MK.AEE-15.REKOMENDASI KEBIJAKAN ENERGI


Biomassa dalam bentuk kayu sebagai salah satu energi terbarukan sebenarnya sudah digunakan sejak lebih dari 150 tahun lalu (EIA, 2013). Namun, pasca penemuan mesin-mesin berbahan bakar energi fosil, tingkat ketergantungan terhadap
kayu berkurang. Sebagai sumber energi, batubara, minyak dan gas alam lebih dapat diandalkan sekaligus lebih murah disbanding kayu. Karena dalam perkembangannya harga bahan bakar fosil cenderung fluktuatif, cadangannya semakin menipis dan mengemisi CO2 dalam volume besar, maka kini beragam upaya dilakukan untuk mengembangkan energi yang lebih ramah lingkungan dan tersedia dalam jumlah tak terbatas. Energi tersebut dinamakan energi baru dan terbarukan (EBT). Sumber yang paling umum digunakan untuk energi terbarukan hingga saat ini terdiri dari air, tenaga surya, angin, panas bumi, kayu, biodiesel, dan gelombang laut.
Energi terbarukan menawarkan berbagai manfaat sebagai berikut:
1.      Emisi gas rumah kaca yang rendah, baik ketika dikonsumsi maupun pada saat proses produksinya. Fakta ini menjadikan energi terbarukan sebagai komponen utama dalam strategi mitigasi perubahan iklim untuk menggantikan sumber energi padat karbon. Merujuk pada perhitungan IPCC (2011), gas alam mengemisi antara 0,6 hingga 2 pon CO2 setara per kilowatt-jam (CO2E/kWh) dan batubara sebesar 1,4 sampai 3,6. Sedangkan tenaga angin hanya sebanyak 0,02 – 0,04, tenaga surya 0,07-0,2, panas bumi 0,1-0,2 dan tenaga air hanya 0,1-0,5. Unfuk biomassa, kisarannya tergantung pada sumber energi yang digunakan serta pemakaiannya.
2.      Kesehatan publik yang lebih baik. Dampak positif rendahnya emisi karbon dari energi terbarukan di antaranya ialah terhindarnya pencemaran terhadap udara dan air yang berpotensi menimbulkan berbagai penyakit. Hal ini akan menurunkan biaya kesehatan, baik yang ditanggung pribadi maupun oleh negara. Bahkan, pembangkit tenaga angin dan surya tidak membutuhkan air, sehingga tidak mengakibatkan polusi dan tidak mereduksi jumlah air, yang diperlukan untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari. Sedangkan di sisi lain, pertambangan batubara dan pengeboran gas alam berpotensi menciptakan polusi terhadap sumber air minum. Lebih jauh, produksi bahan bakar fosil, baik batubara, minyak maupun gas alam membutuhkan air dalam jumlah besar untuk proses pendinginan.
3.      Persediaan bahan baku yang tidak akan habis. Suplai angin, sinar matahari, residu tanaman, panas dari dasar bumi serta air yang deras selalu tersedia. Keberagaman suplai seperti ini akan menurunkan tingkat ketergantungan terhadap salah satu sumber energi. Selain itu, kebanyakan bahan baku energi terbarukan tersedia gratis, sehingga harga pasarnya cenderung stabil. Hal ini jelas berbeda dengan harga bahan bakar fosil yang sangat fluktuatif.
4.      Penyediaan lapangan pekerjaan. Proses produksi energi fosil cenderung mekanistis dan padat modal. Ini berbeda dengan sektor EBT yang lebih bersifat padat karya. Dengan demikian, secara rata-rata, kemampuan penyerapan tenaga kerja industri energi terbarukan akan lebih besar ketimbang sektor energi fosil.
5.      Sistem energi yang lebih dapat diandalkan. Pembangkit angin dan surya memiliki probabilitas kegagalan berskala besar yang lebih rendah, karena secara geografis tersebar di banyak wilayah. Cuaca buruk di satu lokasi tidak mengganggu suplai energi ke seluruh wilayah. Badai Sandy di tahun 2012 di AS telah mengacaukan produksi dan sistem distribusi listrik berbasis energi fosil di New York dan New Jersey. Di sisi lain, kerusakan yang terjadi akibat badai tersebut padaberbagai instalasi EBT di wilayah timur laut AS sangat minimal (Unger, 2012).
Namun demikian, perlu dicatat pula bahwa selain diperlukan kapasitas yang sangat besar untuk menjamin keandalan pasokan, baik untuk tenaga listrik maupun transportasi, energi bersih juga membawa dampak negatif bagi lingkungan. Berikut adalah beberapa konsekuensi dari energi terbarukan yang merugikan lingkungan sebagaimana dikemukakan oleh Abbasid dan Abbasi (1999) lihat Tabel 2.5 :




