1.
Pemanasan
Global, 2016 Tahun Terpanas
Pelan tapi pasti, kendati suhu matahari semakin
mendingin, namun suhu bumi semakin panas karena adanya efek rumah kaca. Efek
rumah kaca terjadi, karena semakin meningkatnya emisi gas-gas rumah kaca yang
dibuang ke atmosfir. Rilis World Meteoroligical
Organization (WMO), 2 Februari 2015, menyatakan, bahwa kenaikan suhu akan menjadi tren yang terus
berlanjut.
Kenaikan
Suhu Global
Selama 100
tahun sebelum tahun 1970, kenaikan temperatur beru sekitar 1 derjat
celsius. Bila merunut ke tahun 1900,
pada 50 tahun pertama kenaikan temperatur rata-rata adalah 0,2 derjat celsius.
Tapi pada 50 tahun kemudian kenaikan temperatur rata-rata mencapai 0,5 derjat
Celsius dan pada 30 tahun terakhir meningkat tajam. Misalnya, data Panel Antar
Pemerintah Untuk Perubahan Iklim (IPCC)
dari tahun 1990 sampai 2008 telah terjadi peningkatan temperatur
rata-rata 0,15-0,3 derajat celsius.
Data WMO, suhu rata-rata global dipermukaan darat
dan laut tahun 2014 mencatat 0,57 derajat celcius di atas suhu rata-rata jangka
panjang dengan menggunakan acuan priode 1961-1990. Sebagai pembanding,
suhu tahun 2010 lebih tinggi 0,55
derajat celcius dibanding priode rata-rata. Tahun 2015, kenaikan suhu 0,77
derajat celsius dari baseline.
Tahun 2016,
telah digadang-gadang menjadi tahun terpanas dunia oleh Sekretaris Jenderal
World Meteoroligical Organization (WMO)
Petteri Taalas pada Konferensi Para Pihak (COP-22) Konvensi Kerangka Kerja
Untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) di Marrakesh, Maroko, 7-18 November 2016 lalu.
Berdasarkan pantauan WMO, sejak Januari-September 2016, kenaikan suhu global sekitar 0,88 derajat
celsius, diatas suhu rata-rata 14 derajat celsius pada 1961-1990. Priode itu,
digunakan WMO sebagai dasar (baseline).
Menurut Mulyono R Prabowo, Kepala Pusat Meteorologi
Publik, Badan Meteorolgi , Klimatologi dan Geofisika (BMKG), tingginya kenaikan
suhu global pada tahun 2016, tidak lepas dari kuatnya El Nino priode
2015-2016. Kondisi ini diperparah faktor besarnya emisi karbon diaksida (CO2),
akibat kebakaran hutan dan lahan yang melepaskan emisi gas rumah kaca menumpuk
pada tahun 2016. Akhirnya pada laporan tahunan WMO, menetapkan tahun 2016
sebagai “ Tahun Terpanas Dunia” dengan kenaikan suhu rata-rata global 0,86
derajat celsius dibanding priode referensi 1961-1990. Kenaikan suhu ini
melampau rekor lama tahun 2015 yang tercatat setinggi 0,77 derajat celsius.
Kenaikan suhu atmosfir ini, diikuti menghangatnya
temperatur laut global secara progressif.
Pada November 2016, kenaikan suhu perairan laut mencapai 0,76 derajat celsius dibanding 30 tahun
sebelumnya. Pada tahun 2015, kenaikan
suhu perairan global 0,73 derajat celsius dan
pada tahun 2010 kenaikannya 0,57 derajat celsius, jiga dibanding 30
tahun sebelumnya.
Bahkan, kenaikan suhu tahun 2016, pada beberapa
tempat melebihi kenaikan suhu rata-rata global. Dibeberapa wilayah di Artik
(Kutup Utara) yang masuk Rusia, kenaikan suhu rata-rata global mencapai 1,3
derajat celsius. Beberapa daerah Artik lain, seperti Alaska dan barat laut
Kanada, suhu meningkat 3 derajat celsius.
Kenaikan
Suhu Indonesia
Indonesia, sebagai bagian dari planet bumi ikut juga mengalami kenaikan
suhu. Data pada tahun 2013, menunjukkan perubahan suhu kota-kota di Indonesia
yang lebih tinggi dari 1 derjat celcius dalam sepuluh tahun belakangan. Analisa data iklim Badan Meterologi dan
Geofisika, kenaikan suhu udara per sepuluh tahun mulai 0,036 derajat celcius
sampai 1,383 derajat celcius.
Kenaikan suhu udara terendah tercatat di Kota Sibolga, Sumatera Utara
mencapai 0,036 derjat celcius dari rata-rata 31,52 derjat celcius. Adapun
kenaikan suhu udara tertinggi tercatat di Kota Wamena, Papua mencapai 1,38
derajat celcius dari rata-rata 25,97 derajat celcius. Dari 16 kota yang
dianalisis, kenaikan suhu dalam 10 tahun
di enak kota/lokasi ternyata mencapai diatas 1 derajat celcius. Lokasi
itu adalah Pulau Bawean ,Jawa Timur (1,15 derjat C), Waingapu ,Nusa Tenggara Timur (1,11 derjat
C), Kupang, NTT (1,35 derjat C), Jayapura (1,22 derjat C), Wamena (1,38 derjat
C), dan Merauke (1,15 derjat C) di Provinsi Papua.
