Peranan Lama Berbagai Suhu Perendaman Terhadap Uji Kecambah Biji Pepaya (Carica papaya L.) Pada Wadah Pra Kecambah


 Prosiding Seminar  Nasional  Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Untuk Ketahanan Pangan, ISBN ........,
                        oleh IKA PSL USU tanggal 28 Maret 2018 di Medan, hal.........

PERANAN LAMA BERBAGAI SUHU PERENDAMAN TERHADAP
UJI KECAMBAH BIJI PEPAYA  (Carica papaya L.)
PADA WADAH PRA-KECAMBAH

Muhammad Husaini Assauwab(1), T Cahairun Nisa(2), Revandy Damanik(3)
Program Magister Agroekoteknologi Fakultas PertanianUniversitas Sumatra Utara(1,2,3)
(1)Email : assauwab@gmail.com


Abstrak

Pepaya merupakan salah satu buah tropika unggulan yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia.Berbagai perlakuan untuk memecahkan dormansi biji pepaya telah dilakukan, dari pembuangan sarcotesta dan pemberian KNO3 (Faustina et al, 2012), perlakuan suhu (Nurma, 2004) telah menunjukkan hasil yang bervariasi, sehingga masih belum ada informasi yang pasti tentang cara atau perlakuan yang paling tepat untuk memecah dormansi biji pepaya. Karena itu, peneliti ingin melakuakan penelitian tentang Peranan Lama Berbagai Suhu Perendaman Terhadap uji Kecambahan Biji Pepaya (Carica papaya L) pada Pra-kecambah yang Berbeda. Parameter yang dilihat yaitu kecambah normal, kecambah abnormal, kecambah mati dan benih tidaak tumbuh.. Dari perlakuan ini jelas menunjukkan bahwa adanya pengaruh dari peranan berbagai suhu perendaman terhadap uji Kecambahan Biji Pepaya (Carica papaya L) pada Pra-kecambah.

Keyword           : Suhu, Lama, Wadah, Perkecambahan, Biji Pepaya




1.     PENDAHULUAN



Perkecambahan biji pepaya (Carica pepaya) dipengaruhi oleh banyak factor, seperti lingkungan, suhu, cahaya, pH, oksigen, dan kelembaban tanah (Lange, 1961). Pembudidayaan tanaman pepaya biasanya dilakukan dengan perkembang-biakan menggunakan biji. Akan tetapi masalah yang dihadapi dalam perkembang-biakan menggunakan biji adalah lamanya proses berkecambah biji apabila biji tidak diberi perlakuan, karena biji pepaya mempunyai masa dormansi lama mencapai 6 tahun pada suhu 10OC di tingkat kelembaban 9-10%(Ellis et al. 1985), oleh sebab itu perlunya perlakuan yang medukung dalam perkecambahan.
Berbagai perlakuan untuk memecahkan dormansi biji pepaya telah dilakukan, dari pembuangan sarcotesta dan pemberian KNO3 (Faustina et al, 2012), perlakuan suhu (Nurma, 2004) telah menunjukkan hasil yang berfariasi, sehingga masih belum ada informasi yang pasti tentang cara atau perlakuan yang paling tepat untuk memecah dormansi biji pepaya. Karena itu, peneliti ingin melakuakan penelitian tentang Peranan Lama Berbagai Suhu Perendaman Terhadap Perkecambahan Biji Pepaya (Carica papaya L) pada Wadah yang Berbeda.
Suhu perendaman berpengaruh terhadap daya tumbuh benih, kecepatan tumbuh benih, indeks vigor dan panjang hipokotil benih pepaya (Carica papaya L.). Perlakuan benih memberikan kecepatan tumbuh yang paling baik karena air dan oksigen yang dibutuhkan untuk perkecambahan dapat masuk ke benih tanpa halangan sehingga benih dapat berkecambah. Benih dengan perlakuan air panas mengalami peningkatan per-kecambahan (Aisah et al 2016). Penga-matan (Bittencourt, et al, 2017)  dengan pengikatan suhu dari 15 sampai 35 CO pada kondisi inkubasi, meningkatkan daya kecambah dan mortalitas benih. Lisarini at al (2011) dan  Aisahet al (2016) dalam penelitian dengan perlakuan suhu per-endaman mempercepat 1 – 2 hari, pada suhu 50OC, 60OC dan 75OC dibandingkan control.
Peres et al., (1980) mengungkapkan bahwa perendaman benih pepaya dalam larutan  yang mengandung KNO3 dan KH2PO4 meningkatkan perkecambahan pada benih. Tokuhisa et.al., (2007)  perlakuan terbaik untuk mengatasi dormansi pada biji pepaya perendaman selama 24 jam dan pada perendaman benih dengan  KNO3 dengan waktu 30, 60 dan 90 menit. Upaya dengan perendaman mening-katkan daya kecambah disbanding-kan dengan control pada pertumbuhan bibit pepaya (Meena, 2017).