                                    Tabel 2.5 Dampak Negatif EBT















Meski terdapat beberapa dampak negatif, manfaat energi terbarukan masih lebih besar daripada biaya finansial dan sosial yang ditimbulkannya. Maka, tidak heran jika kini banyak negara berbondong-bondong mengembangkan sumber energi terbarukan. Negara-negara maju dengan sumber daya yang dimiliki (sains dan pendanaan) diharapkan bersedia membantu negara berkembang, sehingga energi terbarukan menjadi gerakan global. Gerakan tersebut berfujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengubah komposisi bauran energi (energy mix) sebagaimana terlihat dalam Grafik 2.4  berikut:




GRAFIK 2.4. Bauran Energi Global International Energy Agency (IEA)

Pada Grafik 2.4 terlihat bahwa peran energi terbarukan dalam bauran energi global diharapkan akan meningkat meski perlahan, dan pada saat yang sama, penggunaan energi fosil (gas alam, batubara, dan minyak) berkurang. Menarik untuk dicermati bahwa pada publikasinya yang berjudul World Energy Outlook. Grafik 2.4. Bauran Energi Global International Energy Agency (IEA) menetapkan tiga macam skenario untuk tahun 2035, di lnana skenario 450 merupakan kondisi paling optimis (Skenario kebijakan saat ini ialah suatu kondisi di mana tidak ada perubahan kebijakan yang diambil pemerintah di seluruh dunia dalam mengurangi penggunaan energi fosil. Skenario kebijakan baru tercapai apabila negara-negara mematuhi semua komitmen dan rencana yang telah diumumkan, termasuk rencana di tingkat nasional untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan menghapuskan energi fosil. Sedangkan skenario 450 menggambarkan kondisi yang terjadi jika penggunaan energi konsisten dengan tujuan pembatasan kenaikan temperatur global 2 derajat celcius meialui penurunan konsentrasigas rumah kaca hingga sekitar 450 bagian per juta CO2).
Buku ini tidak bertujuan untuk membahas besarnya probalibilitas tercapainya ketiga skenario tersebut. Meski demikian, kita akan melihat prospek pengembangan energi terbarukan secara umum agar para pengambil kebijakan dapat memperoleh gambaran tentang berbagai tantangan dan hambatan yang ada dalam rangka mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap energi fosil.
Penting dipahami bahwa masalah paling fundamental dalam pengembangan industri energi terbarukan ialah biaya produksinya yang cenderung tidak kompetitif terhadap energi fosil (ADB, 2013). Sebenarnya jika ditelaah, hal ini bukan disebabkan oleh tingginya biaya produksi energi terbarukan, tapi karena pemerintah memberikan subsidi besar terhadap energi fosil. Subsidi itu sendiri bisa dalam berbagai bentuk, seperti transfer anggaran langsung, insentif pajak hingga pembiayaan penelitian dan pengembangan. Beragam bentuk kebijakan subsidi ini akhirnya melahirkan pertarungan yang tidak seimbang di pasar di antara kedua jenis energi tersebut. Selain pemberian subsidi, pada tingkat kebijakan, Beck dan Martinot (2004) memaparkan kendala-kendala lain yang secara garis besar terbagi atas dua bagian:
1. Tidak adanya kerangka hukum yang jelas bagi pengembang swasta.
Di banyak negara, produksi dan distribusi listrik masih dimonopoli oleh entitas negara dan pembelian listrik oleh negara dari pengembang listrik swasta tidak dituangkan dalam perjanjian yang bersifat mengikat. Kondisi semacam ini menyulitkan pihak swasta dalam memproyeksikan potensi profitabilitas yang akan diperolehnya. Padahal, investor swasta harus menanamkan modal dalam jumlah besar untuk membangun instalasi produksi listrik berbasis EBT. Selain masalah perjanjian, peraturan pemerintah seputar tata ruang juga menyulitkan pembangunan instalasi EBT. Pada saat perencanaan pembangunan daerah didesain, otoritas belum mempertimbangkan keberadaan instalasi produksi energi terbarukan, sehingga tata ruang yang ada belum dapat mengakomodasi keberadaan instalasi produksi EBT.
2. Kurangnya dukungan industri keuangan.
Pelaku usaha di bidang energi terbarukan kesulitan mendapatkan kredit untuk berinvestasi karena tidak memiliki jaminan. Bahkan, di daerah perdesaan pada umumnya tidak terdapat kredit mikro untuk pengembangan sistem energi terbarukan. Kemungkinan lain ialah kekhawatiran institusi keuangan terhadap risiko terjadinya "maturity mismatch". Di beberapa negara, enggannya perbankan mengucurkan kredit kepada para pelaku usaha disebabkan oleh ketidakpastiaan dalam mematuhi kontrak perjanjian antara pengembang swasta dengan institusi negara yang memasok energi ke pengguna akhir. Kemungkinan yang lain ialah perbankan bersedia memberikan kredit namun dengan tingkat bunga yang tinggi. Pengembangan energi terbarukan menggunakan sistem teknologi yang baru sehingga menciptakan persepsi bahwa kapasitas sumber daya manusia di industry tersebut masih belum memahaminya secara utuh. Hal ini meningkatkan premi risiko terhadap sektor energi terbarukan sehingga tingkat bunga yang dibebankan menjadi lebih tinggi.
Dari berbagai faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan industri energi terbarukan sangat bergantung pada komitmen pemerintah. Hal ini terlihat dari perkembangan investasi energi terbarukan, sebagaimana terlihat pada Grafik 2.5 di bawah. Hingga tahun 2010, investasi pada sektor tersebut memperlihatkan tren positif, terutama pada energi angin dan surya. Namun, pada tahun-tahun berikutnya kecenderungan tersebut berbalik arah.