Laporan BMKG, untuk kenaikan suhu tahun 2014, suhu rata-rata lebih tinggi 0,68 derajat
celcius dibanding suhu rata-rata normal. Anomali itu naik 28,30 persen
dibanding anomali suhu rata-rata di 2013 sebesar 0,53 derajat celcius. Suhu
rata-rata Indonsia tahun 2014, 27,25
derajat celcius, meningkat dari suhu rata-rata 2013 sebesar 27,1 derajat
celcius. Untuk Indonesia, acauan priode rata-rata adalah 1980-1990 sebesar
26,57 dercat celcius.
Wilayah yag banyak mengalami anomali tinggi, diatas 0,67 derajat celcius
adalah Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Jika dikelompokkan berdasarkan kelas
anomali, stasiun pengamatan BMKG yang mencatat anomali suhu di atas 0,67
derajat celcius sebanyak 17 stasiun. Pada tahun 2008 hanya 8 stasiun yang
mencatat anomali diatas 0,67 derajat celcius.
Tahun 2014, 12 stasiun mencatat anomali suhu pada
kisaran 0,33-0,67 serajat celcius, sedangkan 4 stasiun mencatat kurang dari
0,33 derajat celcius. Meskpun selisih suhu 2014 terhadap suhu priode rata-rata
secara terlihat kecil, dampaknya sangat besar pada proses di atmosfir.
Contohnya anomali suhu permukaan yang hanya 0,5 derajat celcius bisa memicu El
Nino (fenomena peningkatan suhu muka laut yang bisa memberi dampak kekeringan).
Penelitian yang dipublikasikan di
International Journal of Climatology
tahun 2016 ini menggunakan pengukuran data suhu 1866-1012, kenaikan suhu
Jakarta dalam 135 tahun telah mencapai rata-rata 1,6 derajat celsius. Kenaikan suhu
jakarta ini melampaui laju naiknya termperatur global yang hanya 0,85 derajat
celsius. Adapun pengukuran tahun 2015, kenaikan suhu Jakarta bahkan sudah
mencapai 1,8 derajat celsius. Suhu maksimum siang hari di Jakarta tahun 2016
tercatat 37,6 derajat celsius pada 1 Juli 2016.
Ambang Batas
Konferensi Para Pihak (COP-22) Konvensi Kerangka
Kerja Untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) 2016, berharap kenaikan suhu tidak sampai
1,5 derjat celsius atau 2 derjat celsius pada akhir abad ini. Dengan suhu
seperti ini, masih mungkin dampak kenaikan suhu dapat dikelola. Kenaikan temperatur hingga 3 derjat celsius
mungkin merupakan titik batas. Setelah 3
derjat celsius, kita sulit mencegah kenaikan berikutnya. Dan bila sudah
mencapai 6 derjat celsius maka terjadilah kepunahan hampir semua kehidupan,
termasuk manusia.
Dampak
Pemanasan
Para ilmuan sepakat, dan sudah dirasakan umat
manusia, kenaikan suhu bumi berdampak negatif pada banyak hal. Sejumlah
penyakit akan mewabah dalam skala luas, cuaca semakin sulit diprediksi,
intensitas badai dan puting beliung akan meningkat, terjadinya kenaikan
permukaan air laut, hingga munculnya ancaman ketahanan pangan akibat pola tanam
yang berubah-ubah.
Saat ini musim kemarau di Indonesia semakin
panjang, sedangkan musim hujan semakin pendek. Namun intensitas hujannya
semakin tinggi yang berakibat banyak kejadian banjir dan tanah longsor. Sektor
pertanian kesulitan dengan iklim yang berubah. Musim tanam mengalami
pergeseran. Ada yang bergeser maju, tetapi ada pula yang justru mundur. Data
tahun 2016, telah terjadi dampak signifikan di sektor perikanan. Ikan spesies
lemuru (Sardinella lemuru) menghilang dari habitatnya di Selat Bali.
Pemanasan global dan dampaknya, ibarat bakteri ganas, yang terus kita sebar setiap
kali kita bernapas. Bakteri itu, pasti
akan terus menggeroti kita. Saatnya kita melakukan tindakan. Pilihannya, pabrik dan sumber emisi yang
harus dimatikan atau asap (emisi) yang dikelola? Anda sepakat kan......
NAMA : MICHAEL VIZAY SIAHAAN
ReplyDeleteNIM : 18202098
KELAS : 4M3
TUGAS COMENT – PENGENDALIAN LINGKUNGAN INDUSTRI
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
Penyebab perubahan iklim dan pemansan global terdiri dari berbagai factor factor yang berbeda. Beberapa penyebab perubahan iklim di jelaskan dalam artikel.
