.
Gelombang
migrasi besar ke-dua, diakhir zaman es, sekitar 12.000 tahun lalu, hingga
10.000 tahun lalu. Gelombang migrasi besar kedua ke Nusanatara akibat terjadinya
perubahan iklim. Para migrant datang dari Asia daratan, membuat diaspora ke berbagai arah, termasuk ke
Nusantara. Kelompok migrant yang dikenal sebagai Austromelanesia atau
Austroasiatik ini lalu mengembang hunian goa yang sebelumnya yang dilakukan
manusia migran pertama serta melanjutkan tradisi berburu dan meramu.
Gelobang
migrasi besar ketiga, ke Nusantara adalah kedatangan populasi Mongolit atau Austronesia (out of Taiwan) sekitar 5. 000 sampai 4.000
tahun lalu. Migrasi keempat terjadi di zaman sejarah berupa kedatangan orang
India, Arab, Tiongkok dan Eropa ke Nusantara, baik karena kepentingan
perdagangan, agama maupun penjajahan.
Kajian Genetika
Hasil penelitian
membuktikan telah terjadi perkawinan nenek moyang manusia purba, sehingga ada
hubungan antara kita (manausia modern) dengan “sepupu” kita yang telah punah. Perkawinan
Manusia awal dan Neanderthal Timur yang hidup sekitar 100.000 tahun lalu,
ketika diperiksa ternyata genom dari wanita Neanderthal menunjukan bagian dari
DNA manusia. Manusia Neanderthal Barat yang hidup sekitar 40.000 tahun lalu,
hasil penelitian DNA pada kerangka manusia dari Romania menunjukkan bahwa nenek
moyangnya adalah Neaderthal.
Manusia
dan Denisovan, yang hidup 45.000 tahun lalu. Manusia ini mencapai Papua dengan
membawa gen Denisova. Neaderthal Timur dan Denisova, yang hidup pada tahun
50.000 tahun lalu, kemungkinan kedua gen saling bertemu di Asia. Denisovan dan
misteri hominin (manusia kerdil) lebih dari 30.000 tahun lalu. Genon kuno
menunjukkan perkawinan campur kelompok manusia seperti di Eropa dan Asia.
Tentang Orang
Kerdil, diyakini oleh sebagian masyarakat masih ada di beberapa tempat di Pulau
Sumatera. Hal ini terbukti, masyarakat memberi sebutan terhadap manusia kerdil
ini. Orang Rokan Hilir (Provinsi Riau) dan Minangkabau (Sumatera Barat)
menyebutnya Leco. Masyarakat Bengkulu dan daerah Sumatera
bagian Selatan menyebut Gugu, Segugu
atau Senggugu. Masyarakat Bengkulu
Selatan menyebut Sebaba. Masyarakat
Sumatera Selatan menyebut Sedapa atau
sedapak. Demikian juga masyarakat
Rawas menyebut Atu Rimbu atau Atu Rimbo.
Toba dan kepunahan manusia
Orang di Sumatera
Utara mesti menyadari bahwa bencana Gunung Toba telah hampir memusnahkan
manusia dan pradabannya dari planet bumi ini. Dampak letusan Gunung Toba di
Sumatera Utara 74.000 tahun lalu nyaris menusnahkan manusia. Letusan gunung api Toba ini, terkuat di Bumi dalam jangka waktu 2 juta
tahun terakhir. Letusannya menyebabkan atmosfir bumi berselimut lapisan tebal
aerosol sulfat bertahun-tahun.
Riset yang
dilakukan ahli genetika dari University of Oxford, Stephen Oppenheimer,
menyimpulkan, letusan Toba mempengaruhi
sejarah migrasi manusia. Bersama
Martin Richards dari University of Leeds (Inggris), Oppenheimer berteori,
setelah manusia keluar daerah tanduk Afrika, 120.000 tahun lalu, Homo sapiens
mengalami kemacetan populasi 74.000 tahun lalu. Saat itu populasi manusia
diperkirakan menyusut dari puluhan ribu—menurut perhitungan Kenneth Weiss,
1984—menjadi 3.000-10.000 orang di Afrika. Degradasi populasi manusia mendekati
kepunahan ini akibat dari Letusan Gunung Toba.
Teori Letusan
Toba dan degradasi penduduk dunia, kembali dikemukakan antropolog Stanley H
Ambrose dari University of Illionis, tahun 1998
dengan teori “skenario musim dingin vulkanik”. Teori ini untuk menjelaskan kemacetan populasi manusia
modern 71.000-60.000 tahun lalu. Dengan mencocokkan tahun letusan Toba, Ambrose
menyimpulkan, letusan gunung di Sumatera itu memicu musim dingin vulkanik yang
menimbulkan kekacauan populasi.
Orang Indosia Asli
Secara klasik
manusia Indonesia saat ini, biasanya dibagi menjadi dua kelompok, penutur Austronesia dan penutur Papua. Pengelompokan
ini berdasarkan bahasa, kebudayaan dan ciri fisik. Namun hasil penelitian
terbaru, terjadi pembauran budaya dan genetika diantara dua penutur sejak
perjumpaannya ribuan tahun lalu. Orang Melanesia, berkulit hitam,
rambing keriting, kebudayaan yang khas seperti tenun ikat, arsitektur dan seni
ukir berbeda dengan Austronesia.