                 Grafik 2.5 Perkembangan Investasi Energi Terbarukan













Ini terjadi karena tiga faktor. Pertama, kekhawatiran para investor terhadap berbagai kebijakan energi terbarukan di negara-negara besar, yakni Eropa dan AS. Para pengembang dan institusi keuangan tidak dapat memastikan keberlanjutan subsidi energi terbarukan di negara-negara, seperti AS, Inggris, dan Jerman. Kedua, rendahnya harga gas alam, yang berakibat pada turunnya nilai kontrak pembelian enegi terbarukan. Ketiga, buruknya kinerja saham energi bersih di lantai bursa dan membuat para investor enggan membeli saham mereka.
Jika dikaji lebih lanjut, berbagai faktor penyebab di atas tentu tidak terlepas dari kekacauan finansial di AS serta krisis utang Eropa. Pada faktor pertama, melemahnya komitmen pemerintah negara-negara Eropa dan AS untuk terus memberikan subsidi kepada sektor energi terbarukan kemungkinan besar terjadi akibat dari kebijakan pengetatan fiskal. Sedangkan turunnya harga gas alam adalah karena pelambatan pertumbuhan ekonomi yang menurunkan permintaan terhadap komoditas tersebut. Menurunnya keberpihakan pemerintah terhadap pengembangan energi bersih plus rendahnya harga gas alam kemudian mengakibatkan terjadinya faktor ketiga, yakni melemahnya kinerja saham sektor tersebut.
Menurut Zhou (2013), sejak krisis finansial menerpa AS beberapa tahun lalu, harga saham-saham dari sektor energi bersih jatuh lebih cepat ketimbang lainnya. Dari sektor tersebut, volatilitas paling buruk terjadi pada harga saham perusahaan teknologi sinar matahari. Akibatnya, nilai modal kebanyakan perusahaan di sektor tersebut jatuh hingga lebih dari 100 persen di tahun 2008. Dengan demikian, jika krisis ekonomi di Eropa dan AS terus berlanjut, tidaklah salah bila muncul pesimisme terhadap perkembangan EBT.
Meski demikian, secara global, gambaran yang diperoleh sebenarnya tidak terlalu suram. Harapan kini justru datang dari negara-negara berkembang. Grafik 2.6 memilah nilai investasi energi bersih antara kelompok negara maju dan negara berkembang. Pada grafik terlihat bahwa penanaman modal di kelompok negara maju memang jauh lebih tinggi. Namun, investasi di negara berkembang secara konstan terus meningkat.
GRAFIK 2.6 Investasi Energi Terbarukan (miliar dolar AS)