2.     METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 3 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I           :Lama Perendaman (P) yang terjadi atas 3 taraf, yaitu :
P1  : 12 jam perendaman
P2  : 24 jam perendaman
P3  : 36 jam perendaman

Faktor II          : Suhu Perendaman (S) yang terdiri atas 4 taraf, yaitu:
            S0  : Suhu normal air (kontrol)
            S1  : Suhu 30O C
            S2       : Suhu 50O C
            S3       : Suhu 70O C
           
Faktor III   : Wadah perkecambahan2 taraf, yaitu :
Tabel   1. Rataan Laju Kecambah Normal (%) pada efek suhu  perendaman dan lama perendaman pada perkecambahan benih pepaya pada wadah.
Suhu
Wadah
Lama Perendaman
Rataan 
Rataan P
Perendaman
Pra-Kecambah
S0
S1
S2
S3


(Kontrol)
(30°C)
(50°C)
(70°C)
P1 (12 Jam)
W1 (Terbuka)
98.33
98.33
98.33
98.33
98.33
97.71a
W2 (Tertutup)
100.00
96.67
95.00
96.67
97.08
P2 (24 Jam)
W1 (Terbuka)
96.67
100.00
96.67
96.67
97.50
97.29a
W2 (Tertutup)
96.67
96.67
96.67
98.33
97.08
P3 (36 Jam)
W1 (Terbuka)
96.67
98.33
98.33
95.00
97.08
96.88a
W2 (Tertutup)
100.00
96.67
98.33
91.67
96.67
Rataan S
98.06a
97.78a
97.22a
96.11a


Rataan W1
97.64a





Rataan W2
96.94a
W1: perkecambahan didalam botol    plastik yang terbuka
            W2: perkecambahan didalam botol    plastik             yang tertutup

Jumlah ulangan          : 3
Jumlah unit percobaan: 72     unit
Jumlah benih/perlakuan         : 50      benih
Jumlah benih tiap ulangan     : 1200  benih
Jumlah benih seluruhnya       : 3620 benih  
Dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :
Yijkl = µ + ρi + αj + βk +γ­l +(αβ)jk+(αγ)jl+(βγ)kl +(αβγ)jkl + εijkl
           Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan menggunakan uji jarak berganda Duncan dengan taraf 5 % (Sastrosupadi, 2000).

3.   HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
            Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam penelitian (Lampiran 2 – 9) diketahui bahwa efek suhu dan lama perendaman pada perkecambahan biji pepaya berpengaruh nyata terhadap parameter Daya kecambah (Kecambah Normal, Kecambah Abnormal, Kecambah Mati dan Benih Tidak Berkecambah.
Kecambah Normal
            Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan interaksi lama perendaman dan Suhu Perendaman nyata terhadap kecambah normal sedangkan







Tabel 2. Rataan Kecambah  Normal (%) pada interaksi antara lama perendaman dengan suhu perendaman.
Lama
Suhu Perendaman
Rataan
Perendaman
S0
S1
S2
S3
(Kontrol)
(30°C)
(50°C)
(70°C)
P1 (12 Jam)
99.17a
97.50a
96.67ab
97.50a
97.71a
P2 (24 Jam)
96.67ab
98.33b
96.67ab
97.50a
97.29a
P3 (36 Jam)
98.33a
97.50a
98.33a
93.33a
96.88a
Rataan
98.06a
97.78a
97.22a
96.11a







lama perendaman, suhu perendama, wadah kecamba, interaksi perendaman dan wadah pra-kecambah,  interaksi suhu perendaman dan  wadah pra-kecambah dan interaksi interaksi suhu perendaman , lama perendaman dan wadah perkecambahan berpengaruh tidak nyata terhadap kecambah normal. Rataan kecambah normal dan hasil uji jarak Duncan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa kecambah  normal  tertinggi pada per-lakuanperendaman yang persentase kecambah normal tertinggi pada perlakuan 12 jam  (P1) dengan 97.71%  dan per-sentase kecambah normal terlihat pada  perlakuan perendaman 36  jam (P3) dengan nilai 96.88%. Untuk kecambah normal pada perlakuan suhu  perendaman terdapat pada perlakuan suhu normal air (kontrol)(S0) dengan 98.06%  dan terendah terdapat pada perlakuan disuhu 70OC (S3) dengan nilai 96.11%. Lalu pada perlakuan wadah pra- kecambah  dengan terbuka (W2) tidak nyata dengan wadah yang tertutup (W1), tabel 1 menunjukkan  W1 dengan per-sentase 97.64%  dan W2 96.94%.
Dari tabel 2 terlihat bahwa interaksi perlakuan suhu perendaman (S) dan lama perendaman untuk kecambah normal  (%) tertinggi  diperoleh pada perlakuan suhu perendaman kontrol (S0) dan dengan perendaman selama 12 jam  (P1)  dengan nilai 99.17%  yang berbeda nyata dengan S0W2 dan berbeda nyata dengan perlakuanlainnya.

