Mengapa Harus Memilih e- Dagang


MENGAPA HARUS MEMILIH E-DAGANG

Dr.Ir.Hamzah Lubis, SH.,M.Si
Owner MUAMALAH MALL ONLINE
www.muamalah.mybigmallshop.com
                                                               
Sebuah keniscayaan, kita tidak belanja online, seperti halnya keniscayaan tidak memakai hand phone pada saat sekarang ini.  Dengan perkembangan teknologi IT dan pengiriman barang, kesibukan kerja, budaya hidup, maka pelan tapi pasti belanja online menjadi bahagian dari kehidupan kita. Hanya dengan menekan tut komputer atau hand phone kita sudah menjelajahi mall, melakukan pembelian barang, bahkan juga memesan berbagai jasa yang dibutuhkan.

Pengguna internet
Data ITU World Telecomunication menujukkan, pada 2014 hampir 3 milyar orang atau 40 persen populasi dunia menggunakan internet. Dari jumlah itu, 80 persen diantaranya memiliki telpon seluler. Tidaklah mengherankan bila omset bisnis daring terus meningkat. The Static Portal menyebutkan, 41 persen dari pengguna internet global atau sekitar 1,3 milyar orang memberi produk daring tahun 2013. Pada tahun 2015, pembeli daring terbanyak barasal dari Tiongkok, diikuti Jerman, India, Brasilia,dan Inggris.
Managing Director Clarion Events Asia Richard Ireland mengatakan, Asia Tenggara merupakan pasar internet dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Tahun 2016 penggunaannya mencapai 260 juta orang, yang pada tahun 2020 diperkirakan menjadi 489 juta orang. Perlu dicatat, bahwa tiga industri yang menopang pertumbuhan  internet. Industri tersebut adalah e-dagang, media daring terutama periklanan dan gim, serta perjalanan wisata. Dari tiga sektor industri  tersebut, e-dagang tumbuh paling cepat yaitu 32 persen per tahun.

Pengguna Indonesia
Pengguna internet di Indonesia pada 2016 sebanyak 132,7 juta orang. Sebanyak 65 persen diantaranya berada di Pulau Jawa. Data riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia bersama Lembaga Poling ini, menunjukkan kenaikan pengguna dari tahun-tahun sebelumnya.Tahun 2016 sebanyak 52,8 persen penduduk Indonesia dari jumlah total 256,2 juta orang telah terpenetrasi internet. Padahal 2012 dan 2014, jumlah masing-masing baru 24,23 persen dan 34,9 persen.
Head of Small Medium Business Marketting Google Wilayah Indonesia, Fida Heyder menyebutkan, rata-rata pertumbuhan pengguna internet Indonesia mencapai 19 persen per tahun. Jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2015 sebanyak 92 juta dan diperkirakan naik menjadi 215 juta pada tahun 2020.

Keterhubungan orang-orang dalam jejaring internet itu melahirkan sejumlah peluang dan juga diikuti ancaman yang kerap tidak kita sadari.  Ternyata, hasil penelitian, sebanyak 50 persen anak didik di SD terpenetrasi dengan internet. Banak-anak kelas IV-VI sudah punya akun sosial.

Transasi E-Dagang
Nilai transaksi perusahaan B2C (Busines to Consumer), seperti Amazon, Wallmart, dan Rakuten mencapai 1,47 millyar dollar AS pada 2013. Pada 2015, konten pemasaran daring meningkat tiga kali lipat dari pemasaran tradisionil, berbiaya 62 persen lebih murah. Pelan tapi pasti, konsumen akan memilih industri digital karena kebutuhan mereka bisa terpenuhi dengan efektif selakus efisien. Tak  ada jalan lain, industri konvensional memang harus beradaptasi kalau tidak ingin mati pelan-pelan.
Country Head Retail Banking Cartered Indonesia Lanny Hendra, mengungkapkan potensi industri perdagangan secara elektronik (e-dagang) khsususnya laman pemasaran, cukup besar. Mengutip riset CSLA, pada 2014 nilainya adalah 24 persen dari total nilai perdaganngan riil. Nilainya  lebih tinggi dibandingkan dengan nilai  Tiongkok (20 persen) dan Amerika Serikat (9 persen).
Menurut riset e-marketer, pertumbuhan penjualan barang dan jasa melalui internet pada kurun waktu 2014-2019 diestimasi meningkat 21 persen atau setara 448 triliun dollar AS per tahun. Kenaikan transaksi e-dagang ini sedikitg demi sedikit menggerus prolehan total penjualan retil di seluruh dunia.
                Pada tahun 2014, prosentase penjualan ritel internet hanya menguasai 1.336 triliun dollar AS atau 7,4 persen dari total penjualan ritel global. Namun pada tahun 2019, penentrasi transaksi lewat internet ini diperkirakan akan menguasai hingga 3.578 triliun dollar AS atau 12,8 persen. Transaksi daring diproyeksi akan mendominasi total penjualan ritel dunia.
Perbandingan pertumbuhan e-dagang Indonesia dan ASEAN, malaysia 14 persen, Thailand 22 persen, Filipina 28 persen dan Indonesia 42 persen. Estimasi nilai transaksi e-dagang di negara tetangga dalam dollat AS, Tingkok tahun 2013 (181,62 juta dollar AS), tahun 2014 (274,57 juta dollar AS), 2015 (358,59 dollar AS),2016 (439,72 juta dollar AS). Nilai traksaksi e-dagang Jepang tahun 2013 (118,59 juta dollar AS), 2014 (127,06juta dollar AS), 2015(135,54 juta dollar AS), dan 2016 (143,13juta dollar AS). Korea Selatan tahun 2013 (18,52 juta dollar AS), 2014 (20,024 juta dollar AS), 2015(21,92 juta dollar AS), dan 2016 (23,71 juta dollar AS). India tahun 2013 (16,32 juta dollar AS), 2014 (20,74 juta dollar AS), 2015(25,65 juta dollar AS), dan 2016 (30,31juta dollar AS).
               

