TEORI KEHADIRAN MAKHLUK HIDUP
Apa yang dimaksud dengan
sains? Jawaban untuk pertanyaan ini akan sangat beragam, termasuk jawaban
dari para ilmuwan. Sebagai ilustrasi rangkuman
riset tentang pengajaran sains yang dilakukan
oleh Hodson (1993) menunjukkan hal yang menarik. Temuan riset biasanya selalu
konsisten.
Secara sederhana sains dapat berarti sebagai tubuh pengetahuan (body of knowledge) yang muncul dari
pengelompokkan secara sistematis dari berbagai penemuan ilmiah sejak jaman
dahulu, atau biasa disebut sains sebagai produk.
Produk yang dimaksud adalah fakta-fakta, prinsip-prinsip, model-model,
hukum-hukum alam, dan berbagai teori yang membentuk semesta pengetahuan ilmiah
yang biasa diibaratkan sebagai bangunan dimana berbagai
hasil kegiatan sains tersusun
dari berbagai penemuan sebelumnya. Sains
juga bisa berarti
suatu
metoda
khusus untuk memecahkan masalah, atau biasa
disebut sains sebagai
proses. Metode ilmiah
merupakan hal yang sangat
menentukan, sains sebagai proses ini sudah terbukti ampuh memecahkan masalah
ilmiah yang juga membuat sains terus berkembang dan merevisi berbagai pengetahuan yang sudah
ada.
Selain itu sains
juga bisa berarti
suatu penemuan baru
atau hal baru yang dapat digunakan setelah kita menyelesaikan
permasalahan teknisnya, yang tidak lain biasa disebut sebagai teknologi.
Teknologi merupakan suatu sifat nyata dari aplikasi sains, suatu konsekwensi
logis dari sains yang mempunyai kekuatan untuk melakukan sesuatu. Sehingga biasanya salah satu definisi
popular tentang sains termasuk juga teknologi di dalamnya. Aspek-aspek lain dari sains dari kemungkinan lainnya pada jawaban pertanyaan di atas adalah: dampak sains melalui teknologi terhadap masyarakat,
sifat sains yang terus berkembang, tujuan akhir dari sains, karakteristik
seorang ilmuwan dan lainnya.
Sejarah perkembangan sains menunjukkan bahwa sains berasal dari penggabungan dua
tradisi tua, yaitu
tradisi pemikiran filsafat
yang dimulai oleh bangsa Yunani kuno serta tradisi keahlian atau ketrampilan
tangan yang berkembang di awal peradaban manusia yang
telah ada jauh sebelum tradisi
pertama lahir. Filsafat memberikan sumbangan berbagai konsep dan ide terhadap sains sedangkan keahlian tangan memberinya berbagai alat untuk pengamatan alam.
Selanjutnya, sains modern bisa dikatakan lahir dari perumusan metode ilmiah
yang disumbangkan Rene Descartes yang menyodorkan logika
rasional dan deduksi serta oleh Francis Bacon yang menekankan pentingnya eksperimen dan observasi.
Gambar-1. Mikroskop (Ketelitian)
Asal Mula
Kehidupan Menurut Sains
Sejak beberapa abad yang silam,
wacana yang sangat
problematik dan kontroversial adalah “Bagaimana asal mula kehidupan ini?”. Pertanyaan ini sampai beberapa
generasi tetap problematik dan melahirkan beberapa teori
antara lain:
1.
Generatio Spontanea
Sebelum abad
17 orang menganggap bahwa makhluk hidup
itu terbentuk secara spontan atau dengan sendirinya karena adanya gaya hidup. Misalnya, ulat timbul dengan sendirinya dari bangkai tikus;
cacing timbul dengan
sendirinya dari dalam lumpur. Faham ini disebut juga abiogenesis artinya makhluk hidup dapat
terbentuk dari bukan makhluk hidup, misalnya dari lumpur timbul cacing.
Teori ini dipelopori oleh Aristoteles (384-322 SM).
2.
Cosmozoa
Ada
pendapat bahwa makhluk hidup di bumi ini asalnya dari luar bumi,
mungkin dari planet
lain. Benda hidup yang datang
itu
mungkin berbentuk spora yang aktif jatuh ke bumi lalu berkembang biak. Pendapat
atau hipotesis ini validitasnya terlalu lemah karena tidak didukung oleh
fakta-fakta dan argumentasi yang ilmiah.