Gambar 1. Kecambah Normal(Doc: Assauwab, 2017)
Tabel 3. Rataan Kkecambah Abnormal  (%) pada efek suhu  perendaman dan lama perendaman pada perkecambahan benih pepaya pada wadah.
Suhu
Wadah
Lama Perendaman
Rataan 
Rataan P
Perendaman
Pra-Kecambah
S0
S1
S2
S3


(Kontrol)
(30°C)
(50°C)
(70°C)
P1 (12 Jam)
W1 (Terbuka)
1.67
0.00
0.00
0.00
0.42a
0.42a
W2 (Tertutup)
0.00
1.67
0.00
0.00
0.42a
P2 (24 Jam)
W1 (Terbuka)
1.67
0.00
1.67
0.00
0.83a
0.83a
W2 (Tertutup)
1.67
1.67
0.00
0.00
0.83a
P3 (36 Jam)
W1 (Terbuka)
1.67
0.00
0.00
0.00
0.42a
0.42a
W2 (Tertutup)
0.00
1.67
0.00
0.00
0.42a
Rataan S
1.11a
0.83a
0.28a
0.00a


Rataan W1
0.56a





Rataan W2
0.56a
Pada interaksi lama perendaman dan wadah pra-kecambah memiliki tingkat persentase tertinggi dengan nilai 99.33%  pada perlakuan P1W1 dan persentase terendah pada perlakuan 96.67%. Interaksi suhu perndaman dan wadah pra-kecambah pada pengamatan kecambah normal dengan nilai persentase sebesar 98.89% pada perlakuan S0W2 dan S1W1 dan terendah pada perlakuan S3W2 sebesar 95.56%.
Interaksi perlakuan suhu per-endaman, lama perendaman dan wadah pra-kecambah tidak berbedanya nyata, namun pada gambar 3 menunjukkan  kecambah normal, pada perlakuan  P1S0W2, P2S1W1 dan perlakuan P3S0W2 memiliki persentase perke-cambahan normal 100% dan persentase perk-ecambahan normal terendah pada perlakuan P3S3W2 91.67 %.
            Dari gambar 1 menunjukkan per-kembangan dari perkecambahan mulai dari penanaman atau perlakuan sampai 17 hari tanam (ht), gambar 1 menunjukkan proses perkembangan kecambah normal  dimulai(1) 0 ht, (2) 4 ht, (3) 5 ht, (4) 6 ht, (5) 7 ht, (6) 8 ht, (7) 9 ht, (8) 10 ht, (9) 11 ht, (10) 12 ht, (12) 14 ht, (13) 17 ht. tampak retakan sampai akhirnya kotilenon keluar dan tumbuhnya tunas.
Kecambah Abnormal
            Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan lama perendaman, suhu perendama, wadah  pra-kecamba, interaksi lama perendaman dan Suhu Perendaman interaksi perendaman dan wadah pra-kecambah,  interaksi suhu perendaman dan  wadah pra-kecambah dan interaksi interaksi suhu perendaman , lama perendaman dan wadah perkecambahan berpengaruh tidak nyata terhadap kecambah abnormal. Rataan kecambah abnormal dan hasil uji jarak Duncan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 menunjukkan bahwa kecambah  abnormal  tertinggi pada per-lakuan 24 jam  (P2) dengan 0.83%  dan persentase kecambah abnormal terendah  pada  perlakuan perendaman 12 jam (P1) dan 36  jam (P3) dengan nilai 0.42%. Untuk kecambah  abnormal pada perlakuan suhu  perendaman terdapat pada perlakuan suhu normal air (kontrol)(S0) dengan 1.11%  dan terendah terdapat pada perlakuan disuhu 70OC (S3) dengan nilai 0.00%. Lalu pada perlakuan wadah pra- kecambah  dengan terbuka (W2) tidak nyata dengan wadah yang tertutup (W1), tabel 4.7 menunjukkan  W1 dan W2 memiliki persentase kecambah abnormal sebesar  0.56%.
Gambar 2. kecambah Abnormal (Doc: Assauwab, 2017)

Gambar 2 menunjukkan kondisi dari kecambah yang abnormal (1) biji yang tidak memiliki kotiledon yang sempurna dan ridak tumbuh, (2) benih yang berkecambah namun tidak memiliki akar, (3) kecambah yang pertumbuhan akar yang tidak baik dan memutar, (4) kecambah yang memiliki perakaran yang tidak baik dan kotiledon tidak membuka, (5) kecambah yang pertumbuhan batang yang memanjang dan tidak memiliki akar yang baik, (6) kecambah yang tidak atau hanya sedikit memiliki kotiledon dan tidak membukanya kotile.
            Pada interaksi lama perendaman  dan suhu perendaman  persentase tingkat kecambah abnormal tertinggi pada perlakuan P2S0 sebersar 1,67% dan  pada perlakuan P1S2, P1S3, P2S3, P3S2 dan P3S3 dengan nilai 0.00%, tidak ada kecambah abnormal yangditemukan. Interaksi lama perendaman dan wadah pra-kecambah memiliki tingkat persentase tertinggi dengan nilai 0.83%  pada perlakuan P2W1 dan P2W2, dan persentase terendah dengan persentase kecambah abnormal sebesar 0.24% pada perlakuan P1W1,P1W2, P3W1 dan P3W2. Interaksi suhu perndaman dan wadah pra-kecambah pada pengamatan kecambah abnormal dengan nilai persentase sebesar 1.67% pada perlakuan S0W1 dan S1W2 dan terendah pada perlakuan S1W1, S2W2, S3W1 dan S3W2 dengan perkecambahan abnormal yang tidak ada (0.00%).
Lampiran 4 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan suhu perendaman, lama perendaman dan wadah pra-kecambah tidak berbedanya nyata, namun pada gambar 3 dapat kita lihat kecambah abnormal  yang terbaik pada perlakuan dengan persentase 0.00%, dan persentase tertinggi senilai 1.67% pada perlakuan yang lainnya.
Benih Tidak Kecambah
            Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan suhu perendaman berbeda sangat nyata terhadap benih tidak kecambah, dan sedangkan perlakuan lama perendaman, wadah kecamba, intenteraksi lama perendaman dan suhu perendaman, interaksi lama perendaman dan wadah pra-kecambah,  interaksi suhu perendaman dan  wadah pra-kecambah dan interaksi suhu perendaman , lama perendaman dan wadah per-kecambahan berpengaruh tidak nyata terhadap benih tidak kecambah. Rataan intenteraksi lama perendaman dan suhu perendaman dan hasil uji jarak Duncan dapatdilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan benih tidak kecambah (%) pada efek suhu  perendaman dan lama perendaman pada perkecambahan benih pepaya pada wadah.
Suhu
Wadah
Lama Perendaman
Rataan 
Rataan P
Perendaman
Pra-Kecambah
S0
S1
S2
S3