Beralih ke-e dagang
Indonesia, kini disebut sebagai salah-satu negara di Asia Tenggara yang memiliki prospek besar bisnis e-dagang. Menurut hasil riset  Euromonitor, pertumbuhan rata-rata tahunan penjualan daring Indonesia selama kurun 2014-1017 mencapai 38 persen. Dengan angka ini, Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia Tenggara, mengalahkan Thailand dengan pertumbuhan 19 persen dan Singapura (13 persen).
                Namun bila dibandingkan dengan total transaksi ritel, penjualan lewat e-dagang di negara-negara Asia Tenggara masih sangat kecil. Riset Euromonitor menunjukkan selama ini rata-rata hanya kurang dari 1 persen per tahun. Berbeda jauh dengan pangsa pasar e-dagang di Tiongkok dan Amerika yang lebih dari 8 persen dari seluruh penjualan ritel.
                Kajian DBS Group Research menyebutkan tiga hal yang menyebabkan belanja daring di Asia Tenggara termasuk  Indonesia masih rendah. Pertama, konsumen belum sepenuhnya percaya pada mekanisma pembayaran. Kedua, belum ada jasa pengiriman yang andal untuk pengiriman ke segala tujuan dengan cepat. Terakhir, pelaku usaha daring kesulitan menyesuaikan portal mereka untuk beroperasi di sejumlah negara di Asia Tenggara. Kendala terakhir ini dikarenakan ada perbedaan budaya, bahasa dan peraturan.
Salahsatu pemain e-dagang Indonesia adalah Bukulapak. Sebagai gambaran nilai transaksi harian tahun 2014 tercatat Rp.500 juta, pada 2015 nilainya naik menjadi Rp.17 milyar. Adapun tahun 2016, transaksi harian mencapai Rp.50 milyar. Selama perayaan hari Belanja Nasional (12-14 Desember 2016) saja, nilai transaksi mencapai Rp.300 milyar. Bukulapak dikomandoi Achmad Zaki, mulai dari keci. Ketika berdiri pada awal tahun 2010, hanya memiliki ratusan lapak dan pada akhir tahun 2016 telah mencapai 1,3 juta unit. Kalau begitu, mengapa kita tidak memulainya?


Tulisan Dr.Ir.Hamzah Lubis,SH.MSi berjudul: "Mengapa Harus Memilih E-Dagang" telah dimuat pada   Sk. Prestasi Reformasi, No.512,  15 Maret  2017,   hal.6 kol.1-7.
 



1 comment:

  1. Nama: Sakbana Al Farsi,
    Mahasiswa Univeritas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU)
    kelas Jinayah, Sem V B.
    Assalamualikum wr.wb
    Mengenai “Transasi E-Dagang” tentunya mempunya kelebihan dan kekurangan, terlebih semua masyarakat tidak semua menggunakan sistem ini disebabkan terbatasnya kemampuan dari masyarakt sendiri mengenai teknlogi, jadi hanya masyrakat menengah ke atas saja yang dapat menggunakan sistem ini. Berikut kelebihan dan kelemahan dalam sistem ini :
    Keuntungan dari e-commerce :
    1. Meningkatkan pendapatan dengan menggunakan online channel yang biayanya lebih
    murah.
    2. Mengurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan kertas, seperti biaya pos surat,
    pencetakan, report, dan sebagainya.
    3. Mengurangi keterlambatan dengan menggunakan transfer elektronik/pembayaran yang
    tepat waktu dan dapat langsung dicek.
    4. Mempercepat pelayanan ke pelanggan, dan pelayanan lebih responsif.
    5. Melebarkan jangkauan (global reach.
    6. Meningkatkan customer loyality.
    7. Meningkatkan supplier management.
    8. Memperpendek waktu produksi.
    9. Meningkatkan value chain (mata rantai pendapatan).
    Kerugian dari e-commerce :
    1. Kehilangan segi finansial secara langsung karena kecurangan. Seorang penipu mentransfer uang dari rekening satu ke rekening lainnya atau dia telah mengganti semua data finansial
    yang ada.
    2. Pencurian informasi rahasia yang berharga. Gangguan yang timbul bisa menyingkap semua informasi rahasia tersebut kepada pihak-pihak yang tidak berhak dan dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi si korban.
    3. Kehilangan kesempatan bisnis karena gangguan pelayanan. Kesalahan ini bersifat kesalahan non-teknis seperti aliran listrik tiba-tiba padam.
    4. Penggunaan akses ke sumber oleh pihak yang tidak berhak. Misalkan seorang hacker yang berhasil membobol sebuah sistem perbankan. Setelah itu dia memindahkan sejumlah rekening orang lain ke rekeningnya sendiri.
    5. Kehilangan kepercayaan dari para konsumen. Ini karena berbagai macam faktor seperti usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak lain yang berusaha menjatuhkan reputasi perusahaan tersebut.
    6. Kerugian yang tidak terduga. Disebabkan oleh gangguan yang dilakukan dengan sengaja, ketidakjujuran, praktek bisnis yang tidak benar, kesalahan faktor manusia, kesalahan faktor manusia atau kesalahan sistem elektronik.
    Jadi itu saja, lebih kurang mohon maaf, sekian terima kasih.

    ReplyDelete