Prosiding
Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Untuk Ketahanan Pangan, ISBN ........,
oleh IKA PSL USU tanggal 28 Maret 2018 di
Medan, hal.........
PERANAN
LAMA BERBAGAI SUHU PERENDAMAN TERHADAP
UJI
KECAMBAH BIJI PEPAYA (Carica papaya L.)
PADA
WADAH PRA-KECAMBAH
Muhammad Husaini Assauwab(1), T
Cahairun Nisa(2), Revandy Damanik(3)
Program Magister Agroekoteknologi
Fakultas PertanianUniversitas Sumatra Utara(1,2,3)
Abstrak
Pepaya merupakan salah satu buah tropika
unggulan yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia.Berbagai
perlakuan untuk memecahkan dormansi biji pepaya telah dilakukan, dari pembuangan
sarcotesta dan pemberian KNO3 (Faustina et al, 2012), perlakuan suhu
(Nurma, 2004) telah menunjukkan hasil yang bervariasi,
sehingga masih belum ada informasi yang pasti tentang cara atau perlakuan yang
paling tepat untuk memecah dormansi biji pepaya. Karena itu, peneliti ingin
melakuakan penelitian tentang Peranan Lama Berbagai Suhu Perendaman Terhadap uji
Kecambahan Biji Pepaya (Carica papaya L) pada Pra-kecambah yang Berbeda. Parameter yang dilihat yaitu kecambah
normal, kecambah abnormal, kecambah mati dan benih tidaak tumbuh.. Dari perlakuan ini jelas menunjukkan bahwa adanya
pengaruh dari peranan berbagai suhu perendaman terhadap uji Kecambahan Biji Pepaya (Carica
papaya L) pada Pra-kecambah.
Keyword : Suhu, Lama, Wadah, Perkecambahan, Biji
Pepaya
1.
PENDAHULUAN
Perkecambahan biji pepaya (Carica pepaya)
dipengaruhi oleh banyak factor, seperti lingkungan, suhu, cahaya, pH, oksigen,
dan kelembaban tanah (Lange, 1961). Pembudidayaan tanaman pepaya biasanya dilakukan
dengan perkembang-biakan menggunakan biji. Akan tetapi masalah yang dihadapi
dalam perkembang-biakan menggunakan biji adalah lamanya proses berkecambah biji
apabila biji tidak diberi perlakuan, karena biji pepaya mempunyai masa dormansi
lama mencapai 6 tahun pada suhu 10OC di tingkat kelembaban
9-10%(Ellis et al. 1985), oleh sebab
itu perlunya perlakuan yang medukung dalam perkecambahan.
Berbagai perlakuan untuk memecahkan dormansi biji
pepaya telah dilakukan, dari pembuangan sarcotesta dan pemberian KNO3
(Faustina et al, 2012), perlakuan
suhu (Nurma, 2004) telah menunjukkan hasil yang berfariasi, sehingga masih
belum ada informasi yang pasti tentang cara atau perlakuan yang paling tepat
untuk memecah dormansi biji pepaya. Karena itu, peneliti ingin melakuakan
penelitian tentang Peranan Lama Berbagai Suhu Perendaman Terhadap Perkecambahan
Biji Pepaya (Carica papaya L) pada
Wadah yang Berbeda.
Suhu perendaman berpengaruh terhadap daya tumbuh
benih, kecepatan tumbuh benih, indeks vigor dan panjang hipokotil benih pepaya
(Carica papaya L.). Perlakuan benih memberikan kecepatan tumbuh yang
paling baik karena air dan oksigen yang dibutuhkan untuk perkecambahan dapat
masuk ke benih tanpa halangan sehingga benih dapat berkecambah. Benih dengan
perlakuan air panas mengalami peningkatan per-kecambahan (Aisah et al 2016). Penga-matan (Bittencourt, et al, 2017) dengan pengikatan suhu dari 15 sampai 35 CO
pada kondisi inkubasi, meningkatkan daya kecambah dan mortalitas benih.
Lisarini at al (2011) dan Aisahet al (2016) dalam penelitian
dengan perlakuan suhu per-endaman mempercepat 1 – 2 hari, pada suhu 50OC,
60OC dan 75OC dibandingkan control.
Peres et al., (1980) mengungkapkan bahwa perendaman
benih pepaya dalam larutan yang
mengandung KNO3 dan KH2PO4 meningkatkan
perkecambahan pada benih. Tokuhisa et.al.,
(2007) perlakuan terbaik untuk mengatasi
dormansi pada biji pepaya perendaman selama 24 jam dan pada perendaman benih
dengan KNO3 dengan waktu 30,
60 dan 90 menit. Upaya dengan perendaman mening-katkan daya kecambah disbanding-kan
dengan control pada pertumbuhan bibit pepaya (Meena, 2017).
2.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 3 faktor
perlakuan yaitu :
Faktor I
:Lama
Perendaman (P) yang terjadi atas 3 taraf, yaitu :
P1 : 12 jam perendaman
P2 : 24 jam perendaman
P3 : 36 jam perendaman
Faktor II : Suhu Perendaman (S) yang terdiri
atas 4 taraf, yaitu:
S0 : Suhu normal air (kontrol)
S1 : Suhu 30O C
S2 : Suhu 50O C
S3 : Suhu 70O C
Faktor III :
Wadah perkecambahan2 taraf, yaitu :
Tabel 1. Rataan Laju Kecambah Normal (%) pada
efek suhu perendaman dan lama
perendaman pada perkecambahan benih pepaya pada wadah.