(Kontrol)
(30°C)
(50°C)
(70°C)
P1 (12 Jam)
W1 (Terbuka)
2.00
2.67
2.67
4.67
3.00
2.83
W2 (Tertutup)
2.00
0.67
1.33
6.67
2.67
P2 (24 Jam)
W1 (Terbuka)
2.00
2.67
2.67
3.33
2.67
2.00
W2 (Tertutup)
0.67
0.67
0.67
3.33
1.33
P3 (36 Jam)
W1 (Terbuka)
2.67
2.00
2.67
4.00
2.83
2.75
W2 (Tertutup)
2.67
1.33
2.00
4.67
2.67
Rataan S
2.00
1.67
2.00
4.44


Rataan W1
2.83





Rataan W2
2.22
Tabel 4 menunjukkan bahwa  per-lakuan suhu perendaman berbeda sangat yanta, pada perlakuan S3(4.44%) berbeda nyata dengan perlakuan yang lainnya. Dari tabel 4 perlakuan lama perendaman diperoleh persentase benih tidak kecambah tertinggi pada perlakuan perendaman selama 12 jam (P1) setinggi 2.83% dan nilai persentase benih tidak kecambah terendah  pada angka 2.00% pada perlakuan P2. Lalu pada perlakuan wadah pra- kecambah  dengan terbuka (W1) tidak nyata dengan wadah yang tertutup (W2), tabel 4.8 menunjukkan  W1 dengan persentase 2.83%  dan W2 sebesar 2.22%.
Interaksi perlakuan suhu peren-daman (S) dan lama perendaman untuk benih tidak kecambah (%) tidak berbeda nyta, namun persentase benih tidak kecambah tertinggi  diperoleh pada per-lakuan P1S3 dengan nilai 5.67%  dan nilai terendah pada perlakuan P2S0 sebesar 1.33%.
            Pada interaksi lama perendaman dan wadah pra-kecambah memiliki tingkat persentase benih tidak kecambah tertinggi dengan nilai 3.00%  pada perlakuan P1W1 dan persentase terendah pada perlakuan P2W2 sebesar 1.33%.  Interaksi suhu perendaman dan wadah pra-kecambah tidak berbeda nyata, pada tabel 4.8 menunjukkan benih tidak kecambah pada perlakuan S3W2 setinggi 4.89% dan perlakuan terendah pada perlakuan S2W2 sebesar 1.33%.
Tabel 6. Rataan Kecambah  Mati (%) pada interaksi antara lama perendaman dengan suhu perendaman.
Suhu
Lama Perendaman
Rataan 
Perendaman
S0
S1
S2
S3

(Kontrol)
(30°C)
(50°C)
(70°C)
P1 (12 Jam)
0.00c
1.67bc
3.33b
2.50bc
1.88a
P2 (24 Jam)
1.67bc
0.83bc
2.50bc
2.50bc
1.88a
P3 (36 Jam)
0.83bc
1.67bc
1.67bc
6.67a
2.71a
Rataan
0.83c
1.39bc
2.50ab
3.89a

Interaksi perlakuan suhu peren-daman, lama perendaman dan wadah pra-kecambah tidak berbedanya nyata, namun pada gambar 3 dapat kita lihat benih tidak kecambah pada perlakuan  P1S1W2, P2S0W2, P2S1W2dan perlakuan P2S2W2 memiliki persentase benih tidak kecambah  terendah, nilai persentase sebesar 2.00% dan persentase benih tidak kecambah tertinggi pada perlakuan P1S3W2 (4.67 %).
Kecambah Mati
Tabel 5. Rataan Kecambah Mati (%) pada efek suhu  perendaman dan lama perendaman pada perkecambahan benih pepaya pada wadah.
Suhu
Wadah
Lama Perendaman
Rataan 
Rataan P
Perendaman
Pra-Kecambah
S0
S1
S2
S3


(Kontrol)
(30°C)
(50°C)
(70°C)
P1 (12 Jam)
W1 (Terbuka)
0.00
1.67
1.67
1.67
1.25
1.88a
W2 (Tertutup)
0.00
1.67
5.00
3.33
2.50
P2 (24 Jam)
W1 (Terbuka)
1.67
0.00
1.67
3.33
1.67
1.88a
W2 (Tertutup)
1.67
1.67
3.33
1.67
2.08
P3 (36 Jam)
W1 (Terbuka)
1.67
1.67
1.67
5.00
2.50
2.71a
W2 (Tertutup)
0.00
1.67
1.67
8.33
2.92
Rataan S
0.83c
1.39bc
2.50ab
3.89a


