PEMANASAN GLOBAL: KENAIKAN
PARAS LAUT
Dr.Ir.Hamzah Lubis, SH.,M.Si
Ketua Pusat Kajian Energi Terbarukan-ITM
Ada yang menarik, dalam
dua bulan ini, di Erasmus Huis, Jakarta. Bukan hanya menarik, tapi juga menohok
jantung kita sebagai negara kepulauan dengan ribuan pulau-pulau kecilnya. Ia
mungkin ingin menyadarkan dan/atau memberi aba-aba “ancaman” monster yang sedang mengincer dari luar dan dari dari
dalam Indonesia. Ia adalah “ektrimis global” bernama “pemanasan global”. Para “kombatan” disajikan dalam bentuk foto-foto tragis cerita tentang
warga dunia yang didera kenaikan permukaan air laut. Itulah fakta, hasil
liputan wartawan foto Kadir van Lohuizen. Dipamerkan di Erasmus Huis, Jakarta
14 Desember -4 Februari 2017 lalu.
Kenaikan
Suhu Global
Data World
Meteoroligical Organization (WMO), suhu
rata-rata global dipermukaan darat dan laut tahun 2014 mencatat 0,57 derajat
celcius di atas suhu rata-rata jangka panjang dengan menggunakan acuan priode
1961-1990. Sebagai pembanding, suhu
tahun 2010 lebih tinggi 0,55 derajat celcius dibanding priode rata-rata.
Tahun 2015, kenaikan suhu 0,77 derajat celsius dari baseline.
Berdasarkan pantauan WMO, sejak
Januari-September 2016, kenaikan suhu
global sekitar 0,88 derajat celsius, diatas suhu rata-rata 14 derajat celsius
pada 1961-1990. Priode itu, digunakan WMO sebagai dasar (baseline). Kondisi ini
diperparah faktor besarnya emisi karbon diaksida (CO2), akibat kebakaran hutan
dan lahan yang melepaskan emisi gas rumah kaca menumpuk pada tahun 2016. Laporan
tahunan WMO, menetapkan tahun 2016 sebagai “ Tahun Terpanas Dunia” dengan
kenaikan suhu rata-rata global 0,86 derajat celsius dibanding priode referensi
1961-1990. Kenaikan suhu ini melampau rekor lama tahun 2015 yang tercatat
setinggi 0,77 derajat celsius.
Kenaikan suhu atmosfir
ini, diikuti menghangatnya temperatur laut global secara progressif. Pada November 2016, kenaikan suhu perairan
laut mencapai 0,76 derajat celsius
dibanding 30 tahun sebelumnya. Pada
tahun 2015, kenaikan suhu perairan global 0,73 derajat celsius dan pada tahun 2010 kenaikannya 0,57 derajat
celsius, jiga dibanding 30 tahun sebelumnya. Bahkan, kenaikan suhu tahun 2016,
pada beberapa tempat melebihi kenaikan suhu rata-rata global. Dibeberapa
wilayah di Artik (Kutup Utara) yang masuk Rusia, kenaikan suhu rata-rata global
mencapai 1,3 derajat celsius. Beberapa daerah Artik lain, seperti Alaska dan
barat laut Kanada, suhu meningkat 3 derajat celsius. Tahun 2016, menjadi tahun
terpanasa sepanjang priode bumi ini.
Pencairan
Es
Akibat kenaikan suhu
bumi, es di kutub maupun gletser di puncak-puncak gunung abadi, mulai mencair.
Tidak lama lagi, diperkirkan gunung es raksasa segera terpisah dari bagian
besar Benua Antartika. Dugaan ini berdasarkan munculnya retakan lapisan es di
daerah Larsen C di barat laut Antartika yang terus memanjang. Bahkan selama
Desember 2016, puncak musim panas belahan bumi bagian selatan, keretakan
selebar 100 meter sedalam 0,5 km itu bertambah panjang 18 km hanya beberapa
minggu.
Kini bagian akhir
retakan ini hanya berjarak 20 km dari tepi samudera. Jika lepas akan tercipta
gunung es seluas 5.000 km persegi
diperkirakan masuk dalam 10 besar gunung es yang lepas yang tercatat.
Keretakan Larsen C setebal 350 m akan menyusul lepasnya gunung es dari daerah
Larsen lain: Larsen A pada 1995 dan
Larsen B 2002. Lepasnya gunung es itu akan memicu ketidakstabilan lapisan es di
dekatnya. Artinya, akan memicu lepasnya lapisan-lapisan es lainnya. Mencairnya es
secara drastis di Antartika dalam waktu 50-100 tahun belakangan ini.