|
|||||||
Suhu
|
Wadah
|
Lama Perendaman
|
Rataan
|
Rataan P
|
|||
Perendaman
|
Pra-Kecambah
|
S0
|
S1
|
S2
|
S3
|
||
(Kontrol)
|
(30°C)
|
(50°C)
|
(70°C)
|
||||
P1 (12 Jam)
|
W1 (Terbuka)
|
98.33
|
98.33
|
98.33
|
98.33
|
98.33
|
97.71a
|
W2 (Tertutup)
|
100.00
|
96.67
|
95.00
|
96.67
|
97.08
|
||
P2 (24 Jam)
|
W1 (Terbuka)
|
96.67
|
100.00
|
96.67
|
96.67
|
97.50
|
97.29a
|
W2 (Tertutup)
|
96.67
|
96.67
|
96.67
|
98.33
|
97.08
|
||
P3 (36 Jam)
|
W1 (Terbuka)
|
96.67
|
98.33
|
98.33
|
95.00
|
97.08
|
96.88a
|
W2 (Tertutup)
|
100.00
|
96.67
|
98.33
|
91.67
|
96.67
|
||
Rataan S
|
98.06a
|
97.78a
|
97.22a
|
96.11a
|
|||
Rataan W1
|
97.64a
|
||||||
Rataan W2
|
96.94a
|
W1: perkecambahan
didalam botol plastik yang terbuka
W2: perkecambahan
didalam botol plastik yang tertutup
Jumlah ulangan : 3
Jumlah unit
percobaan: 72 unit
Jumlah
benih/perlakuan : 50 benih
Jumlah benih
tiap ulangan : 1200 benih
Jumlah benih
seluruhnya : 3620 benih
Dari hasil penelitian dianalisis dengan
menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai
berikut :
Yijkl = µ + ρi + αj + βk +γl
+(αβ)jk+(αγ)jl+(βγ)kl +(αβγ)jkl + εijkl
Data hasil penelitian pada perlakuan
yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan menggunakan uji jarak
berganda Duncan dengan taraf 5 % (Sastrosupadi,
2000).
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil pengamatan dan
analisis sidik ragam penelitian (Lampiran
2 – 9) diketahui bahwa efek suhu dan lama perendaman pada perkecambahan
biji pepaya berpengaruh nyata terhadap parameter Daya kecambah (Kecambah
Normal, Kecambah Abnormal, Kecambah Mati dan Benih Tidak Berkecambah.
Kecambah Normal
Berdasarkan analisis
sidik ragam diketahui bahwa perlakuan interaksi lama perendaman dan Suhu
Perendaman nyata terhadap kecambah normal sedangkan
Tabel
2. Rataan
Kecambah Normal (%) pada interaksi
antara lama perendaman dengan suhu perendaman.
|
|||||
Lama
|
Suhu Perendaman
|
Rataan
|
|||
Perendaman
|
S0
|
S1
|
S2
|
S3
|
|
(Kontrol)
|
(30°C)
|
(50°C)
|
(70°C)
|
||
P1 (12 Jam)
|
99.17a
|
97.50a
|
96.67ab
|
97.50a
|
97.71a
|
P2 (24 Jam)
|
96.67ab
|
98.33b
|
96.67ab
|
97.50a
|
97.29a
|
P3 (36 Jam)
|
98.33a
|
97.50a
|
98.33a
|
93.33a
|
96.88a
|
Rataan
|
98.06a
|
97.78a
|
97.22a
|
96.11a
|
lama
perendaman, suhu perendama, wadah kecamba, interaksi perendaman dan wadah
pra-kecambah, interaksi suhu perendaman
dan wadah pra-kecambah dan interaksi
interaksi suhu perendaman , lama perendaman dan wadah perkecambahan berpengaruh
tidak nyata terhadap kecambah normal. Rataan kecambah normal dan hasil uji
jarak Duncan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa kecambah normal
tertinggi pada
per-lakuanperendaman yang persentase kecambah normal tertinggi pada perlakuan
12 jam (P1)
dengan 97.71% dan per-sentase kecambah
normal terlihat pada perlakuan
perendaman 36 jam (P3) dengan
nilai 96.88%. Untuk kecambah normal pada perlakuan suhu perendaman terdapat pada perlakuan suhu normal air (kontrol)(S0)
dengan 98.06% dan terendah terdapat pada perlakuan disuhu 70OC
(S3) dengan nilai 96.11%. Lalu pada perlakuan wadah pra-
kecambah dengan terbuka (W2)
tidak nyata dengan wadah yang tertutup (W1), tabel 1
menunjukkan W1 dengan per-sentase
97.64% dan W2 96.94%.
Dari tabel 2 terlihat bahwa interaksi perlakuan suhu
perendaman (S) dan lama perendaman untuk kecambah normal (%) tertinggi
diperoleh pada perlakuan suhu perendaman kontrol (S0) dan
dengan perendaman selama 12 jam (P1) dengan nilai 99.17% yang berbeda nyata dengan S0W2
dan berbeda nyata dengan perlakuanlainnya.
Gambar 1. Kecambah
Normal(Doc: Assauwab, 2017)
|
Tabel
3. Rataan Kkecambah Abnormal (%) pada
efek suhu perendaman dan lama
perendaman pada perkecambahan benih pepaya pada wadah.
|
|||||||
Suhu
|
Wadah
|
Lama Perendaman
|
Rataan
|
Rataan P
|
|||
Perendaman
|
Pra-Kecambah
|
S0
|
S1
|
S2
|
S3
|
||
(Kontrol)
|
(30°C)
|
(50°C)
|
(70°C)
|
||||
P1 (12 Jam)
|
W1 (Terbuka)
|
1.67
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
0.42a
|
0.42a
|
W2 (Tertutup)
|
0.00
|
1.67
|
0.00
|
0.00
|
0.42a
|
||
P2 (24 Jam)
|
W1 (Terbuka)
|
1.67
|
0.00
|
1.67
|
0.00
|
0.83a
|
0.83a
|
W2 (Tertutup)
|
1.67
|
1.67
|
0.00
|
0.00
|
0.83a
|
||
P3 (36 Jam)
|
W1 (Terbuka)
|
1.67
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
0.42a
|
0.42a
|
W2 (Tertutup)
|
0.00
|
1.67
|
0.00
|
0.00
|
0.42a
|
||
Rataan S
|
1.11a
|
0.83a
|
0.28a
|
0.00a
|
|||
Rataan W1
|
0.56a
|
||||||
Rataan W2
|
0.56a
|
Pada interaksi lama perendaman dan wadah
pra-kecambah memiliki tingkat persentase tertinggi dengan nilai 99.33% pada perlakuan P1W1 dan
persentase terendah pada perlakuan 96.67%. Interaksi suhu perndaman dan wadah
pra-kecambah pada pengamatan kecambah normal dengan nilai persentase sebesar
98.89% pada perlakuan S0W2 dan S1W1
dan terendah pada perlakuan S3W2 sebesar 95.56%.