Ini berbeda dengan kelompok negara maju yang turun pada tahun 2009 dan tahun 2012 akibat terjangan krisis (sebagaimana telah dijabarkan di atas). Akibatnya, pada tahun 2012 perbedaan nilai investasi di antara kedua kelompok negara tadi menipis karena positifnya pertumbuhan di negara berkembang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sepanjang kekacauan ekonomi negara maju tidak berdampak jauh terhadap negara berkembang, optimis bahwa energi bersih secara berangsur-angsur akan menggeser peran energi fosil sebenarnya tidaklah berlebihan.
Van der Hoeven (2013) menyatakan bahwa instalasi produksi energi bersih terus berkembang di seluruh dunia. Dalam periode 2013-2018, dua per tiga peningkatan produksi energi di seluruh dunia akan berasal dari negara-negara berkembang, terutama China. Tingginya pertumbuhan disebabkan oleh pesatnya permintaan elektrifikasi, kebutuhan diversifikasi energi serta kekhawatiran terhadap tingkat polusi. Selain China, produksi energi terbarukan akan bertumbuh secara signifikan di Brasil, India, Afrika Selatan serta Timur Tengah. Tingginya pertum-buhan tersebut akan mengalahkan pelemahan yang terjadi Eropa dan AS. Selain itu, pada saat yang sama, biaya produksi energi bersih terus menurun sehingga daya saing biaya produksinya meningkat terhadap energi fosil. Hal ini terjadi di Australia, Turki, dan Selandia Baru di mana harga energi angin dapat bersaing dengan harga batubara dan gas alam.
Namun demikian, bukan berarti proyek pengembangan energi bersih terlepas dari masalah.Tantangan terbesar investor di banyak negara kini terletak pada kepastian kebijakan pemerintah dalam pemberian insentif. Dengan demikian, sekali lagi kita melihat dampak buruk dari ketidakpastian kebijakan terhadap upaya mitigasi perubahan iklim.

Konklusi dan Rekomendasi
Modal alam merupakan salah satu faktor penentu pertumbuhan, yang pada akhirnya mempengaruhi kesejahteraan. Selama ini para agen ekonomi cenderung hanya terfokus pada modal manusia dan modal produksi. Di sisi lain, modal alam hanya dipandang sebagai bahan baku yang dapat dieksploitasi serta sebagai "mesin" penetralisir berbagai aktivitas manusia tanpa mempedulikan kelestariannya. Akibatnya, sejak Revolusi Industri merebak ke seluruh dunia, kekayaan alam yang dapat menjadi sumber energi, seperti minyak, gas, dan batubara terus dikuras untuk mengejar pertumbuhan tanpa mengindahkan tingkat deplesi serta polusi yang diakibatkannya. Padahal, alam jelas memiliki keterbatasan dalam memfasilitasi semua hasrat penduduk bumi.
Kombusi energi fosil dalam jumlah masif dan selama ratusan tahun telah mendorong terjadinya pemanasan global dengan beragam dampak negatifnya, termasuk meningkatnya intensitas bencana alam serta menjangkitnya berbagai penyakit. Tanpa adanya perubahan perilaku manusia yang cukup signifikan, keberlanjutan ekonomi dengan sendirinya berakhir. Hal ini merupakan malapetaka bagi keberlangsungan hidup manusia di bumi. Terdorong oleh keprihatinan terhadap kondisi ini, timbulah gerakan-gerakan sosial untuk menyelamatkan bumi dari kehancuran permanen dengan menurunkan akselerasi pertumbuhan ekonomi.
Namun, perdebatan konseptual yang kemudian terjadi adalah bahwa pertumbuhan yang lebih tinggi justru dibutuhkan untuk mengurangi kemiskinan. Jika kemiskinan berkurang, dengan sendirinya kelestarian alam dapat terjaga. Masyarakat di negara maju memiliki tingkat sadar lingkungan yang tinggi karena kebutuhan dasar mereka telah tercukupi. Pemikiran ini tidak dapat disalahkan, sehingga membuat para pengambil kebijakan berada dalam posisi dilematis dalam rangka mewujudkan pelestarian lingkungan. Parahnya, berbagai hasil kajian empiris memberikan kesimpulan yang berbeda-beda.
Dengan demikian, tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan adalah merancang model pembangunan yang menyelaraskan pertumbuhan dengan pelestarian lingkungan, sehingga keduanya tidak saling meniadakan, namun justru saling mendukung. Hal ini dimungkinkan, mengingat pertumbuhan ekonomi sebenarnya bukan dihambat oleh ketatnya kebijakan lingkungan, tetapi lebih karena kebijakan yang sering berubah-ubah, terlalu kompleks, dan tidak pasti.
 Terdapat beragam instrumen kebijakan lingkungan yang bisa ditetapkan Pemerintah Indonesia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Salah satu perangkat yang telah sukses diimplementasikan di negara-negara maju adalah internalisasi eksternalitas yang berpotensi mengubah perilaku penyebar polusi sekaligus memberikan kemampuan lebih bagi negara dalam meningkatkan kapasitas fiskalnya.
Kebutuhan energi terus meningkat, sedangkan energi konvensional telah terbukti membawa dampak buruk bagi lingkungan sehingga kini negara-negara di dunia menggalakkan pengembangan "energi hijau". Dengan meningkatnya kapasitas fiskal, Pemerintah memiliki kemampuan lebih besar dalam mengembangkan sumber energi bersih. Dengan demikian, kebutuhan terhadap energi dapat terpenuhi, namun di sisi lain lingkungan lebih lestari yang pada akhirnya bermuara pada terciptanya pembangunan berkelanjutan.