-Perubahan iklim telah mejadi salah satu masalah lingkungan hidup dunia dan megancam kelanjutan system penyangga kehidupan di bumi. Dampak perubahan iklim bagi manusia bersifat negative sehingga sangat berpotensi dan menurunkan kualitas hidup manusia.
-Perubahan iklim adalah perubahan substansial iklim bumi yang berlangsung untuk jangka waktu tertentu.sementara pemanasan global mengacu pada perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan suhu rata rata atmosfer bumi. Penyebab perubahan iklim dan pemanasan global terdiri dari berbagi factor yang berbeda , tetapi paling seru di kaitkan dengan campur tangan aktifitas manusia, khususnya pelepasan gas rumah kaca yang berlebihan,
-Penyebab perubahan iklim di dunia dilakukan dengan mempelajari berbagi catatan iklim bumi, kembali pada ratusan ribu tahun silam ( dalam beberapa kasus. Jutaan atau ratusan juta tahun). Dengan menganalisis sejumla factor tidak langsung yang berhubungan dengan iklim seperti inti es, lingkar pohon. Panjang gletser. Serbuk sari. Sedimen laut. Dan mempelajari perubahan orbit bumi mengelilingi matahari.
Catatn tersebut menunjukan bahwa system iklim bervariasi secara alamiah melaui berbagi skala waktu . secara umum, perubahan iklim sebelum revolusi industry di tahun 1700-an dapat di jelaskan oleh berbagi penyebab perubahan iklim yang bersifat alamiah seperti perubahan energy matahari. Letusan gunung berapi dan berubahan alam dalam konsentrasi gas rumah kaca (GRK)
Banyak factor dapat menyebabkan perubahan keseimbangan energy bumi , yaitu :
1.Variasi energy matahari mencapai bumi
2.Perubahan reflektifitas atmosfer dan perbukaan bumi.
3.perubahan efek rumah kaca, mempengaruhi jumla panas yang di tahan oleh atmosfer
Ketika sinar matahari mencapai permukaan bumi. Baik dapat di pantulkan kembali ke ruang angkasa atau di serap oleh bumi. Setelah di serap. Planet melepaskan sebagi energy kembali ke atmosfer sebagai panas (radiasi inframerah). Gas rumah kaca (GRK) seperti uap air (H20), metana (CH4) meyerap energy, memperlambat atau mencegah hilangnya panas keruang angkasa. Dengan cara ini ,GRK bertindak seperti selimut, membuat bumi lebih hangat dari pada seharusnya. Proses ini di kenalkan sebagai” efek rumah kaca”
Nama : Rocky Al'amin
ReplyDeleteNim. : 18202048
Kelas : 4m2
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001).
Pemanasan global merupakan peningkatan rata-rata temperatur atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi dan di troposfer, yang dapat berkontribusi pada perubahan pola iklim global. Pemanasan global terjadi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer.
Penyebab Perubahan Iklim
Perubahan iklim terjadi akibat efek dari meningkatnya konsentrasi karbon dioksida yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
Para ilmuwan telah mengamati beberapa perubahan jangka panjang dalam pola cuaca sejak pertengahan akhir abad ke-19. Dengan melakukan pengukuran tingkat karbon dioksida dan suhu global dalam derajat Fahrenheit atau derajat Celcius.
Kenaikan suhu rata-rata yang diukur sebagai anomali suhu relatif terhadap suhu rata-rata 1951-1980 menunjukkan bahwa suhu pada tahun 2016 hampir satu derajat celcius lebih tinggi daripada rata-rata.
Penyebab lain dari perubahan iklim termasuk pertanian dan perubahan pola penggunaan lahan.
Dampak Pemanasan Global ( Global Warming )
Akibat perubahan ini menyebabkan terjadinya perubahan pola cuaca, kondisi lingkungan dan ekosistem, seperti:
Pemanasan Samudera
Lautan menyerap hampir 90% panas berlebih dari udara di sekitarnya sehingga lebih hangat. Meskipun sebagian besar panas diserap di permukaan, karena laju pemanasan meningkat panas mencapai perairan yang lebih dalam.
Perubahan salju, es, dan tanah beku
Meningkatnya suhu permukaan menyebabkan penurunan massa es. Pengukuran massa es oleh satelit NASA menunjukkan bahwa massa Antartika dan Greenland menurun secara cepat.
Kenaikan permukaan air laut
Kenaikan permukaan air laut disebabkan air dari lapisan es dan gletser yang mencair dan perluasan air laut saat menghangat. Pengamatan tingkat satelit menunjukkan ketinggian laut terus meningkat setiap tahunnya. Kenaikan permukaan laut memiliki dampak buruk pada populasi yang tinggal di daerah pesisir.
Perubahan pola cuaca dan cuaca ekstrem
Perubahan iklim menyebabkan perubahan frekuensi, intensitas, luas spasial, durasi, dan waktu cuaca dan iklim ekstrem. Beberapa perubahan dalam pola cuaca termasuk peningkatan jumlah hari hangat dan malam dan penurunan hari dan malam yang dingin dan peningkatan frekuensi dan intensitas suhu harian yang ekstrem.