Interaksi perlakuan suhu per-endaman, lama
perendaman dan wadah pra-kecambah tidak berbedanya nyata, namun pada gambar 3
menunjukkan kecambah normal, pada
perlakuan P1S0W2,
P2S1W1 dan perlakuan P3S0W2
memiliki persentase perke-cambahan normal 100% dan persentase perk-ecambahan
normal terendah pada perlakuan P3S3W2 91.67 %.
Dari
gambar 1 menunjukkan per-kembangan dari perkecambahan mulai dari penanaman atau
perlakuan sampai 17 hari tanam (ht), gambar 1 menunjukkan proses perkembangan
kecambah normal dimulai(1) 0 ht, (2) 4 ht, (3) 5 ht, (4)
6 ht, (5) 7 ht, (6) 8 ht, (7) 9 ht, (8) 10 ht, (9) 11 ht, (10) 12 ht, (12) 14
ht, (13) 17 ht. tampak retakan sampai akhirnya
kotilenon keluar dan tumbuhnya tunas.
Kecambah Abnormal
Berdasarkan analisis
sidik ragam diketahui bahwa perlakuan lama perendaman, suhu perendama,
wadah pra-kecamba, interaksi lama
perendaman dan Suhu Perendaman interaksi perendaman dan wadah
pra-kecambah, interaksi suhu perendaman
dan wadah pra-kecambah dan interaksi
interaksi suhu perendaman , lama perendaman dan wadah perkecambahan berpengaruh
tidak nyata terhadap kecambah abnormal. Rataan kecambah abnormal dan hasil uji
jarak Duncan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 menunjukkan bahwa kecambah abnormal
tertinggi pada
per-lakuan 24 jam (P2)
dengan 0.83% dan persentase kecambah
abnormal terendah pada perlakuan perendaman 12 jam (P1)
dan 36 jam (P3) dengan nilai
0.42%. Untuk kecambah abnormal pada
perlakuan suhu perendaman terdapat pada
perlakuan suhu
normal air (kontrol)(S0) dengan 1.11% dan terendah terdapat pada perlakuan disuhu 70OC
(S3) dengan nilai 0.00%. Lalu pada perlakuan wadah pra-
kecambah dengan terbuka (W2)
tidak nyata dengan wadah yang tertutup (W1), tabel 4.7
menunjukkan W1 dan W2
memiliki persentase kecambah abnormal sebesar
0.56%.
Gambar
2. kecambah Abnormal (Doc: Assauwab, 2017)
|
Gambar 2 menunjukkan kondisi dari kecambah yang
abnormal (1) biji yang tidak memiliki kotiledon yang sempurna dan ridak tumbuh,
(2) benih yang berkecambah namun tidak memiliki akar, (3) kecambah yang
pertumbuhan akar yang tidak baik dan memutar, (4) kecambah yang memiliki perakaran
yang tidak baik dan kotiledon tidak membuka, (5) kecambah yang pertumbuhan
batang yang memanjang dan tidak memiliki akar yang baik, (6) kecambah yang
tidak atau hanya sedikit memiliki kotiledon dan tidak membukanya kotile.
Pada interaksi lama perendaman dan suhu perendaman persentase tingkat kecambah abnormal
tertinggi pada perlakuan P2S0 sebersar 1,67% dan pada perlakuan P1S2, P1S3,
P2S3, P3S2 dan P3S3
dengan nilai 0.00%, tidak ada kecambah abnormal yangditemukan. Interaksi lama
perendaman dan wadah pra-kecambah memiliki tingkat persentase tertinggi dengan
nilai 0.83% pada perlakuan P2W1
dan P2W2, dan persentase terendah dengan persentase
kecambah abnormal sebesar 0.24% pada perlakuan P1W1,P1W2,
P3W1 dan P3W2. Interaksi suhu
perndaman dan wadah pra-kecambah pada pengamatan kecambah abnormal dengan nilai
persentase sebesar 1.67% pada perlakuan S0W1 dan S1W2
dan terendah pada perlakuan S1W1, S2W2,
S3W1 dan S3W2 dengan perkecambahan
abnormal yang tidak ada (0.00%).
Lampiran 4 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan
suhu perendaman, lama perendaman dan wadah pra-kecambah tidak berbedanya nyata,
namun pada gambar 3 dapat kita lihat kecambah abnormal yang terbaik pada perlakuan dengan persentase
0.00%, dan persentase tertinggi senilai 1.67% pada perlakuan yang lainnya.
Benih Tidak Kecambah
Berdasarkan analisis
sidik ragam diketahui bahwa perlakuan suhu perendaman berbeda sangat nyata
terhadap benih tidak kecambah, dan sedangkan perlakuan lama perendaman, wadah
kecamba, intenteraksi lama perendaman dan suhu perendaman, interaksi lama
perendaman dan wadah pra-kecambah,
interaksi suhu perendaman dan
wadah pra-kecambah dan interaksi suhu perendaman , lama perendaman dan
wadah per-kecambahan berpengaruh tidak nyata terhadap benih tidak kecambah.
Rataan intenteraksi lama perendaman dan suhu perendaman dan hasil uji jarak
Duncan dapatdilihat pada Tabel 4.