Rataan W1
1.81a





Rataan W2
2.50a
            Analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan suhu perendaman berbeda sangat nyata terhadap kecambah mati, dan intenteraksi lama perendaman dan suhu perendaman berbeda nyata terhadap kecambah mati sedangkan perlakuan lama perendaman, wadah kecamba, interaksi lama perendaman dan wadah pra-kecambah,  interaksi suhu perendaman dan  wadah pra-kecambah dan interaksi suhu perendaman , lama perendaman dan wadah perkecambahan berpengaruh tidak nyata terhadap kecambah mati. Rataan kecambah mati dan hasil uji jarak Duncan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 menunjukkan bahwa  perlakuan suhu perendaman berbeda sangat yanta, pada perlakuan S3(3.89%) berbeda nyata dengan perlakuan S0 (0.83%) namun tidak berbedanyata pada perlakuan S2(2.50%), S2 tidak berbedanyata terhadap perlakuan S1(1.39%). Dari tabel 5 perlakuan lama perendaman diperoleh persentase kecambah mati tertinggi pada perlakuan perendaman selama 36 jam (P3) setinggi 2.7% dan nilai persentase kecambah mati terendah  pada angka 1.88% pada perlakuan lainnya. Lalu pada perlakuan wadah pra- kecambah  dengan terbuka (W1) tidak nyata dengan wadah yang tertutup (W2), tabel 4.9 menunjukkan  W1 dengan persentase 1.81%  dan W2 2.50%.
Dari tabel 6 terlihat bahwa interaksi perlakuan suhu perendaman (S) dan lama perendaman untuk kecambah mati (%) tertinggi  diperoleh pada perlakuan suhu perendaman 70OC  (S3) dan dengan perendaman selama 36 jam  (P3)  dengan nilai 6.67%  yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, perlakuan  P1S2 berbeda nyata dengan perlakuan P1S0 namuan tidak berbedanyata pada perlakuan P1S1, P1S3, P2S0,P2S1, P2S2,P2P3,P3S0,P3S1 dan P3S2. Perlakuan terbaik pada interaksi lama perendaman (P) dan suhu perendaman (S) pada perlakuan P1S0 dengan persentase kematian 0.00%.
            Pada interaksi lama perendaman dan wadah pra-kecambah memiliki tingkat persentase tertinggi dengan nilai 2.92%  pada perlakuan P3W2 dan persentase terendah pada perlakuan P1W1 sebesar 1.25%.  Interaksi suhu perendaman dan wadah pra-kecambah tidak berbeda nyata, pada tabel  6 menunjukkan kecambah mati pada perlakuan S3W2 setinggi 4.44% dan perlakuan terendah pada perlakuan S0W2 sebesar 0.56%.
Gambar 3. Histogram Daya Kecambah Pada masing-masing perlakuan lama, suhu perendaman dan wadah pra-kecambah

lampiran 8 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan suhu perendaman, lama perendaman dan wadah pra-kecambah tidak berbedanya nyata, namun pada gambar 3 dapat kita lihat kecambah mati  pada perlakuan  P1S0W1, P1S0W2, P2S1W1dan perlakuan P3S0W2 memiliki persentase perkecambahan mati 0.00% dan persentase perkecambahan mati tertinggi pada perlakuan P3S3W2 8.33 %.

Pembahasan
Efek Lama Perendaman, Suhu Perendaman dan Wadah Pra-KecambahUji Daya Kecambah Benih Pepaya (G Carica papaya L)

Pada tingkat persentase tanaman tidak tumbuh dan mati cukup tinggi pada perlakuan suhu perendaman 70OC, mungkin disebabkan kerusakan biji karena tingkat suhu yang cukup tinggi yang diperlihatkan pada parameter kebocoran membran sel (tabel 1) yang menyebabkan benih tidak tumbuh atau tanaman mati. Dugaan yang lainnya ialah bahwa terjadi stres pada sekitaran daerah embrio yang menyebabkan tidak terjadinya perkecam-bahan karena poros embrionya mengalami kerusakan, sebagaimana pernyataan Turhadi dan Indriyani (2015).
Jumlah bibit yang mati meningkat mungkin disebabkan adanya kerusakan pada benih, dan kerusakan itu memberi efek negatif bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Battaglia (1993) keberhasilan pertumbuhan tanaman memerlukan per-hitungan terhadap aspek geografis dari spesies tanaman tersebut.
Kecambah normal tertinggi pada perlakuan P0S1 dengan persentase 99.17%, dan terendah pada perlakuan P3S3 dengan persentase 93.33%. menunjukkan per-lakuan P0S1 persentase yang tertinggi dan jika dihubungkan dengan kebocoran membran mungkin tingkat kerusakan yang disebabkan perlakuan pada benih.  Dan tampak sama pada parameter  benih mati, bahwa perlakuan P0S1 perlakuan yang memiliki tingkat kematian 0.00% dan persentase kematian yang tertinggi 6.67% pada perlakuan P3S3. Dimungkinkan perlakuan P0S1 tingkat kerusakan yang disebabkan oleh perlakuan minim, karna menurut Ma(2016) suhu dan air yang berlebihan akan berbahaya bagi pertumbuhan benih dan bibit. Perendaman merangsang serangkaian perubahan biokimia dalam benih yang penting untuk memulai proses munculnya seperti memecah dormansi, hidrolisis, meta-bolisme inhibitor pertumbuhan, imbi-bitions, aktivasi enzim ( Jamil et al,2016).
Bahwa kita ketahui peranan air dan suhu tidak dapat dilepaaskan dalam metabolisme tanaman, terutama pada masa perkecambahan. Air dan Suhu memiliki peran dalam mengatur perkecambahan (Bewley & Black, 1994., Battaglia 1993.,Webster  et al.2016). Pada wadah tertutup dominan air didalam terjaga, karena wadah yang tertutup membuat pertukaran gas dan penguapan mungkin tidak terjadi, dibandingkan wadah yang terbuka mudah kering. Dewi (2008), bahwa air yang tersedia dalam jumlah yang cukup akan menyebabkan embrio pada biji mengeluar-kan giberelin yang mendorong per-kecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di dalam biji.