Kenaikan
Paras Laut
Berdasarkan pengamatan
1993-2010 secara global, kenaikan
rata-rata muka air laut 3 mm per tahun. Sesuai data satelit terbaru, kenaikan
permukaan laut rata-rata 3,2 milimeter pertahun. Adapun tingkat kenaikan
permukaan air laut di Asia Tenggara berdasarkan pengamatan satelit altimetri (2011-2012)
bersifat temporal. Pengamatan NASA, air laut telah naik 6 cm selama 22 tahun
terakhir. Kenaikan itu jauh lebih cepat dibandingkan dengan kenaikan muka air
laut 50 tahun lalu. Namun kenaikan itu tidak merata di seluruh dunia.
Panel antar pemerintah
untuk perubahan iklim PBB (IPCC) pada 2013 memperkirakan muka laut naik 30-200
cm pada akhir abad ini. Lohuizen memprediksi, jika seluruh es di Greenland
mencair, permukaan air laut bumi bakal lebih tinggi 7 meter ketimbang kondisi
saat ini.
Dampak pelepasan
lapisan es dan terbentuknya gunung-gunung es yang terapung di lautan, ketika
gunung es mencair, maka air laut global akan naik setinggi 10 cm. Lohuizen memprediksi,
jika seluruh es di lebh Greenland mencair, permukaan air laut bumi akan naik i
7 meter dari kondisi saat ini. Permodelan terbaru yang memproyeksikan dampak
pencairan es di Antartika, kenaikan muka laut global pada 2100 setara 1,14
meter. Pada tahun 2500 kenaikan bahkan mencapai 13 meter.
Pemodelan
Terbaru
Tahun 2016 lalu, 1.500
peneliti yang bekerja dibawah kerangka kerjasama PBB untuk konferensi perubahan
iklim, Panel Ahli Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), mengeluaran
analisis bahwa tanpa upaya berarti mengurangi emisi penyebab pemanasan global,
kenaikan muka air laut pada 2100 mencapai 98 centimeter.
Prediksi kenaikan muka
laut global hingga 1 meter dapat meleset, meningkat menjadi dua kali lipat dari perkiraan, menjadi 2
meter, terutama jika masyarakat dunia tidak berbuat apa-apa. Tanpa pembatasan
paparan emisi secara global, yang antar lain disumbangkan aktivitas industri
tidak ramah lingkungan dan kebakaran hutan dan lahan, kenaikan muka laut hingga
dua kali lipat dari prediksi awal akan terjadi dalam 100 tahun mendatang.
Pada
kenyataannya, menurut Michael Jarraud, Ketua PBB Urusan Air, bahwa air laut
tidak datar dan seragam. Misalnya,
dapak pemanaasan global di Philipina, di beberapa tempat kecepatan
naiknya permukaan air laut mencapai tiga sampai empat kali kecepatan rata-rata
global. Prakiraan terakhir, secara
global rata-rata permukaan air laut naik sekitar 3,1 mm per tahun. Kenaikan permukaan laut rata-rata di Indonesia
sekitar 8 mm pertahun.
Dampak
Kenaikan Laut
Menurut survei Climate
Change, jika pemansan global terus pada lintasan sekarang akan terjadi kenaikan
4 derajat celcius, maka permukaan laut akan naik sehingga merendam daratan yang
dihuni 600 juta orang. Kenaikan permukaan air laut yang paling telak memukul
Tiongkok dengan 145 juta warga yang hidup di daerah pesisir.
Menurut laporan itu,
urutan berdasarkan jumlah warga yang terancama selanjutnya adalah India,
Banglades, Vietnam, Indonesia, Jepang, AS, Pilipina, Mesir, Brasir, Thailand,
Myanmar dan Belanda. Sepuluh mega kota dunia yang terancam antara lain adalah
Shanghai, Hongkong, Kalkutta, Mumbay, Jakarta dan Hanolulu. Bahkan kendati dunia
mampu membatasi kenaikan suhu hingga 2 derajat celcius dibanding dengan era pra
industri, tetap saja kenaikan permukaan air laut akan menenggelamkan rumah yang
dihuni sekitar 280 juta orang.