3.
Omne Vivum
Ex Ovo
Pada
tahun 1668 seorang ahli biologi bangsa Italia bernama Fransisco Redi
(1626-1697) mengadakan experimen. Beberapa tabung kaca diisi dengan
keratan-keratan daging. Sebagiannya ditutup rapat sedangkan sebagian lagi dibiarkan terbuka. Hasilnya pada tabung
terbuka ditemukan banyak larva, sedangkan pada tabung yang tertutup tidak ditemukan
larva. Kesimpulan experimen Redi: bahwa larva
bukan berasal dari daging
yang busuk, tetapi dari telur lalat yang masuk
ke dalam lubang (omne vivum
ex ovo).
Namun para penganut teori
abiogenesis mempertanyakan hasil Redi dengan berkomentar bahwa
“kehidupan tidak terjadi
pada tabung yang tertutup karena tidak kontak dengan udara,
mengakibatkan tidak adanya
gaya hidup”.
4.
Omne Ovo Ex Vivo
Lazzarao
Spallanzani (1729-1799) juga ahli bangsa Italia dengan percobaannya terhadap
kaldu, membutikan bahwa jasad renik atau
mikroorganisme yang mencemari kaldu dapat
membusukkan kaldu itu. Bila kaldu ditutup rapat setelah mendidih maka tidak
terjadi pembusukan. Ia mengambil kesimpulan
bahwa adanya telur
harus ada jasad
hidup terlebih dahulu. Maka
muncullah teorinya “Omne Ovo
Ex Vivo” atau telur
itu berasal dari makhluk hidup.
5.
Omne Vivum
Ex Vivo
Pendapat Spallanzani di atas dibantah oleh Nidham, ahli
teologi Inggris dengan mengatakan bahwa “derajat panas
yang sangat tinggi, menyebabkan larva daging tak bisa hidup,
dan membuat udara di atasnya
tidak cocok untuk kehidupan, berarti tidak ada gaya hidup”.
Spallanzani
agaknya masih mampu merobohkan sendi-sendi tantangan Nidham, dengan jalan
membuka tutup tabung kacanya agar udara bisa masuk. Tak lama kemudian larva
daging itu menjadi busuk. Cuma sayangnya dia belum mendapat alternatif lain
untuk mempertegas bahwa udara dalam tabung tertutup itu ikut rusak.
6.
Teori Urey
Harold
Urey (1893) seorang ahli kimia dari Amerika Serikat mengemukakan bahwa
atmosfer bumi pada awal mulanya
kaya akan gas-gas
metana (CH4), amoniak
(NH3), hidrogen (H2) dan air (H2O). Zat-zat itu merupakan unsur-unsur
penting yang terdapat dalam makhluk
hidup. Diduga karena
adanya energi dari aliran
listrik halilintar dan radiasi sinar kosmos unsur- unsur itu mengadakan
reaksi-reaksi kimia membentuk sama dengan keadaan virus
yang kita kenal
sekarang. Zat itu berjuta-
juta tahun berkembang menjadi berbagai jenis organisme.
7.
Teori Oparin-Haldane
Oparin
adalah ahli biologi bangsa Rusia; pada tahun 1924 mempublikasikan pendapatnya tentang “asal mula
kehidupan” namun tak mendapat sambutan para ahli.
Pendapat itu barulah ditanggapi secara serius ketika
diterbitkan tahun 1936 dalam
berbagai bahasa. Haldane ahli biologi bangsa Inggris secara terpisah juga
mempunyai pendapat yang
sama dengan Oparin.
Rangkuman
dari pendapat itu adalah: Jasad hidup terbentuk dari senyawa kimiawi dalam laut pada masa dimana
atmosfer bumi belum mengandung oksigen bebas. Senyawa organik ini antara lain adalah asam-asam amino
yang sederhana, purine dan basa primidin, dan senyawa-senyawa golongan gula;
kemudian terbentuk senyawa-senyawa polipeptida asam-asam
polinukleat dan polisakarida, yang kesemuanya itu dapat terbentuk berkat bantuan
sinar ultraviolet, kilatan
listrik, panas dan
sinar radiasi. Jasad hidup pertama disebut “protobiont”
diperkirakan hidup di dalam laut kira-kira 5 sampai 10 m di bawah permukaan
laut, karena di tempat itulah mereka terlindung dari sinar ultraviolet intensitas tinggi dari
matahari yang mematikan. Di daratan saat itu tak mungkin ada
kehidupan
karena sinar ultraviolet yang mematikan. Baru setelah jasad hidup itu
berkembang menjadi lebih sempurna dan mampu memproduksi oksigen, maka lama
kelamaan terdapat lapisan pelindung berupa ozon di atmosfer bumi;
lalu kehidupan merayap di pantai-pantai dan yang terakhir memenuhi daratan.