Tabel
4. Rataan benih tidak kecambah (%) pada efek suhu perendaman dan lama perendaman pada
perkecambahan benih pepaya pada wadah.
|
|||||||
Suhu
|
Wadah
|
Lama Perendaman
|
Rataan
|
Rataan P
|
|||
Perendaman
|
Pra-Kecambah
|
S0
|
S1
|
S2
|
S3
|
||
(Kontrol)
|
(30°C)
|
(50°C)
|
(70°C)
|
||||
P1 (12 Jam)
|
W1 (Terbuka)
|
2.00
|
2.67
|
2.67
|
4.67
|
3.00
|
2.83
|
W2 (Tertutup)
|
2.00
|
0.67
|
1.33
|
6.67
|
2.67
|
||
P2 (24 Jam)
|
W1 (Terbuka)
|
2.00
|
2.67
|
2.67
|
3.33
|
2.67
|
2.00
|
W2 (Tertutup)
|
0.67
|
0.67
|
0.67
|
3.33
|
1.33
|
||
P3 (36 Jam)
|
W1 (Terbuka)
|
2.67
|
2.00
|
2.67
|
4.00
|
2.83
|
2.75
|
W2 (Tertutup)
|
2.67
|
1.33
|
2.00
|
4.67
|
2.67
|
||
Rataan S
|
2.00
|
1.67
|
2.00
|
4.44
|
|||
Rataan W1
|
2.83
|
||||||
Rataan W2
|
2.22
|
Tabel 4 menunjukkan bahwa per-lakuan
suhu perendaman
berbeda sangat yanta, pada perlakuan S3(4.44%) berbeda nyata dengan
perlakuan yang lainnya. Dari tabel 4 perlakuan lama perendaman diperoleh
persentase benih tidak kecambah tertinggi pada perlakuan perendaman
selama 12 jam (P1) setinggi 2.83% dan nilai persentase benih
tidak kecambah terendah pada angka 2.00% pada perlakuan P2.
Lalu pada
perlakuan wadah pra- kecambah dengan
terbuka (W1) tidak nyata dengan wadah yang tertutup (W2), tabel 4.8
menunjukkan W1 dengan
persentase 2.83% dan W2 sebesar
2.22%.
Interaksi perlakuan suhu peren-daman (S) dan lama
perendaman untuk benih tidak kecambah (%) tidak berbeda nyta, namun persentase
benih tidak kecambah tertinggi diperoleh
pada per-lakuan P1S3 dengan nilai 5.67% dan nilai terendah pada perlakuan P2S0
sebesar 1.33%.
Pada interaksi lama perendaman dan
wadah pra-kecambah memiliki tingkat persentase benih tidak kecambah tertinggi
dengan nilai 3.00% pada perlakuan P1W1
dan persentase terendah pada perlakuan P2W2 sebesar
1.33%. Interaksi suhu perendaman dan
wadah pra-kecambah tidak berbeda nyata, pada tabel 4.8 menunjukkan benih tidak
kecambah pada perlakuan S3W2 setinggi 4.89% dan perlakuan
terendah pada perlakuan S2W2 sebesar 1.33%.
Tabel 6. Rataan Kecambah Mati (%) pada interaksi antara lama
perendaman dengan suhu perendaman.
|
|||||
Suhu
|
Lama Perendaman
|
Rataan
|
|||
Perendaman
|
S0
|
S1
|
S2
|
S3
|
|
(Kontrol)
|
(30°C)
|
(50°C)
|
(70°C)
|
||
P1 (12 Jam)
|
0.00c
|
1.67bc
|
3.33b
|
2.50bc
|
1.88a
|
P2 (24 Jam)
|
1.67bc
|
0.83bc
|
2.50bc
|
2.50bc
|
1.88a
|
P3 (36 Jam)
|
0.83bc
|
1.67bc
|
1.67bc
|
6.67a
|
2.71a
|
Rataan
|
0.83c
|
1.39bc
|
2.50ab
|
3.89a
|
Interaksi perlakuan suhu peren-daman, lama
perendaman dan wadah pra-kecambah tidak berbedanya nyata, namun pada gambar 3
dapat kita lihat benih tidak kecambah pada perlakuan P1S1W2, P2S0W2,
P2S1W2dan perlakuan P2S2W2
memiliki persentase benih tidak kecambah
terendah, nilai persentase sebesar 2.00% dan persentase benih tidak
kecambah tertinggi pada perlakuan P1S3W2 (4.67
%).
Kecambah Mati
Tabel 5.
Rataan Kecambah Mati (%) pada efek suhu
perendaman dan lama perendaman pada perkecambahan benih pepaya pada
wadah.
|
|||||||
Suhu
|
Wadah
|
Lama Perendaman
|
Rataan
|
Rataan P
|
|||
Perendaman
|
Pra-Kecambah
|
S0
|
S1
|
S2
|
S3
|
||
(Kontrol)
|
(30°C)
|
(50°C)
|
(70°C)
|
||||
P1 (12 Jam)
|
W1 (Terbuka)
|
0.00
|
1.67
|
1.67
|
1.67
|
1.25
|
1.88a
|
W2 (Tertutup)
|
0.00
|
1.67
|
5.00
|
3.33
|
2.50
|
||
P2 (24 Jam)
|
W1 (Terbuka)
|
1.67
|
0.00
|
1.67
|
3.33
|
1.67
|
1.88a
|
W2 (Tertutup)
|
1.67
|
1.67
|
3.33
|
1.67
|
2.08
|
||
P3 (36 Jam)
|
W1 (Terbuka)
|
1.67
|
1.67
|
1.67
|
5.00
|
2.50
|
2.71a
|
W2 (Tertutup)
|
0.00
|
1.67
|
1.67
|
8.33
|
2.92
|
||
Rataan S
|
0.83c
|
1.39bc
|
2.50ab
|
3.89a
|
|||
Rataan W1
|
1.81a
|
||||||
Rataan W2
|
2.50a
|
Analisis sidik ragam
diketahui bahwa perlakuan suhu perendaman berbeda sangat nyata terhadap
kecambah mati, dan intenteraksi lama perendaman dan suhu perendaman berbeda
nyata terhadap kecambah mati sedangkan perlakuan lama perendaman, wadah
kecamba, interaksi lama perendaman dan wadah pra-kecambah, interaksi suhu perendaman dan wadah pra-kecambah dan interaksi suhu
perendaman , lama perendaman dan wadah perkecambahan berpengaruh tidak nyata
terhadap kecambah mati. Rataan kecambah mati dan hasil uji jarak Duncan dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan
suhu perendaman
berbeda sangat yanta, pada perlakuan S3(3.89%) berbeda nyata dengan
perlakuan S0 (0.83%) namun tidak berbedanyata pada perlakuan S2(2.50%),
S2 tidak berbedanyata terhadap perlakuan S1(1.39%). Dari
tabel 5 perlakuan lama perendaman diperoleh persentase kecambah mati tertinggi
pada perlakuan perendaman selama 36 jam (P3) setinggi 2.7% dan nilai
persentase kecambah mati terendah pada
angka 1.88% pada perlakuan lainnya. Lalu pada perlakuan wadah pra-
kecambah dengan terbuka (W1)
tidak nyata dengan wadah yang tertutup (W2), tabel 4.9 menunjukkan W1 dengan persentase 1.81% dan W2 2.50%.