Kehidupan masyarakar
pesisir terancam mulai dari Delta Nil di Mesir, pesisir Laut Baltik di Polandia
hingga kepulauan Pasifik, pulau-pulau kecil di Indonesia akan hilang tenggelam,
Kalimantan akan banyak kehilangan hutan dan daratan dataran rendah, hilangnya
hutan akan mengganggu kehidupan masyarakat adat serta spesies langka seperti
harimau Sumatera orang utan Sumatera, delta Sungai Mekong tergenang sementara
Tiongkok, India, Banglades akan banjir; sebanyak 760 juta populasi (perhitungan
2013) akan terganggu; London, Belanda, Denmark dan Venesia akan terancam
tenggelam; San Fransisco diperkirakan akan menjadi gugus pulau.
Di
Fiji yang berpenduduk hanya 850.000 jiwa, 672 desa terancam perubahan iklim,
bahkan 34 desa harus dipindahkan dalam 10 tahun mendatang. Ditengah kerumitan
itu, Fiji juga menjadi tumpuan solusi dari negara Karibati dan Tuvalu untuk
mengungsikan separuh atau bahkan seluruh warga kedua negara yang terancam
musnah direndam air laut. Pemerintah Republik Kiribati bahkan sudah membeli
2.428 hektar tanah di Naviavia, Fiji, untuk mengungsikan warga negaranya.
Daratan Kiribati hanya terdiri atas 32 atol, dan dataran keringnya kian sesak
menampung 100.000 warga Kiribati.
Penutup
Sementara
pra diplomat dunia dan politisi terus berdebat mencari solusi bagi perubahan
iklim—bahkan politisi seperti Trump berani menyebut perubahan iklim sebagai
hoax—namun bukti-bukti nyata ada dihadapan kita. Kita harus sadar, seperti
dinukilkan pada aline pertama tulisan ini, pemanasan global dan kenaikan paras
laut addalah sebuah fakta. Apakah kenaikannya 1 meter, 2 meter atau 7 meter itu
tergantung sikap hidup kita dan berkorelasi dengan gas rumah kaca yang kita
hasilkan. Tataplah sejenak, seluas mana pantai akan tenggelam bila air laut naik
1 meter, 2 meter dan 7 meter!
Ayo,
lakukan sesuatu, kendati kecil untuk mengurangi pemanasan global. Jangan cuma
“berkicau”, mari berbuat. Stuju kan.....
Tulisan Dr.Ir.Hamzah Lubis, SH.MSi berjudul "Pemanasan Global: Kenaikan Paras Laut" telah dimuat pada Surat Kabar Perestasi Reformasi, No.511, 28 Februari 2017,
hal.6 kol.1-7.
Nama : Riko Gustian
ReplyDeleteNim : 16 202 063
M.Kuliah : Audit Efisiensi Energi
Assalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh
Menurut Pendapat saya mengenai pemanasan Global,kenaikan Paras laut ialah
Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Pemanasan global yang memicu lumernya es kutub dan pemanasan air laut picu kenaikan muka air laut. Suhu laut yang makin panas juga picu semakin seringnya badai dengan kekuatan makin hebat.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi.
Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Diperlukan langkah drastis kurangi emisi gas rumah kaca guna mencegah krisis kenaikan permukaan air laut. Karena konsentrasi emisi gas rumah kaca di atmosfer saat ini, akan terus memicu kenaikan air laut dalam beribu tahun ke depan.
Kandungan emisi gas rumah kaca di atmosfer benar-benar menjadi racun bagi iklim dunia. Apapun yang kita lakukan, yang menimbulkan dampak pada iklim, akan berdampak panjang pada lapisan es dan kenaikan permukaan air laut.
Manusia harus menjaga konsentrasi emisi gas rumah kaca serendah mungkin. Salah satu langkah paling realistis adalah dengan mengurangi emisi secara drastis. Semakin besar dampak perubahan iklim yang bisa dikurangi, semakin besar dampak buruk kenaikan air laut yang bisa dicegah.
Salam Lingkungan
Nama : Darno Haro Munthe
ReplyDeleteNim : 16202093
Mata Kuliah : Audit Efisiensi Energi
menurut Pendapat Saya :
pemanasan global adalah suatu proses peningkatan suhu rata-rata di bumi, baik itu pada lapisan atmosfer, daratan, dan lautan.
Pemanasan global sangat erat kaitannya dengan pencemaran udara di seluruh dunia. Meningkatnya jumlah karbon dioksida, efek rumah kaca, gas akibat pembakaran bahan bakar fosil, dan aktivitas manusia lainnya, merupakan sumber utama terjadinya pemanasan global selama bertahun-tahun.