Sumber:
Donny Yoesgiantoro.2017.Kebijakan Energi Lingkungan.Jakarta: LP3ES, hal.57-67


Tugas mandiri
1.    Jelaskan pengertian energi terbarukan dan sebutkan contoh-contohnya?
2.    Jelaskan manfaat pemakaian energi terbarukan?
3.    Jelaskan dampak negatif pemanfaatan energi terbarukan?
4.    Jelaskan mengapa pengembangan energi terbarukan  biaya produksinya cenderung tidak kompetitif terhadap energi fosil?
5.    Jelaskan kendala-kendala dalam pengembangan energi terbarukan?






























5 comments:

  1. Nama : Muhammad Dendy Agusdiandy
    NIM : 17 202 061
    Mata Kuliah : Audit dan Efisiensi Energi

    1. Jelaskan pengertian energi terbarukan dan sebutkan contoh-contohnya?
    Jawab: Energi terbarukan adalah sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan. Contohnya : air, tenaga surya, angin, panas bumi, kayu, biodiesel, dan gelombang laut.

    2. Jelaskan manfaat pemakaian energi terbarukan?
    Jawab: Manfaat pemakaian energi terbarukan yakni emisi gas rumah kaca yang rendah, baik ketika dikonsumsi maupun pada saat proses produksinya, kesehatan publik yang lebih baik, persediaan bahan baku yang tidak akan habis, penyediaan lapangan pekerjaan dan sistem energi yang lebih dapat diandalkan.

    3. Jelaskan dampak negatif pemanfaatan energi terbarukan?
    Jawab: Dampak negatif pemanfaatan energi terbarukan yaitu pada tahap manufaktur, pemasangan dan perawatan pembangkit tenaga matahari dan angin tetap ada emisi yang dihasilkan, dan berdampak pada lahan yang digunakan cukup luas juga perubahan pada tekanan udara akibat turbin angin mengakibatkan kematian pada burung-burung.

    4. Jelaskan mengapa pengembangan energi terbarukan biaya produksinya cenderung tidak kompetitif terhadap energi fosil?
    Jawab: Hal ini bukan disebabkan oleh tingginya biaya produksi energi terbarukan, tapi karena pemerintah memberikan subsidi besar terhadap energi fosil. Subsidi itu sendiri bisa dalam berbagai bentuk, seperti transfer anggaran langsung, insentif pajak hingga pembiayaan penelitian dan pengembangan. Beragam bentuk kebijakan subsidi ini akhirnya melahirkan pertarungan yang tidak seimbang di pasar di antara kedua jenis energi tersebut.