Dari tabel 6 terlihat bahwa interaksi perlakuan suhu
perendaman (S) dan lama perendaman untuk kecambah mati (%) tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu perendaman 70OC (S3) dan dengan perendaman selama
36 jam (P3) dengan nilai 6.67% yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya,
perlakuan P1S2
berbeda nyata dengan perlakuan P1S0 namuan tidak
berbedanyata pada perlakuan P1S1, P1S3,
P2S0,P2S1, P2S2,P2P3,P3S0,P3S1
dan P3S2. Perlakuan terbaik pada interaksi lama perendaman
(P) dan suhu perendaman (S) pada perlakuan P1S0 dengan
persentase kematian 0.00%.
Pada interaksi lama perendaman dan
wadah pra-kecambah memiliki tingkat persentase tertinggi dengan nilai
2.92% pada perlakuan P3W2
dan persentase terendah pada perlakuan P1W1 sebesar
1.25%. Interaksi suhu perendaman dan
wadah pra-kecambah tidak berbeda nyata, pada tabel 6 menunjukkan kecambah mati pada perlakuan S3W2
setinggi 4.44% dan perlakuan terendah pada perlakuan S0W2
sebesar 0.56%.
Gambar
3. Histogram Daya Kecambah Pada masing-masing perlakuan lama, suhu perendaman
dan wadah pra-kecambah
|
lampiran 8 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan
suhu perendaman, lama perendaman dan wadah pra-kecambah tidak berbedanya nyata,
namun pada gambar 3 dapat kita lihat kecambah mati pada perlakuan P1S0W1, P1S0W2,
P2S1W1dan perlakuan P3S0W2
memiliki persentase perkecambahan mati 0.00% dan persentase perkecambahan mati
tertinggi pada perlakuan P3S3W2 8.33 %.
Pembahasan
Efek
Lama Perendaman, Suhu Perendaman dan Wadah Pra-KecambahUji Daya Kecambah Benih
Pepaya (G Carica papaya L)
Pada tingkat persentase tanaman tidak tumbuh dan
mati cukup tinggi pada perlakuan suhu perendaman 70OC, mungkin
disebabkan kerusakan biji karena tingkat suhu yang cukup tinggi yang
diperlihatkan pada parameter kebocoran membran sel (tabel 1) yang menyebabkan
benih tidak tumbuh atau tanaman mati. Dugaan yang lainnya ialah bahwa terjadi stres pada sekitaran
daerah embrio yang menyebabkan tidak terjadinya perkecam-bahan karena poros
embrionya mengalami kerusakan, sebagaimana pernyataan Turhadi
dan Indriyani (2015).
Jumlah bibit yang mati meningkat mungkin disebabkan
adanya kerusakan pada benih, dan kerusakan itu memberi efek negatif bagi
pertumbuhan tanaman. Menurut Battaglia (1993) keberhasilan pertumbuhan tanaman
memerlukan per-hitungan terhadap aspek geografis dari spesies tanaman tersebut.
Kecambah normal tertinggi pada perlakuan P0S1
dengan persentase 99.17%, dan terendah pada perlakuan P3S3
dengan persentase 93.33%. menunjukkan per-lakuan P0S1
persentase yang tertinggi dan jika dihubungkan dengan kebocoran membran mungkin
tingkat kerusakan yang disebabkan perlakuan pada benih. Dan tampak sama pada parameter benih mati, bahwa perlakuan P0S1
perlakuan yang memiliki tingkat kematian 0.00% dan persentase kematian yang
tertinggi 6.67% pada perlakuan P3S3. Dimungkinkan
perlakuan P0S1 tingkat kerusakan yang disebabkan oleh
perlakuan minim, karna menurut Ma(2016) suhu dan air yang berlebihan akan
berbahaya bagi pertumbuhan benih dan bibit. Perendaman merangsang serangkaian
perubahan biokimia dalam benih yang penting untuk memulai proses munculnya
seperti memecah dormansi, hidrolisis, meta-bolisme inhibitor pertumbuhan, imbi-bitions,
aktivasi enzim ( Jamil et al,2016).
Bahwa kita ketahui peranan air dan suhu tidak dapat
dilepaaskan dalam metabolisme tanaman, terutama pada masa perkecambahan. Air
dan Suhu memiliki peran dalam mengatur perkecambahan (Bewley & Black,
1994., Battaglia 1993.,Webster et al.2016). Pada wadah tertutup dominan
air didalam terjaga, karena wadah yang tertutup membuat pertukaran gas dan
penguapan mungkin tidak terjadi, dibandingkan wadah yang terbuka mudah kering. Dewi (2008), bahwa air yang tersedia
dalam jumlah yang cukup akan menyebabkan embrio pada biji mengeluar-kan
giberelin yang mendorong per-kecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan
yang terdapat di dalam biji.
4. KESIMPULAN
Dari Kegiatan Praktikum yang telah peneliti lakukan, diketahui
bahwa efek suhu, lamaperendamandan wadah pra-kecambah pada uji daya kecambah pepaya berpengaruh nyata, kecambah mati dan
tidak berkecambah diperlihatkan pada gambar 3, bahwa interaksi perlakuan Suhu
perendaman 70OC, dengan 36 jam perendman pada wadah perkecambahan
terbuka. Dengan tingginya suhu dapat merusak dari benih tersebut dan pada
kondisi wadah terbuka menyebabkan pertukaran udara di dalam wadahakan lancar
dan menyebabkan berkurangnya tingkat kelembapan wadah pra-kecambah.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Aisah S., H. Elfien. 2016.