Berdasarkan hasil penelitian para ahli menyebutkan bahwa suhu bumi mengalami peningkatan drastis selama satu abad terakhir, yaitu mencapai 0,6°C. Mungkin terlihat kecil, namun dampak pemanasan global tersebut sangat besar bagi kehidupan di bumi.
beberapa faktor penyebab global warming:
1. Polusi Karbon Dioksida
Karbon dioksida ini berasal dari berbagai proses aktivitas manusia, mulai dari proses pembakaran pada mesin kendaraan, mesin pabrik dan industri, pembangkit listrik berbahan bakar fosil, dan lain-lain.
Polusi karbon dioksida ini merupakan penyumbang terbesar penyebab global warming yang terjadi saat ini. Hal ini semakin memburuk karena semakin tingginya pengguna kendaraan bermotor di berbagai belahan dunia.
2. Penggunaan Bahan Kimia
Ada banyak produk dan kebutuhan manusia yang menggunakan bahan kimia, salah satunya adalah pupuk tanaman. Walaupun dianggap berbahaya, namun penggunaan pupuk kimia tetap dilakukan hingga saat ini.
Pupuk kimia mengandung gas nitrogen oksida yang kapasitasnya 300 kali lebih panas dibandingkan dengan karbon dioksida. Nah, bisa dibayangkan bagaimana dampaknya terhadap pemanasan global jika pupuk kimia digunakan secara berlebihan.
3. Penebangan dan Pembakaran Hutan
Aktivitas penebangan dan pembakaran hutan secara liar dan tak terkendali juga menjadi penyebab terbesar terjadinya global warming. Seperti kita tahu, pohon-pohon di hutan dibutuhkan untuk menyumbang oksigen bagi mahluk hidup di bumi.
Penebangan dan pembakaran pohon-pohon tersebut selain menyebabkan polusi udara, juga mengakibatkan hilangnya sebagian ‘paru-paru’ dunia untuk mendaur ulang karbon dioksida.
4. Efek Rumah Kaca
Gedung bertingkat tinggi dan rumah dengan konsep bangunan kaca tidak dapat menyerap panas matahari dan akan memantulkan cahaya matahari ke atmosfir. Sayangnya, panas tersebut tertahan atau terperangkap di atmosfir oleh polusi udara dari karbon dioksida, metana, sulfur dioksida, dan uap air.
pemanasan global dapat diatasi dengan tindakan nyata oleh semua umat manusia di berbagai penjuru dunia. Eksploitasi alam yang selama ini dilakukan harus dikendalikan dengan baik.
Mengacu pada pengertian pemanasan global di atas, ada beberapa upaya sederhana untuk mengatasinya:
1. Mengurangi Penggunaan Kendaraan Bermotor
2. Menjaga Kelestarian Alam
3. Mengontrol Pemakaian Listrik
4. Mengendalikan Limbah
Nama : Jimmy ray manurung
ReplyDeleteNim : 16202095
M.kuliah : Audit dan Efisiensi Energi
menurut artikel yang saya baca tentang Pemanasan Global: Kenaikan Paras Laut itu sangat benar dimana semakin majunya perekonomian negara dan makin meningkatnya penggunaan rumah kaca begitu juga gedung- gedung bertingkat yg menggunakan kaca itu berdampak lebih besar kepada atmosfer bumi,untuk menjauhi faktor dari meningkatnya atmosfer bumi perlu ada penanggulangan dari setiap pemerintahan negara seperti mengurangi dampak efek rumah kaca,menjauhi terjadinya kebakaran hutan,juga penebangan hutan,dan mengurangi polusi kendaraan motor,dan mengurangi pemakaian energi dari alam.untuk itu kepada setiap negara harus ada pnanggulangan lebih untuk menyelamat kan bumi ini dari dampak naiknya suhu panas dari atmosfer seperti penanaman hutan yg gundul,juga pembersihan sampah.Agar dunia ini dapat selamat dari naiknya panas suhu atmosfer dan es di kutub maupun gletser agar semakin terjaga dan tidak berkurangnya suhu udara dingin di bumi ini.