Bila
kita menengok pada teori-teori terdahulu, maka teori Oparin-Haldane ini kembali
kepada “generatio spontane” tetapi melalui proses
evolusi ratusan juta tahun lamanya.
Barulah
pada tahun 1860, seorang sarjana kimia Perancis bernama Louis Pasteur
(1822-1895) melanjutkan experimentasi Spallanzani dengan percobaan berbagai
mikroorganisme. Akhirnya ia berkesimpulan bahwa harus ada kehidupan sebelumnya, agar tumbuh
kehidupan baru atau disebut “Omne Vivum
Ex Vivo”. Teori ini disebut juga teori biogenesis dengan
konsep
dasar bahwa yang hidup itu pasti berasal dari makhluk hidup juga. Teori ini
merupakan kontra wacana teori
abiogenesis dan dalam perjalanannya teori abiogensis ini menjadi dokumentasi
sejarah yang sudah lama ditinggalkan orang
dan zaman.
Gambar-2. Ilustrasi Asal Usul Kehidupan
Demikianlah perdebatan yang terjadi pada abad pertengahan tentang asal usul
kehidupan yang diakhiri dengan teori biogenesis dimana makhluk hidup berasal
dari makhluk bukan benda mati. Memang ada perbedaan mendasar antara makhluk
hidup dengan benda mati di antaranya:
1.
Bentuk dan ukuran.
Makhluk hidup mempunyai bentuk dan ukuran tertentu sementara benda mati tidak.
Misalnya: Batu ada yang sebesar
pasir dan ada yang sebesar gunung sementara
manusia misalnya bentuk
dan ukurannya tertentu.
2. Komposisi kimia. Makhluk hidup mempunyai komposisi kimia tertentu yang terdiri dari unsur-unsur Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Belerang atau sulfur (S), Fosfor (P) dan sedikit mineral. Benda mati komposisi kimianya tidak tentu.
3.
Organisasi. Setiap makhluk
hidup terbentuk dari sel-sel. Sel-sel ini membentuk jaringan, sedang
jaringan ini membentuk organ. Sistem organ ini membentuk proses hidup. Pada benda
mati misalnya batu, susunan
sedemikian rupa adalah
hasil dari luar pokoknya.
4.
Metabolisme. Pada makhluk hidup terjadi pengambilan dan penggunaan makanan, respirasi atau pernapasan, sekresi
dan eksresi. Benda mati tidak mengalami hal-hal tersebut.
5.
Iritabilitas. Makhluk hidup dapat memberikan reaksi terhadap perubahan sekitarnya, misalnya cahaya, gerakan, kelembaban dan suhu.
6.
Reproduksi. Pada
makhluk hidup terdapat kemampuan untuk
berkembang biak menjadi
komunitas-komunitas yang populatif sementara benda
mati tidak.
7. Tumbuh dan mempunyai daur hidup. Semua makhluk hidup mengalami proses pertumbuhan dan mempunyai daur hidup artinya melalui proses kelahiran, dewasa dan mati. Benda mati membesar karena pengaruh luar seperti halnya pada kristal.
Untuk menentukan bahwa sesuatu itu makhluk hidup maka dapat diukur dengan 3 parameter yaitu:
a.
Mampu mengadakan
metabolisme termasuk respirasi (bernafas).
b.
Mampu mengadakan
reaksi terhadap rangsangan dengan tujuan defensi atau
mempertahankan diri (irritabilitas).
c.
Mampu mengadakan pertumbuhan dan reproduksi.