Secara biologis,
hanya satu ras manusia modern yaitu Homo sapiens yang awalnya tinggal di Afrika.
Mayoritas masyarakat Indonesia memiliki motif genetic Austronesia, sebagain
kecil Austroasiatik, Papua dan India. Secara gradual terjadi diaspora
Austronesia dan Austroasiatik ke Indonesia Timur menjadi Australomelanesia.
Sebaliknya Australomelanesia bergerak dari timur ke barat. Intraksi diantara
mereka melahirkan pembauran budaya dan genetika.
Motif Papua ada
di hampir semua etnis yang diteliti di Indonesia meski jumlahnya amat kecil. Adanya
motif genetic Papua dihampir seluruh etnis Indonesia, menunjukkan bahwa etnis
Papua lebih dulu menghuni pulau-pulau sebelum kedatangan masyarakat Austronesia
dan Austroasiatik. Masyarakat Papua kemungkinan tiba di Nusantara dari Afrika
melalui India Belakang, lalu menyebar hingga Australia 50.000 tahun lalu,
dibuktikan dari jejak arkelologi di Australia. Bila kita mengakui adanya
manusia kerdil yang hidup di hutan-hutan Pulau Sumatera, ia adalah migrant yang
lebih dahulu menguni Nusantara 30.000 tahun lalu.
Akibat
kawin-mawin, tiap-tiap suku bangsa memiliki jenis gen dan prosentase gen yang
berbeda. Misal suku bangsa Melayu didominasi Austronesia, disusul genetic
Austro Asiatik, Hmong-Mien, Tai-Kadai,
Indo-Eropa. Suku bangsa Batak Toba dengan genetic dominan Austronesia disusul
genetic Austro-Asiatik, Tai-kadai, Indo-Eropa dan Niger-Kongo. Pada sisi lain,
genetic Papua tidak ada hanya pada suku bangsa Mentawai dan Nias. Bila beranjak
dari data ilmiah ini, adanya anggapan bahwa suku bangsa Nias berasal atau
serumpun dari satu suku bangsa di Sumatera terbantahkan.
Penutup
Bila kita mau jujur, bahwa manusia
modern Austronesia, yang sering menyebut dirinya manusia pribumi asli Indonesia
adalah tidak lebih dari migrant ke
Nusantara sekitar 5.000-4000 tahun lalu. Memang ia menguasai (menjajah?)
Nusantara. Padahal sudah ada sebelumnya migrant Nusantara seperti Austroasiatik
11.000 tahun lalu, manusia kerdil 30.000 tahun lalu, manusia desinova yang
bermigrasi 45.000 tahun lalu. Bukankah kita
migrant yang “menjajah” Orang Rimba (Kubu) di Jambi, orang Kampai di
Pasaman dan etnis prubumi yang lebih asli dari kita? Bukankah Orang Rimba (Kubu) di Jambi, orang
Kampai di Pasaman dan etnis migrant
seperiodenya menjadi penjajah bagi Orang Kerdil di Kerinci Seblat? Kalau
begitu, masih layakkah kita menyebut sebagai manusia pribumi asli Indonesia?
Jika kita masih ngotot menyebut pribumi asli, bukankah bila seandainya etnis
Tionghoa, Eropa, Arab menjadi mayoritas di Nusantara dan orang Melayu
terpinggirkan atau mengilang, maka etnis Tioghoa, Eropa atau Arab akan menyebut pula dirinya peribumi Indonesia
asli!
Nama: Dhimas kurniawan
ReplyDeleteNim : 17202196
kelas: 4m4
Mata kuliah :pengendalian lingkungan industri
jika kita telusuri lebih jauh tentang 'orang pribumi' maka kita akan dibawa kedalam jaman jauh sebelum manusia modern sepertri sekarang,menurut sejarah manusia yang paling lama tinggal dibumi nusantara ini ialah Homo erectus mereka berada di nusantara yaitu sekitar 1,7 tahun.seperti yang dijelaskan di museum sangiran jawa tengah mereka ini bermigrasi dari daerah afrika,lalu kedatangan ke2 homo sapiens(malanesia)sama seperti homo erectus mereka juga berasal dari afrika,untuk gelombang pertama itu berlangsung sekitar 100 tahun dan gelombang ke2 sekitar 70 ribu tahun yang lalu.manusia modern pertama yang sampai ke wilayah nusantara ini berciri melanosoid,masih banyak lagi pendatang setelah 2 penjelsan diatas diantaranya seperti: etnis semitic,etnis india,etnis arab.
dalam polemik sosial masyarakat moedern Indonesia,sebetlnya definisi dari 'kaum pribumi' itu sendiri sangat rancu.jika indikator 'pribumi' adalah masyarakat yang paling lama tinggal,maka berarti yang pantas disebut pribumi asli indonesia adalah homo erectus yang tinggal di nusantara ini selama 1,5 juta tahun.Tapi jika definisi 'pribumi' itu manusia modern yang pertama kali datang ke nusantara ini maka jawabannya adalah rumpun malanesia yang sekarang dipresentasikan oleh suku-suku di papua.terlepas dari semua definisi itu,saya punya pendapat bahwa.. PADA HAKIKATNYA SEMUA MANUSIA YANG ADA DI INDONESIA ITU ADALAH PENDATANG.