4.     KESIMPULAN

Dari Kegiatan Praktikum yang telah peneliti lakukan, diketahui bahwa efek suhu, lamaperendamandan wadah pra-kecambah pada uji daya kecambah  pepaya berpengaruh nyata, kecambah mati dan tidak berkecambah diperlihatkan pada gambar 3, bahwa interaksi perlakuan Suhu perendaman 70OC, dengan 36 jam perendman pada wadah perkecambahan terbuka. Dengan tingginya suhu dapat merusak dari benih tersebut dan pada kondisi wadah terbuka menyebabkan pertukaran udara di dalam wadahakan lancar dan menyebabkan berkurangnya tingkat kelembapan wadah pra-kecambah.

5.     DAFTAR PUSTAKA

Aisah S., H. Elfien. 2016. “Pelepasan Kulit Ari dan Suhu Perendaman   Terhadap         Pematahan Dormansi Benih Pepaya”,         Jurnal Biologi dan  Pembelajaran           Biologi (p-ISSN 2527-7111;  e-ISSN 2528-1615)
Battaglia M. 1993. Seed Germination    Physiology of Eucalyptzu delegatensis   R.T.Baker in Tasmania. Aust. J. Bot.,            1993,41,119-136.
Bewley, J.D., and Black, M. 1994. Seeds:          Physiology of Development and              Germination. (New York: Plenum         Press).
Bittencourt. H.V.H., L.T.S. Bonome, M.M.       Trezzi, R.A. Vidal, M.A. Lana, 2017,    Seed germination ecology of Eragrostis plana, an invasive weed of     South  American pasture lands, South   African Journal of Botany,        http://dx.doi.org/10.1016/j.sajb.2017.0   1.009
Dewi. I. R. 2008. Peranan dan Fungsi    Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian          Universitas Padjadjaran. Bandung.
Ellis, R.H., , T.D. Hong., E.H. Roberts. 1985.    Caricaceae. Chapter 28. In:  Handbook of Seed Technology for Gene Banks -    Volume II. Compendium of  Specific    Germination Information and Test           Recommendations.International            Board for Plant Genetic Resources,             Rome.http://www.ipgri.cgiar.org/publi   cations/HTMLPublications/52/begin.ht
Faustina, E., Y. Prapto,. &, R. Rabaniyah          2012. “Pengaruh Cara Pelepasan           Aril dan   Konsentrasi  KNO3       Terhadap Pematahan Dormansi Benih   Pepaya (Carica   papaya L.) 1, 42-52.
Jamil E., Shah.Z., Q.S. Ali., N. Ahmad., M.      Sajid., S.Siddique and M.S. Saleem,      2016, “Effect of seed soaking on seed germination and   growth of bitter         gourd cultivars”, Pure and  Applied            Biology. Vol. 5, Issue   1, pp31-36.
Lange, A.H. 1961. Effect of sarcotesta on the    germi-nation of papaya seed. Bot. Gaz. 122:305–311
Lisarini Endah., Suwandi.2011. Pengaruh          Media Perendaman Terhadap     Pematahan Dormansi, Perkecambahan        dan Vigositas Bibit Pepaya (Carica        papaya). Journal Of Agroscience, Vol.         2.
Ma S., M.Zhang., L.Qian., and S.Liu. 2016.      “Effect of Temperature  and Water  on Seed Germination of Salix     sungkianica”, Molecular Soil  Biology   2016,  Vol.7 (8) : 1-6.
Meena Suman. 2017. Effect of Growth Media    and Plant Growth Regulators on             Germination and Seedling Growth of    Papaya (Carica papaya L.). Post             graduate student. Department of             Horticulture. Sri Karan Narendra           College of Agriculture. Jobner
Nurma A, 2004, “Pengaruh Perendaman Benih Dalam Air Panas Terhadap Daya           Kecambah dan Pertumbuhan Bibit             Lamtoro (Leucaena leucocephala)”,       Jurnal Penelitian Bidang Ilmu     Pertanian Vol 4, No 1, 24-28.
Peres, A., Rwyws, N.M., dan Cuevas, J., 1980, Germination of two papaya varieties:     ffect of seed aeration, K- treatment,      removing of the sarcotesta, high            temperature, soaking in distilled water   and age of seeds. J.Agric. Univ.             Puerto., 64: 173-180.
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan     Praktis Bidang Pertanian. Kanisius.       Yogyakarta
Tokuhisa, Dai, Dias, Dos Santos, D.C.F.,           Alvarega, Mantovani,E., Dias, Dos        Santos, L. A. dan Marin, David, S.L.,        2007, Dormancy overcoming in             papaya seeds. Journal of Seed.,   29(1):131-139.
Turhadi.T dan S.Indriyani. 2015. Uji Daya         Tumbuh Porang (Amorphophallus         muelleri Blume) dari Berbagai Variasi     Potongan Biji. Jurnal Biotropika            Vol.3 No. 1/2015