Materi kuliah Khusus:
Kejadian
Manusia Pertama
Masalah kelahiran spontan (Generatio
Spontanea) meskipun telah dibantah dengan teori-teori yang muncul setelahnya, tetapi tetap saja
belum mengantarkan manusia pada titik kepuasan. Maka teori itu harus diganti
dengan iman (kepercayaan) bahwa adanya
penciptaan yang alami yang mendasari kehidupan selanjutnya. Menurut filsafat, hal itu mesti
terjadi (darurat filsafat/conditio sine quanon). Hanya saja dalam wacana
kontemporer, terminologi darurat filsafat kurang
begitu populer.
Seorang ahli kimia dari Universitas Chicago pada tahun 1893 bernama Harold
Urey mengadakan eksperimen dengan memasukkan gas amoniak
(NH3), metana (CH4), hidrogenium (H2)
dan H2O dalam balon gas yang mengandung uap air kenyang; setelah
dia mengalirkan listrik selama beberapa hari dan memeriksa hasilnya, ternyata
dalam balon itu terdapat banyak senyawa dan molekul-molekul kehidupan. Dari
sini ia melontarkan teori bahwa bumi ini dahulu di suatu saat banyak memiliki
molekul-molekul seperti di atas. Menurutnya bahwa kehidupan pertama
terjadi di atmosfer, senada dengan pendapat Oparin, seorang biolog dari
Rusia.
Molekul-molekul yang tadi,
dengan adanya loncatan
listrik akibat halilintar dan sinar kosmos lalu membentuk asam amino
yang memungkinkan terjadinya kehidupan. Asam amino adalah substansi penyusun
protein, sedangkan protein adalah senyawa yang
menyusun makhluk hidup.
Kita baca di dalam Qs. Ar-Ruum
(30): 24
Artinya: Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu
kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan
hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang mempergunakan akalnya.
Dan kini orang percaya bahwa
pada zaman ketika
atmosfer bumi bersifat reduktif itu, arus listrik
dari petir yang
menyambar- nyambar dari langit
yang penuh campuran
metana, amoniak, uap air dan karbon dioksida, gas-gas yang
dikeluarkan tanah itu, menimbulkan reaksi kimiawi sehingga terbentuk
unsur-unsur kehidupan yang paling
awal. Di dalam Qs. al-Mukminun (23): 12 kita temukan pernyataan:
Artinya: Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Dari unsur-unsur kimiawi hidrogen, karbon, nitrogen, oksigen yang terkandung di dalam gas-gas
yang keluar dari tanah
itulah bermula segala kehidupan di bumi (kemudian unsur-unsur kimiawi lain yang berada di tanah seperti posfor,
kalsium, besi dan lain-lainnya ikut memainkan peranannya). Mereka itulah
penyusun biomolekul atau molekul-molekul kehidupan. Nyata bahwa semua makhluk hidup termasuk manusia,
diciptakan dari unsur-unsur kimiawi
yang ada di bumi.
Itulah teori tentang
kehidupan, soal kebenarannya sebagai kaum beragama jelas akan dikembalikan kepada Allah SWT,
sebagai Sang Pencipta. Sekarang marilah
kita lanjutkan diskursus kita tentang kejadian manusia
pertama yaitu Adam as. Karena dialah moyang semua manusia sesuai sabda Nabi
Muhammad SAW yang artinya
sebagai berikut:
Artinya: Manusia seluruhnya adalah dari Adam dan
Adam dari tanah.
Tentang kejadian
Nabi Adam ini, banyak ayat-ayat dalam al-Qur’an memberi penjelasan yaitu:
1.
Surat Ali Imran (3) ayat: 59
Artinya:
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti
(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, Kemudian Allah berfirman
kepadanya: "Jadilah"
(seorang manusia), Maka
jadilah Dia.
2.
Surat al-Sajadah (QS.32) ayat 7
Artinya: Yang
membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah.
3.
Surat al-Hijr
(15) ayat 28:
Artinya: Dan (ingatlah), ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk.
4.
Surat al-Shoffat (37) ayat 11:
Artinya: Maka tanyakanlah kepada
mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa ( Maksudnya: malaikat, langit, bumi dan lain-lain) yang Telah kami
ciptakan itu?" Sesungguhnya kami Telah menciptakan mereka dari
tanah liat.
5.