Nama : Roy Martin Sipayung
ReplyDeleteNim : 16202097
Mata Kuliah : Audit Efisiensi Energi
Kelas : 6M2
Menurut pendapat saya mengenai artikel di atas:
Sebagai negara kepulauan dengan 17 ribu jumlah pulaunya, Indonesia wajib berhati-hati dan waspada dengan dampak pemanasan global, karna naiknya permukaan air laut adalah karena akibat pemanasan global. Global Warming yang diakibatkan oleh terjebaknya panas matahari yang seharusnya ke luar angkasa namun tertahan oleh gas efek rumah kaca yang jumlahnya berlebihan karena peran manusia dalam menggunakan energi bahan bakar fosil, membuat samudra menjadi lebih hangat dan berakibat permukaan air laut makin naik.
Ada dua hal yang membuat air laut bertambah naik yaitu ekspansi/perluasan panas dan melelehnya es di Kutub Utara dan Selatan. Para ahli menghitung pada abad lalu permukaan air laut telah naik antara 10 hingga 20 centimeter sungguh mengerikan bukan.
Alasan berikutnya dengan melelehnya sebagian besar es di Kutub Utara dan Selatan yang juga mempunyai musim panas dan dingin sebagaimana daerah lain di bumi ternyata berdampak buruk saat kedua musim itu tiba. Akibat pemanasan global ketebalan es di kedua kutub tersebut makin tipis dan area yang ditutupi es makin sedikit sehingga ketika musim panas datang, es ini gampang meleleh dan tercebur ke laut dan ini membuat tinggi permukaan air laut naik.
Jadi manusia sebagai mahluk yang mempunyai derajat paling tinggi di bumi seharusnya menjaga lingkungan dengan baik. Salah satu langkah paling baik adalah dengan mengurangi emisi secara drastis. Semakin besar dampak perubahan iklim yang bisa dikurangi, maka semakin besar besar harapan menurunnya tingkat kenaikan air laut.
Sekian yang dapat saya sampaikan Trimakasih.
Nama :Yogi Mangaranap Gultom
ReplyDeleteNIM :16 202 099
M.Kuliah:Audit dan Efisiensi Energi
Menurut saya, pemanasan global memberikan dampak yang sangat besar. Seperti dikatan pada artikel ini pemenasan global itu adalah monster yang akan menyerang kita. Sudah terbukti dari kenaikan muka air laut yang tiap tahunnya meningkat akibat mencairnya es di benua antartika akibat pemanasan global ini. Untuk itu saya sangat setuju dengan tulisan di artikel ini untuk melakukan sesuatu, kendati kecil untuk mengurangi pemanasan global. Jangan cuma “berkicau”, mari berbuat.
Kita mulai dari diri sendiri. Misalnya kita dapat mengurangi gas rumah kaca yang kita hasilkan. Cintai bumi kita ini. Bukan hanya untuk sekarang tapi juga untuk puluhan atau bahkan ratusan dan ribuan tahun kedepannya.
Nama : Yogi Mangaranap Gultom
ReplyDeleteNIM : 16202099
Kelas/jurusan : Semester Pendek/Teknik Mesin
M.kuliah : Pengendalian Ligkungan Industri (PLI)
Pendapat saya terhadap tulisan bapak Dr.Ir.Hamzah Lubis, SH.,M.Si yang berjudul ” Pemanasan Global, Kenaikan Paraas Laut” yang telah dimuat pada Sk. Prestasi Reformasi di Medan, No.511 , tgl. 28 Februari 2017. Tulisan ini mengatakan bahwa tedapat ancaman monster yang mengincar indonesia yaitu pemanasan global yang memberikan dampak serius yaitu kenaikan permukaan air laut.
Diperoleh dari data WMO ( World Metereoligical Organization) yang menyatakan bahwa suhu secara global baik di permukaan darat atau laut mengalami kenaikan. Data diperolah dengan membandingkan ke beberapa tahun sebelumnya. Pemanasan ini diperparah oleh gas emisi karbondioksida, kebakaran hutan dan gas efek rumah kaca. Kenaikan panas atau suhu atmosfir ini mengakibatkan kenaikan permukaan atau paras air laut.
Suhu bumi yang meningkat ini mencairkan es yang berada di benua antartika. Jika kenaikan suhu ini terus meningkat, maka ada kemungkinan gunus es yang ada di benua antartika akan meleleh atau bagan terbelah dan habis menjadi air. Pencairan es di benua antartika ini terbukti dari data yang menjelaskan kenaikan permukaan air laut tiap tahunnya di beberapa titik yang diukur di dunia. Mungkin sekarang kita tidak terlalu merasakan dampaknya tapi dapat dipastikan jika suhu bumi terus meningkat maka kenaikan paras laut juga dapat meningkat hingga belasan meter.