“Pelepasan Kulit Ari dan Suhu
Perendaman Terhadap Pematahan
Dormansi Benih Pepaya”, Jurnal
Biologi dan Pembelajaran Biologi
(p-ISSN 2527-7111; e-ISSN 2528-1615)
Battaglia M. 1993. Seed Germination
Physiology of Eucalyptzu delegatensis R.T.Baker in Tasmania. Aust. J. Bot., 1993,41,119-136.
Bewley, J.D., and Black, M.
1994. Seeds: Physiology of
Development and Germination. (New York: Plenum Press).
Bittencourt. H.V.H., L.T.S.
Bonome, M.M. Trezzi, R.A. Vidal,
M.A. Lana, 2017, Seed germination ecology of Eragrostis
plana, an invasive weed of South American pasture lands, South African Journal of Botany, http://dx.doi.org/10.1016/j.sajb.2017.0 1.009
Dewi. I. R. 2008. Peranan dan
Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung.
Ellis, R.H., , T.D. Hong., E.H.
Roberts. 1985. Caricaceae. Chapter 28.
In: Handbook of Seed Technology for Gene Banks - Volume
II. Compendium of Specific Germination Information and Test Recommendations.International Board for Plant Genetic Resources, Rome.http://www.ipgri.cgiar.org/publi cations/HTMLPublications/52/begin.ht
Faustina, E., Y. Prapto,.
&, R. Rabaniyah 2012.
“Pengaruh Cara Pelepasan Aril
dan Konsentrasi KNO3 Terhadap
Pematahan Dormansi Benih Pepaya
(Carica papaya L.) 1, 42-52.
Jamil E., Shah.Z., Q.S. Ali.,
N. Ahmad., M. Sajid., S.Siddique and
M.S. Saleem, 2016, “Effect of seed soaking on seed germination and growth of
bitter gourd cultivars”, Pure
and Applied Biology. Vol. 5, Issue
1, pp31-36.
Lange, A.H. 1961. Effect of
sarcotesta on the germi-nation of
papaya seed. Bot. Gaz. 122:305–311
Lisarini Endah., Suwandi.2011.
Pengaruh Media Perendaman
Terhadap Pematahan Dormansi,
Perkecambahan dan Vigositas Bibit
Pepaya (Carica papaya). Journal Of
Agroscience, Vol. 2.
Ma S., M.Zhang., L.Qian., and
S.Liu. 2016. “Effect of
Temperature and Water on Seed
Germination of Salix sungkianica”,
Molecular Soil Biology 2016,
Vol.7 (8) : 1-6.
Meena Suman. 2017. Effect of
Growth Media and Plant Growth
Regulators on Germination and
Seedling Growth of Papaya (Carica
papaya L.). Post graduate
student. Department of Horticulture.
Sri Karan Narendra College of
Agriculture. Jobner
Nurma A, 2004, “Pengaruh
Perendaman Benih Dalam Air Panas Terhadap
Daya Kecambah
dan Pertumbuhan Bibit Lamtoro
(Leucaena leucocephala)”, Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian Vol 4, No 1, 24-28.
Peres, A., Rwyws, N.M., dan
Cuevas, J., 1980, Germination of two
papaya varieties: ffect of seed aeration, K- treatment, removing of the sarcotesta, high temperature, soaking in distilled
water and age of seeds. J.Agric. Univ. Puerto., 64: 173-180.
Sastrosupadi, A. 2000.
Rancangan Percobaan Praktis Bidang
Pertanian. Kanisius. Yogyakarta
Tokuhisa, Dai, Dias, Dos
Santos, D.C.F., Alvarega,
Mantovani,E., Dias, Dos Santos, L.
A. dan Marin, David, S.L., 2007,
Dormancy overcoming in papaya
seeds. Journal of Seed., 29(1):131-139.
Turhadi.T dan S.Indriyani.
2015. Uji Daya Tumbuh Porang (Amorphophallus muelleri Blume) dari Berbagai Variasi Potongan Biji. Jurnal Biotropika Vol.3
No. 1/2015
Webster.R.E. , Wanda M. W.,
Wolfgang. S., Christopher E. W., Roland E.,
Clifford M. B., Hugh W. P., 2016. Biomechanical,
biochemical, and morphological mechanisms of heat shock-mediated
germination in Carica papaya seed. Journal of Experimental Botany.http://jxb.oxfordjournals.org/D
ownloaded f
Lampiran 1. Suhu Ruang dan Botol (Hari)
TANGGAL
|
SUHU
|
|||
RUANG
|
BOTOL
|
|||
MIN
|
MAX
|
W1
|
W2
|
|
1 Okt 2017
|
27
|
30
|
30
|
34
|
2 Okt 2017
|
27
|
30
|
30
|
34
|
3 Okt 2017
|
26
|
31
|
30
|
34
|
4 Okt 2017
|
24
|
33
|
30
|
35
|
5 Okt 2017
|
24
|
32
|
32
|
36
|
6 Okt 2017
|
24
|
31
|
31
|
35
|
7 Okt 2017
|
24
|
34
|
33
|
36
|
8 Okt 2017
|
25
|
32
|
30
|
34
|
9 Okt 2017
|
25
|
33
|
33
|
35
|
10 Okt 2017
|
24
|
32
|
31
|
35
|
11 Okt 2017
|
25
|
32
|
30
|
35
|