    5. Jelaskan kendala-kendala dalam pengembangan energi terbarukan?
    Jawab: Kendala-kendala dalam pengembangan energi terbarukan yaitu tidak adanya kerangka hukum yang jelas bagi pengembang swasta, kurangnya dukungan industri keuangan, pengadaan pembangkit energi tebarukan lebih banyak yang beskala kecil, mekanisme pelaporan dan energi terproduksi dari pembangkit off-grid dari pemerintah daerah belum berjalan optimal.

    ReplyDelete
  2. Nama : Gopit Hutasoit
    NIM : 17 202 153
    Mata Kuliah : Audit dan Efisiensi Energi

    1. Jelaskan pengertian energi terbarukan dan sebutkan contoh-contohnya?
    Jawab: Energi terbarukan adalah sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan. Contohnya : air, tenaga surya, angin, panas bumi, kayu, biodiesel, dan gelombang laut.

    2. Jelaskan manfaat pemakaian energi terbarukan?
    Jawab: Manfaat pemakaian energi terbarukan yakni emisi gas rumah kaca yang rendah, baik ketika dikonsumsi maupun pada saat proses produksinya, kesehatan publik yang lebih baik, persediaan bahan baku yang tidak akan habis, penyediaan lapangan pekerjaan dan sistem energi yang lebih dapat diandalkan.

    3. Jelaskan dampak negatif pemanfaatan energi terbarukan?
    Jawab: Dampak negatif pemanfaatan energi terbarukan yaitu pada tahap manufaktur, pemasangan dan perawatan pembangkit tenaga matahari dan angin tetap ada emisi yang dihasilkan, dan berdampak pada lahan yang digunakan cukup luas juga perubahan pada tekanan udara akibat turbin angin mengakibatkan kematian pada burung-burung.

    4. Jelaskan mengapa pengembangan energi terbarukan biaya produksinya cenderung tidak kompetitif terhadap energi fosil?
    Jawab: Hal ini bukan disebabkan oleh tingginya biaya produksi energi terbarukan, tapi karena pemerintah memberikan subsidi besar terhadap energi fosil. Subsidi itu sendiri bisa dalam berbagai bentuk, seperti transfer anggaran langsung, insentif pajak hingga pembiayaan penelitian dan pengembangan. Beragam bentuk kebijakan subsidi ini akhirnya melahirkan pertarungan yang tidak seimbang di pasar di antara kedua jenis energi tersebut.

    5. Jelaskan kendala-kendala dalam pengembangan energi terbarukan?
    Jawab: Kendala-kendala dalam pengembangan energi terbarukan yaitu tidak adanya kerangka hukum yang jelas bagi pengembang swasta, kurangnya dukungan industri keuangan, pengadaan pembangkit energi tebarukan lebih banyak yang beskala kecil, mekanisme pelaporan dan energi terproduksi dari pembangkit off-grid dari pemerintah daerah belum berjalan optimal.

    ReplyDelete
  3. Nama : Bintang Kelana Putra.
    NIM : 17202116
    MKE : Audit dan Efisiensi Energi.

    Jawaban :

    1. Energi terbarukan adalah sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan. Contohnya : biofuel,biomassa,panas bumi,energy air,energy surya,energy pasang surut,energy angin,dan energy ombak.

    2. Manfaat pemakaian energi terbarukan yakni emisi gas rumah kaca yang rendah, baik bagi lingkungan sekitar , kesehatan publik yang lebih baik , penyediaan lapangan pekerjaan dan sistem energi yang lebih dapat diandalkan. persediaan bahan baku yang tidak akan pernah habis.

    3. Dampak negatif pemanfaatan energi terbarukan yaitu pada tahap manufaktur, pemasangan dan perawatan pembangkit tenaga matahari dan angin tetap ada emisi yang dihasilkan, dan berdampak pada lahan yang digunakan cukup luas juga perubahan pada tekanan udara akibat turbin angin mengakibatkan kematian pada burung-burung.

    4. Hal ini bukan disebabkan oleh tingginya biaya produksi energi terbarukan, tapi karena pemerintah memberikan subsidi besar terhadap energi fosil. Beragam bentuk kebijakan subsidi ini akhirnya melahirkan pertarungan yang tidak seimbang di pasar di antara kedua jenis energi tersebut.