Webster.R.E. , Wanda M. W., Wolfgang. S.,      Christopher E. W., Roland E.,               Clifford M. B.,  Hugh W. P., 2016.              Biomechanical, biochemical, and          morphological mechanisms of heat              shock-mediated germination in Carica  papaya seed. Journal of Experimental              Botany.http://jxb.oxfordjournals.org/D ownloaded f

Lampiran  1. Suhu Ruang dan Botol (Hari)
TANGGAL
SUHU
RUANG
BOTOL
MIN
MAX
W1
W2
1 Okt 2017
27
30
30
34
2 Okt 2017
27
30
30
34
3 Okt 2017
26
31
30
34
4 Okt 2017
24
33
30
35
5 Okt 2017
24
32
32
36
6 Okt 2017
24
31
31
35
7 Okt 2017
24
34
33
36
8 Okt 2017
25
32
30
34
9 Okt 2017
25
33
33
35
10 Okt 2017
24
32
31
35
11 Okt 2017
25
32
30
35
12 Okt 2017
26
30
30
34
13 Okt 2017
25
31
31
35
Ket         : Data suhu ruang Min diambil pada pukul 07:00 wib
                 Data suhu ruang Max diambil pada pukul 17:00 wib
                 Data suhu botol diambil pada pukul 13:00 wib

Lampiran  2. Data Pengamatan Kecambah Normal (%)
PERLAKUAN
ULANGAN
TOTAL
RATAAN
I
II
III
P1
S0
W1
96.00
98.00
95.00
295
98.33
W2
100.00
100.00
94.00
300
100.00
S1
W1
93.00
94.00
100.00
295
98.33
W2
90.00
98.00
100.00
290
96.67
S2
W1
93.00
98.00
96.00
295
98.33
W2
90.00
96.00
95.00
285
95.00
S3
W1
85.00
98.00
98.00
295
98.33
W2
80.00
94.00
96.00
290
96.67
P2
S0
W1
88.00
96.00
100.00
290
96.67
W2
93.00
100.00
95.00
290
96.67
S1
W1
98.00
96.00
98.00
300
100.00
W2
95.00
100.00
93.00
290
96.67
S2
W1
95.00
91.00
96.00
290
96.67
W2
90.00
100.00
98.00
290
96.67
S3
W1
91.00
100.00
89.00
290
96.67
W2
95.00
96.00
94.00
295
98.33
P3
S0
W1
93.00
95.00
94.00
290
96.67
W2
96.00
98.00
98.00
300
100.00
S1
W1
95.00
98.00
96.00
295
98.33
W2
93.00
98.00
95.00
290
96.67
S2
W1
93.00
96.00
98.00
295
98.33
W2
95.00
98.00
96.00
295
98.33
S3
W1
86.00
91.00
96.00
285
95.00
W2
84.00
88.00
89.00
275
91.67
TOTAL
2460
2575
2565
7600
2533.33
RATAAN
94.62
99.04
98.65
292.31


Lampiran 3. Sidik Ragam Kecambah Normal
SK
db
JK
KT
Fhit
F0.05
F0.01
Ket
Blok
2
290.11
P
2
16.78
8.39
0.78
3.20
5.10
tn
S
3
239.15
79.72
7.41
2.81
4.24
**
W
1
0.13
0.13
0.01
4.05
7.22
tn
PS
6
83.56
13.93
1.30
2.30
3.22
tn
PW
2
10.33
5.17
0.48
3.20
5.10
tn
SW
3
40.15
13.38
1.24
2.81
4.24
tn
PSW
6
38.22
6.37
0.59
2.30
3.22
tn
Galat
46
128.47
2.79




Total
71
177.78





FK=
646574.01
Ket:
*=nyata
KK=
3.46%
**=sangat nyata
KK=
646574.01
tn=tidak nyata

Lampiran  4. Data Pengamatan Kecambah Abnormal (%)
PERLAKUAN
ULANGAN
TOTAL
RATAAN
I
II
III
P1
S0
W1
0
0
5
5
1.67
W2
0
0
0
0
0.00
S1
W1
0
0
0
0
0.00
W2
5
0
0
5
1.67
S2
W1
0
0
0
0
0.00
W2
0
0
0
0
0.00
S3
W1
0
0
0
0
0.00
W2
0
0
0
0
0.00
P2
S0
W1
5
0
0
5
1.67
W2
0
0
5
5
1.67
S1
W1
0
0
0
0
0.00
W2
0
0
5
5
1.67
S2
W1
0
5
0
5
1.67
W2
0
0
0
0
0.00
S3
W1
0
0
0
0
0.00
W2
0
0
0
0
0.00
P3
S0
W1
5
0
0
5
1.67
W2
0
0
0
0
0.00
S1
W1
0
0
0
0
0.00
W2
0
0
5
5
1.67
S2
W1
0
0
0
0
0.00
W2
0
0
0
0
0.00
S3
W1
0
0
0
0
0.00
W2
0
0
0
0
0.00
TOTAL
15
5
20
40
13.33
RATAAN
0.58
0.19
0.77
1.54