12 Okt 2017
|
26
|
30
|
30
|
34
|
13 Okt 2017
|
25
|
31
|
31
|
35
|
Ket : Data suhu ruang Min diambil pada
pukul 07:00 wib
Data suhu ruang Max diambil pada pukul 17:00 wib
Data suhu botol diambil pada pukul 13:00 wib
Lampiran 2. Data Pengamatan Kecambah Normal (%)
PERLAKUAN
|
ULANGAN
|
TOTAL
|
RATAAN
|
||||
I
|
II
|
III
|
|||||
P1
|
S0
|
W1
|
96.00
|
98.00
|
95.00
|
295
|
98.33
|
W2
|
100.00
|
100.00
|
94.00
|
300
|
100.00
|
||
S1
|
W1
|
93.00
|
94.00
|
100.00
|
295
|
98.33
|
|
W2
|
90.00
|
98.00
|
100.00
|
290
|
96.67
|
||
S2
|
W1
|
93.00
|
98.00
|
96.00
|
295
|
98.33
|
|
W2
|
90.00
|
96.00
|
95.00
|
285
|
95.00
|
||
S3
|
W1
|
85.00
|
98.00
|
98.00
|
295
|
98.33
|
|
W2
|
80.00
|
94.00
|
96.00
|
290
|
96.67
|
||
P2
|
S0
|
W1
|
88.00
|
96.00
|
100.00
|
290
|
96.67
|
W2
|
93.00
|
100.00
|
95.00
|
290
|
96.67
|
||
S1
|
W1
|
98.00
|
96.00
|
98.00
|
300
|
100.00
|
|
W2
|
95.00
|
100.00
|
93.00
|
290
|
96.67
|
||
S2
|
W1
|
95.00
|
91.00
|
96.00
|
290
|
96.67
|
|
W2
|
90.00
|
100.00
|
98.00
|
290
|
96.67
|
||
S3
|
W1
|
91.00
|
100.00
|
89.00
|
290
|
96.67
|
|
W2
|
95.00
|
96.00
|
94.00
|
295
|
98.33
|
||
P3
|
S0
|
W1
|
93.00
|
95.00
|
94.00
|
290
|
96.67
|
W2
|
96.00
|
98.00
|
98.00
|
300
|
100.00
|
||
S1
|
W1
|
95.00
|
98.00
|
96.00
|
295
|
98.33
|
|
W2
|
93.00
|
98.00
|
95.00
|
290
|
96.67
|
||
S2
|
W1
|
93.00
|
96.00
|
98.00
|
295
|
98.33
|
|
W2
|
95.00
|
98.00
|
96.00
|
295
|
98.33
|
||
S3
|
W1
|
86.00
|
91.00
|
96.00
|
285
|
95.00
|
|
W2
|
84.00
|
88.00
|
89.00
|
275
|
91.67
|
||
TOTAL
|
2460
|
2575
|
2565
|
7600
|
2533.33
|
||
RATAAN
|
94.62
|
99.04
|
98.65
|
292.31
|
Lampiran 3.
Sidik Ragam Kecambah Normal
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
F0.05
|
F0.01
|
Ket
|
Blok
|
2
|
290.11
|
|||||
P
|
2
|
16.78
|
8.39
|
0.78
|
3.20
|
5.10
|
tn
|
S
|
3
|
239.15
|
79.72
|
7.41
|
2.81
|
4.24
|
**
|
W
|
1
|
0.13
|
0.13
|
0.01
|
4.05
|
7.22
|
tn
|
PS
|
6
|
83.56
|
13.93
|
1.30
|
2.30
|
3.22
|
tn
|
PW
|
2
|
10.33
|
5.17
|
0.48
|
3.20
|
5.10
|
tn
|
SW
|
3
|
40.15
|
13.38
|
1.24
|
2.81
|
4.24
|
tn
|
PSW
|
6
|
38.22
|
6.37
|
0.59
|
2.30
|
3.22
|
tn
|
Galat
|
46
|
128.47
|
2.79
|
||||
Total
|
71
|
177.78
|
|||||
FK=
|
646574.01
|
Ket:
|
*=nyata
|
||||
KK=
|
3.46%
|
**=sangat nyata
|
|||||
KK=
|
646574.01
|
tn=tidak nyata
|
Lampiran 4. Data Pengamatan Kecambah Abnormal (%)
PERLAKUAN
|
ULANGAN
|
TOTAL
|
RATAAN
|
||||
I
|
II
|
III
|
|||||
P1
|
S0
|
W1
|
0
|
0
|
5
|
5
|
1.67
|
W2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
||
S1
|
W1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
|
W2
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
||
S2
|
W1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
|
W2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
||
S3
|
W1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
|
W2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
||
P2
|
S0
|
W1
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
W2
|
0
|
0
|
5
|
5
|
1.67
|
||
S1
|
W1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
|
W2
|
0
|
0
|
5
|
5
|
1.67
|
||
S2
|
W1
|
0
|
5
|
0
|
5
|
1.67
|
|
W2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
||
S3
|
W1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
|
W2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
||
P3
|
S0
|
W1
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
W2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
||
S1
|
W1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
|
W2
|
0
|
0
|
5
|
5
|
1.67
|
||
S2
|
W1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
|
W2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
||
S3
|
W1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
|
W2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
||
TOTAL
|
15
|
5
|
20
|
40
|
13.33
|
||
RATAAN
|
0.58
|
0.19
|
0.77
|
1.54
|
Lampiran 5.