    5. Kendala-kendala dalam pengembangan energi terbarukan yaitu tidak adanya kerangka hukum yang jelas bagi pengembang swasta, kurangnya dukungan industri keuangan, pengadaan pembangkit energi tebarukan lebih banyak yang beskala kecil.

    ReplyDelete
  4. Nama : Muhammad Andika
    NIM : 17202130
    MKE : Audit dan Efisiensi Energi

    1. Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari alam yang dapat diperbaharui dengan jumlah yang tidak terbatas dan tentunya ramah lingkungan.
    Contoh Energi terbarukan :
    -Air.-
    -Tenaga surya
    -Angin
    -Panas bumi
    -Kayu
    -Biodiesel
    -Gelombang laut

    2.Manfaat pemakaian Energi terbarukan yaitu seperti mengurangi Emisi gas rumah kaca, meningkatkan kesehatan publik,Persediaan bahan baku yang tidak akan habis,Penyediaan lapangan pekerjaan,Sistem energi yang lebih dapat diandalkan.dimana semua itu lebih baik dari pada pemakaian energi fosil.

    3.Dampak negatif pemanfaatan energi terbarukan yakni salah satunya biaya produksinya yang cenderung tidak kompetitif terhadap energi fosil,hal ini disebabkan dikarenakan untuk energi terbarukan masih dalam tahap pengembangan dan penelitian,tetapi hal ini sebanding dengan manfaat yang dihasilkan energi terbarukan bagi alam.

    4. Biaya pengembangan energi terbarukan biaya produksinya cenderung tidak kompetitif terhadap energi fosil dikarenakan hal ini bukan disebabkan oleh tingginya biaya produksi energi terbarukan, tapi karena pemerintah memberikan subsidi besar terhadap energi fosil. Subsidi itu sendiri bisa dalam berbagai bentuk, seperti transfer anggaran langsung, insentif pajak hingga pembiayaan penelitian dan pengembangan.

    5. Kendala-kendala dalam pengembangan energi terbarukan seperti Tidak adanya kerangka hukum yang jelas bagi pengembang swasta,sehingga menciptakan kesulitan bagi pengembang energi terbarukan,Dan Kurangnya dukungan industri keuangan,dimana dalam pengembangan energi terbarukan diperlukan biaya yang tidak sedikit sementara pengembang kesulitan untuk mendapatkan pendanaan.

    ReplyDelete
  5. Nama : Afif Nugraha Arfandi
    Nim : 17 202 141
    Mata Kuliah : Audit dan Efisiensi Energi

    1. Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari alam yang dapat diperbaharui dengan jumlah yang tidak terbatas dan tentunya ramah lingkungan.
    Contoh Energi terbarukan :
    - Air
    - Tenaga Surya
    - Kayu
    - BioDiesel
    - Panas Bumi

    2. Manfaat pemakaian energi terbarukan yakni emisi gas rumah kaca yang rendah, baik ketika dikonsumsi maupun pada saat proses produksinya, kesehatan publik yang lebih baik, persediaan bahan baku yang tidak akan habis, penyediaan lapangan pekerjaan dan sistem energi yang lebih dapat diandalkan.


    3. Dampak negatif pemanfaatan energi terbarukan yaitu pada tahap manufaktur, pemasangan dan perawatan pembangkit tenaga matahari dan angin tetap ada emisi yang dihasilkan, dan berdampak pada lahan yang digunakan cukup luas juga perubahan pada tekanan udara akibat turbin angin mengakibatkan kematian pada burung-burung.

    4. karena pemerintah memberikan subsidi besar terhadap energi fosil. Subsidi itu sendiri bisa dalam berbagai bentuk, seperti transfer anggaran langsung, insentif pajak hingga pembiayaan penelitian dan pengembangan. Beragam bentuk kebijakan subsidi ini akhirnya melahirkan pertarungan yang tidak seimbang di pasar di antara kedua jenis energi tersebut.

    5. Kendala-kendala dalam pengembangan energi terbarukan yaitu tidak adanya kerangka hukum yang jelas bagi pengembang swasta, kurangnya dukungan industri keuangan, pengadaan pembangkit energi tebarukan lebih banyak yang beskala kecil, mekanisme pelaporan dan energi terproduksi dari pembangkit off-grid dari pemerintah daerah belum berjalan optimal.

    ReplyDelete