Prediksi kenaikan muka laut global hingga 1 meter dapat meleset, meningkat menjadi dua kali lipat dari perkiraan, menjadi 2 meter, terutama jika masyarakat dunia tidak berbuat apa-apa. Tanpa pembatasan paparan emisi secara global, yang antar lain disumbangkan aktivitas industri tidak ramah lingkungan dan kebakaran hutan dan lahan, kenaikan muka laut hingga dua kali lipat dari prediksi awal akan terjadi dalam 100 tahun mendatang. Dibeberapa titik di dunia juga mengalami kenaikan paras laut dengan cepat tidak sesuai dengan perkiraan. Pada tulisan ini dikatan yang akan mendapatkan dampak dari kenaikan paras laut ini pertama adalah daerah pesisir. Memang di dataran tinggi tidak terkena dampaknya. Tetapi apakah kita tega saudara kita ditimpa masalah kenaikan paras laut karena ulah kita semua?
Memang beberapa penyebab kenaikan suhu bumi diatas sangat berbahaya tetapi disatu sisi dapat membantu pekerjaan kita. Seperti mobil sebagai alat transportasi kita dilain sisi juga monster bagi kita karena menghasilkan emisi gas buang. Untuk itu mari kita menguranginya dengan menghemat penggunaan mobil dan sejenisnya yang dapat meningkatkan kenaikan suhu bumi, mengurangi efek rumah kaca, dll. Oleh karena itu banyak orang yang telah berusaha mengubah atau pun mengurangi emisi gas buang dengan penemuan baru. Bagaimana dengan kita? Untuk itu saya sangat sangat setuju dengan tulisan ini yang memebrikan ajakan ajakan kebaikan untuk mengurangi dampak kenaikan suhu bumi kita. Ayo, lakukan sesuatu, kendati kecil untuk mengurangi pemanasan global. Jangan cuma “berkicau”, mari berbuat.
sekian
Nama :Ady Syahputra Purba
ReplyDeleteNIM : 16202105
M.kuliah : Pengendalian Ligkungan Industri
Menurut Pendapat Saya;
Kenaikan suhu atmosfir ini, diikuti menghangatnya temperatur laut global secara progressif. Pada November 2016, kenaikan suhu perairan laut mencapai 0,76 derajat celsius dibanding 30 tahun sebelumnya. Pada tahun 2015, kenaikan suhu perairan global 0,73 derajat celsius dan pada tahun 2010 kenaikannya 0,57 derajat celsius, jiga dibanding 30 tahun sebelumnya. Bahkan, kenaikan suhu tahun 2016, pada beberapa tempat melebihi kenaikan suhu rata-rata global. Dibeberapa wilayah di Artik (Kutup Utara) yang masuk Rusia, kenaikan suhu rata-rata global mencapai 1,3 derajat celsius. Beberapa daerah Artik lain, seperti Alaska dan barat laut Kanada, suhu meningkat 3 derajat celsius. Tahun 2016, menjadi tahun terpanasa sepanjang priode bumi ini.
Akibat kenaikan suhu bumi, es di kutub maupun gletser di puncak-puncak gunung abadi, mulai mencair. Tidak lama lagi, diperkirkan gunung es raksasa segera terpisah dari bagian besar Benua Antartika. Dugaan ini berdasarkan munculnya retakan lapisan es di daerah Larsen C di barat laut Antartika yang terus memanjang. Bahkan selama Desember 2016, puncak musim panas belahan bumi bagian selatan, keretakan selebar 100 meter sedalam 0,5 km itu bertambah panjang 18 km hanya beberapa minggu.
Kini bagian akhir retakan ini hanya berjarak 20 km dari tepi samudera. Jika lepas akan tercipta gunung es seluas 5.000 km persegi diperkirakan masuk dalam 10 besar gunung es yang lepas yang tercatat. Keretakan Larsen C setebal 350 m akan menyusul lepasnya gunung es dari daerah Larsen lain: Larsen A pada 1995 dan Larsen B 2002. Lepasnya gunung es itu akan memicu ketidakstabilan lapisan es di dekatnya. Artinya, akan memicu lepasnya lapisan-lapisan es lainnya. Mencairnya es secara drastis di Antartika dalam waktu 50-100 tahun belakangan ini.
Sekian dan Terimakasih