Sidik Ragam Kecambah Abnormal
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
F0.05
|
F0.01
|
Ket
|
Blok
|
2
|
4.86
|
|||||
P
|
2
|
2.78
|
1.39
|
0.50
|
3.20
|
5.10
|
tn
|
S
|
3
|
13.89
|
4.63
|
1.66
|
2.81
|
4.24
|
tn
|
W
|
1
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
4.05
|
7.22
|
tn
|
PS
|
6
|
2.78
|
0.46
|
0.17
|
2.30
|
3.22
|
tn
|
PW
|
2
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
3.20
|
5.10
|
tn
|
SW
|
3
|
19.44
|
6.48
|
2.32
|
2.81
|
4.24
|
tn
|
PSW
|
6
|
5.56
|
0.93
|
0.33
|
2.30
|
3.22
|
tn
|
Galat
|
46
|
128.47
|
2.79
|
||||
Total
|
71
|
177.78
|
|||||
FK=
|
22.22
|
Ket:
|
*=nyata
|
||||
KK=
|
300.81%
|
**=sangat nyata
|
|||||
KK=
|
64.80%
|
tn=tidak nyata
|
|||||
Lampiran 6. Data
Pengamatan Benih Tidak Berkecambah (%)
PERLAKUAN
|
ULANGAN
|
TOTAL
|
RATAAN
|
||||
I
|
II
|
III
|
|||||
P1
|
S0
|
W1
|
4
|
2
|
0
|
6
|
2.00
|
W2
|
0
|
0
|
6
|
6
|
2.00
|
||
S1
|
W1
|
2
|
6
|
0
|
8
|
2.67
|
|
W2
|
0
|
2
|
0
|
2
|
0.67
|
||
S2
|
W1
|
2
|
2
|
4
|
8
|
2.67
|
|
W2
|
0
|
4
|
0
|
4
|
1.33
|
||
S3
|
W1
|
10
|
2
|
2
|
14
|
4.67
|
|
W2
|
10
|
6
|
4
|
20
|
6.67
|
||
P2
|
S0
|
W1
|
2
|
4
|
0
|
6
|
2.00
|
W2
|
2
|
0
|
0
|
2
|
0.67
|
||
S1
|
W1
|
2
|
4
|
2
|
8
|
2.67
|
|
W2
|
0
|
0
|
2
|
2
|
0.67
|
||
S2
|
W1
|
0
|
4
|
4
|
8
|
2.67
|
|
W2
|
0
|
0
|
2
|
2
|
0.67
|
||
S3
|
W1
|
4
|
0
|
6
|
10
|
3.33
|
|
W2
|
0
|
4
|
6
|
10
|
3.33
|
||
P3
|
S0
|
W1
|
2
|
0
|
6
|
8
|
2.67
|
W2
|
4
|
2
|
2
|
8
|
2.67
|
||
S1
|
W1
|
0
|
2
|
4
|
6
|
2.00
|
|
W2
|
2
|
2
|
0
|
4
|
1.33
|
||
S2
|
W1
|
2
|
4
|
2
|
8
|
2.67
|
|
W2
|
0
|
2
|
4
|
6
|
2.00
|
||
S3
|
W1
|
4
|
4
|
4
|
12
|
4.00
|
|
W2
|
6
|
2
|
6
|
14
|
4.67
|
||
TOTAL
|
62
|
66
|
78
|
206
|
68.67
|
||
RATAAN
|
2.38
|
2.54
|
3.00
|
7.92
|
Lampiran 7.
Sidik Ragam Benih Tidak Tumbuh
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
F0.05
|
F0.01
|
Ket
|
Blok
|
2
|
1.78
|
|||||
P
|
2
|
10.11
|
5.06
|
0.94
|
3.20
|
5.10
|
tn
|
S
|
3
|
89.50
|
29.83
|
5.57
|
2.81
|
4.24
|
**
|
W
|
1
|
6.72
|
6.72
|
1.26
|
4.05
|
7.22
|
tn
|
PS
|
6
|
13.00
|
2.17
|
0.40
|
2.30
|
3.22
|
tn
|
PW
|
2
|
4.78
|
2.39
|
0.45
|
3.20
|
5.10
|
tn
|
SW
|
3
|
16.61
|
5.54
|
1.03
|
2.81
|
4.24
|
tn
|
PSW
|
6
|
3.22
|
0.54
|
0.10
|
2.30
|
3.22
|
tn
|
Galat
|
46
|
246.22
|
5.35
|
||||
Total
|
71
|
391.94
|
|||||
FK=
|
460.06
|
Ket:
|
*=nyata
|
||||
KK=
|
91.53%
|
**=sangat nyata
|
|||||
KK=
|
14.24%
|
tn=tidak nyata
|
Lampiran 8. Data Pengamatan Kecambah Mati (%)
PERLAKUAN
|
ULANGAN
|
TOTAL
|
RATAAN
|
||||
I
|
II
|
III
|
|||||
P1
|
S0
|
W1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
W2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
||
S1
|
W1
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
|
W2
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
||
S2
|
W1
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
|
W2
|
10
|
0
|
5
|
15
|
5.00
|
||
S3
|
W1
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
|
W2
|
10
|
0
|
0
|
10
|
3.33
|
||
P2
|
S0
|
W1
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
W2
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
||
S1
|
W1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
|
W2
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
||
S2
|
W1
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
|
W2
|
10
|
0
|
0
|
10
|
3.33
|
||
S3
|
W1
|
5
|
0
|
5
|
10
|
3.33
|
|
W2
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
||
P3
|
S0
|
W1
|
0
|
5
|
0
|
5
|
1.67
|
W2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
||
S1
|
W1
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
|
W2
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
||
S2
|
W1
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
|
W2
|
5
|
0
|
0
|
5
|
1.67
|
||
S3
|
W1
|
10
|
5
|
0
|
15
|
5.00
|
|
W2
|
10
|
10
|
5
|
25
|
8.33
|
||
TOTAL
|
125
|
20
|
15
|
160
|
53.33
|
||
RATAAN
|
4.81
|
0.77
|
0.58
|
6.15
|
Lampiran 9.
Sidik Ragam Kecambah Mati
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
F0.05
|
F0.01
|
Ket
|
Blok
|
2
|
292.36
|
|||||
P
|
2
|
11.11
|
5.56
|
1.23
|
3.20
|
5.10
|
tn
|
S
|
3
|
98.26
|
32.75
|
7.26
|
2.81
|
4.24
|
**
|
W
|
1
|
8.68
|
8.68
|
1.92
|
4.05
|
7.22
|
tn
|
PS
|
6
|
77.78
|
12.96
|
2.87
|
2.30
|
3.22
|
*
|
PW
|
2
|
2.78
|
1.39
|
0.31
|
3.20
|
5.10
|
tn
|
SW
|
3
|
12.15
|
4.05
|
0.90
|
2.81
|
4.24
|
tn
|
PSW
|
6
|
30.56
|
5.09
|
1.13
|
2.30
|
3.22
|
tn
|
Galat
|
46
|
207.64
|
4.51
|
||||
Total
|
71
|
741.32
|
|||||
FK=
|
333.68
|
Ket:
|
*=nyata
|
||||
KK=
|
98.69%
|
**=sangat nyata
|
|||||
KK=
|
16.72%
|
tn=tidak nyata
|
Kok belum dinpublis di online ya
ReplyDelete