Surat al-Rahman (55) ayat 14:
Artinya: Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar
Menurut
Dr. Muhammad Khatib, bahwa ayat-ayat yang menjelaskan proses kejadian manusia
di atas, walaupun
kelihatan kontradiktif satu sama lain, tetapi tidaklah
demikian. Ayat-ayat itu cuma menerangkan fase-fase yang dilalui oleh badan Nabi Adam
menjelang ditiupnya roh ke dalam jasad beliau. Jadi dari turob (tanah debu) menjadi tanah liat, lalu menjadi lumpur
hitam kemudian menjadi tanah kering. Setelah menjadi jasad lalu
ditiupkan roh ke dalamnya. Firman Allah SWT dalam Qs. al-Hijr (15): 29:
Artinya: Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku,
Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
Semua organ tubuhnya
mulailah aktif beraktifitas, maka roh itu dimasukkan ke dalam jasadnya; maka nanti apabila
Allah SWT menghendaki, maka
roh itu akan dikeluarkan lagi
dan inilah yang disebut kematian.
Demikianlah fase-fase yang dijalani oleh manusia dalam proses kehidupannya sejak kandungan sampai meninggalkan dunia ini menurut agama dan sains.
Hak
Penciptaan
Maha
suci bagiNya yang telah berfirman :
Artinya: maka apakah mereka tidak
memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya
al-Qur’an itu bukan
dari sisi Allah,
tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (Qs. An-Nisaa: 82).
Selanjutnya, persoalannya tidak
terhenti pada pengakuan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah,
atau sekedar merasakan kekaguman yang luar biasa atas kemu’jizatan Al-Qur’an. Tetapi lebih besar dari itu, yaitu kita dituntut untuk berpikir
untuk merenungkan dengan senantiasa bertanya-tanya kepada diri kita
sendiri akan sebuah pertanyaan : kenapa Allah SWT harus menceritakan secara
detail proses penciptaan manusia?
Inilah yang sesungguhnya yang dituntut atas diri kita dari
proses penciptaan yang telah Allah SWT terangkan dalam Al- Qur’an, yaitu tiada lebih agar kita senantiasa bertanya-tanya ke dalam hati akan eksistensi diri kita yang sesungguhnya, dari apa
kita diciptakan, untuk
apa, kenapa manusia
begitu lemah, bahkan tercipta dari sesuatu yang hina
dan masih banyak pertanyaan- pertanyaan lainnya.
Pada intinya, Allah
SWT yang ingin
mengingatkan akan jati diri kita yang sesungguhnya, agar
kita merenungkan akan kauniyah Allah SWT yang terdapat dalam diri kita.
Padahal, “tanpa” pemberitahuan Allah SWT seperti ini pun sudah selayaknya bagi
kita untuk senantiasa mempertanyakan akan jati diri kita masing-masing. Tetapi itulah, manusia
senantiasa lupa, bahkan setelah
diingatkan berkali-kali pun tetap saja lupa. Oleh karenanya, Allah SWT mengingatkan agar tidak lupa.
Berkali-kali Allah SWT
mengingatkan kita akan
pentingnya perenungan kauniyah
ini di dalam
Al-Qur’an. Bahkan sebelum
kita mempertanyakan asal-muasal kita
yang berasal dari
air mani yang hina, Allah SWT lebih jauh
kebelakang mempertanyaan “keberadaan” kita yang belum berupa apa-apa.
Perhatikan pertanyaan Al-Qur’an pada Qs.Al-Insan (76): 1
Artinya: “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang ia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut”
Kemudian, kita diingatkan tentang awal pengembaraan hidup kita, yaitu
ketika kita hanya berupa setetes mani. Renungakanlah wajah dan badan kita.
Perhatikan kekuatan, pendengaran, penglihatan dan rasio. Kita yang telah menikmati
semua ini, dari apakah asal kita?
Pernahkah kita memperhatikan peringatan-peringatan Allah SWT ini? Pernahkah kita bertanya-tanya akan hal-hal seperti itu. Pernahkah kita memperhatikan jauhnya diri kita dari Allah SWT setelah Dia menciptakan kita. Padahal, asal muasal kita ialah setetes mani yang lemah. Setetes air mani yang jika terkena udara sedikit saja, niscaya akan rusak dan mati. Setetes mani ini dijaga hingga kita lahir.
Gambar-3. Proses Penciptaan Manusia
*
Sumber: Nurdiana.2016. Ilmu Alamiah Dasar, Lombok:
Pustaka Lombok
No comments:
Post a Comment