Lampiran 5. Sidik Ragam Kecambah Abnormal
SK
db
JK
KT
Fhit
F0.05
F0.01
Ket
Blok
2
4.86
P
2
2.78
1.39
0.50
3.20
5.10
tn
S
3
13.89
4.63
1.66
2.81
4.24
tn
W
1
0.00
0.00
0.00
4.05
7.22
tn
PS
6
2.78
0.46
0.17
2.30
3.22
tn
PW
2
0.00
0.00
0.00
3.20
5.10
tn
SW
3
19.44
6.48
2.32
2.81
4.24
tn
PSW
6
5.56
0.93
0.33
2.30
3.22
tn
Galat
46
128.47
2.79




Total
71
177.78





FK=
22.22
Ket:
*=nyata
KK=
300.81%
**=sangat nyata
KK=
64.80%
tn=tidak nyata










Lampiran 6. Data Pengamatan Benih Tidak Berkecambah  (%)
PERLAKUAN
ULANGAN
TOTAL
RATAAN
I
II
III
P1
S0
W1
4
2
0
6
2.00
W2
0
0
6
6
2.00
S1
W1
2
6
0
8
2.67
W2
0
2
0
2
0.67
S2
W1
2
2
4
8
2.67
W2
0
4
0
4
1.33
S3
W1
10
2
2
14
4.67
W2
10
6
4
20
6.67
P2
S0
W1
2
4
0
6
2.00
W2
2
0
0
2
0.67
S1
W1
2
4
2
8
2.67
W2
0
0
2
2
0.67
S2
W1
0
4
4
8
2.67
W2
0
0
2
2
0.67
S3
W1
4
0
6
10
3.33
W2
0
4
6
10
3.33
P3
S0
W1
2
0
6
8
2.67
W2
4
2
2
8
2.67
S1
W1
0
2
4
6
2.00
W2
2
2
0
4
1.33
S2
W1
2
4
2
8
2.67
W2
0
2
4
6
2.00
S3
W1
4
4
4
12
4.00
W2
6
2
6
14
4.67
TOTAL
62
66
78
206
68.67
RATAAN
2.38
2.54
3.00
7.92


Lampiran 7. Sidik Ragam Benih Tidak Tumbuh
SK
db
JK
KT
Fhit
F0.05
F0.01
Ket
Blok
2
1.78
P
2
10.11
5.06
0.94
3.20
5.10
tn
S
3
89.50
29.83
5.57
2.81
4.24
**
W
1
6.72
6.72
1.26
4.05
7.22
tn
PS
6
13.00
2.17
0.40
2.30
3.22
tn
PW
2
4.78
2.39
0.45
3.20
5.10
tn
SW
3
16.61
5.54
1.03
2.81
4.24
tn
PSW
6
3.22
0.54
0.10
2.30
3.22
tn
Galat
46
246.22
5.35




Total
71
391.94





FK=
460.06
Ket:
*=nyata
KK=
91.53%
**=sangat nyata
KK=
14.24%
tn=tidak nyata

Lampiran  8. Data Pengamatan Kecambah Mati (%)
PERLAKUAN
ULANGAN
TOTAL
RATAAN
I
II
III
P1
S0
W1
0
0
0
0
0.00
W2
0
0
0
0
0.00
S1
W1
5
0
0
5
1.67
W2
5
0
0
5
1.67
S2
W1
5
0
0
5
1.67
W2
10
0
5
15
5.00
S3
W1
5
0
0
5
1.67
W2
10
0
0
10
3.33
P2
S0
W1
5
0
0
5
1.67
W2
5
0
0
5
1.67
S1
W1
0
0
0
0
0.00
W2
5
0
0
5
1.67
S2
W1
5
0
0
5
1.67
W2
10
0
0
10
3.33
S3
W1
5
0
5
10
3.33
W2
5
0
0
5
1.67
P3
S0
W1
0
5
0
5
1.67
W2
0
0
0
0
0.00
S1
W1
5
0
0
5
1.67
W2
5
0
0
5
1.67
S2
W1
5
0
0
5
1.67
W2
5
0
0
5
1.67
S3
W1
10
5
0
15
5.00
W2
10
10
5
25
8.33
TOTAL
125
20
15
160
53.33
RATAAN
4.81
0.77
0.58
6.15




Lampiran 9. Sidik Ragam Kecambah Mati
SK
db
JK
KT
Fhit
F0.05
F0.01
Ket
Blok
2
292.36
P
2
11.11
5.56
1.23
3.20
5.10
tn
S
3
98.26
32.75
7.26
2.81
4.24
**
W
1
8.68
8.68
1.92
4.05
7.22
tn
PS
6
77.78
12.96
2.87
2.30
3.22
*
PW
2
2.78
1.39
0.31
3.20
5.10
tn
SW
3
12.15
4.05
0.90
2.81
4.24
tn
PSW
6
30.56
5.09
1.13
2.30
3.22
tn
Galat
46
207.64
4.51




Total
71
741.32





FK=
333.68
Ket:
*=nyata
KK=
98.69%
**=sangat nyata
KK=
16.72%
tn=tidak nyata




































1 comment: