TEORI EVOLUSI
Sains adalah suatu cara untuk mengetahui berdasarkan deskripsi yang dapat diuji ulang dan diperoleh melalui interpretasi manusia terhadap data alamiah yang dapat diamati sebagaimana dibahas pada bab II dalam buku ini. Sains mengasumsikan bahwa segala sesuatu dapat dijelaskan secara materi. Evolusi memperluas cakupan penjelasan materialistik sampai kepada makhluk hidup.
Teori ini memasukkan positivisme dalam biologi, dengan menerangkan manusia dan kehidupan dari sisi materi. Evolusi adalah konsep terpenting dalam biologi. Bahkan seorang ahli genetika, Dobzhanky (1973), mengatakan bahwa tidak ada yang masuk akal dalam biologi kecuali ditinjau dari sudut pandang evolusi. Teori evolusi menjelaskan mengapa jutaan spesies dapat eksis. Prinsip ini mempersatukan keseluruhan sejarah kehidupan. Secara ringkas evolusi menjelaskan mengatakan bahwa keanekaragaman bentuk kehidupan muncul sebagai hasil perubahan genetiknya. Organisme-organisme modern merupakan keturunan dari bentuk-bentuk kehidupan sebelumnya yang mengalami modifikasi. Studi evolusi biologi memerlukan banyak pemahaman mengenai genetika, biokimia, embriologi, biogerafi, geologi, biologi, paleontologi, biologi molekuler, dan lain sebagainya.
Teori evolusi dikemukakan abad 19 yang menyatakan bahwa makhluk hidup, tak terkecuali manusia, muncul dengan sendirinya melalui seleksi alam (natural selection) yang gradual. Meskipun Charles Robert Darwin (1809-1882) disebut figur kunci dalam sejarah evolusionisme, dia bukan orang pertama yang berpikir tentang kemungkinan adanya evolusi organisme. Erasmus Darwin (1731-1829), kakek Darwin sendiri pernah menawarkan spekulasi evolusi dalam bukunya “Zoonomia or the Laws of Organic Life”. Akan tetapi, penjelasan teori ini belum sistematis dan tidak berpengaruh secara nyata bagi perkembangan sains berikutnya.
Tokoh penting lain yang berpikir tentang evolusi adalah Jeans Baptise
Lamark (1744-1829). Dalam buku “Philosophical
Zoology”, Lamark menawarkan teori evolusi yang lebih luas. Menurutnya, organisme
berevolusi melalui waktu berabad-abad lamanya dari bentuk yang lebih rendah ke
bentuk yang lebih tinggi sebagai proses
yang terus berlangsung. Karena organisme
beradaptasi terhadap lingkungannya melalui kebiasaan mereka, modifikasi organisme pun terjadi.
Jika dulu ada jerapah yang berleher pendek,
karena makanan yang tersedia tinggi
tempatnya, Jerapah lambat laun menjadi berleher panjang.
Gambar-1. Teori Evolusi Darwin dan Lamark |
Teori evolusi Darwin
yang termuat dalam
“On the origin of species by means of Natural selection” (1859) mengungguli teori evolusi pendahulunya. Dalam buku
ini Darwin mengemukakan dua teori pokok:
1.
Species yang hidup
sekarang berasal dari species yang hidup pada masa lampau.
2.
Evolusi terjadi
melalui seleksi alam.
Species adalah suatu jenis organisme yang mempunyai hubungan struktural dan fungsional sama.
Hubungan seksual dari species yang sama dapat
menghasilkan keturunan; bila
lain maka tidak meghasilkan keturunan.
Adapun seleksi alam itu terjadi karena macam-macam sebab yang saling
menunjang antara lain:
a.
Adanya variasi.
Tidak ada dua individu yang mempunyai sifat- sifat yang benar-benar sama.
Dalam suatu species
pun terdapat berbagai variasi, yang berarti akan
selalu terbentuk varian
baru dari hasil keturunannya.
b.
Over produksi. Adanya kecenderungan berkembang biak terus
sehingga populasinya sangat
besar.
c.
Struggle for existence. Adanya perjuangan species untuk mempertahankan hidupnya.
d.
Enheritance of variations. Individu-individu yang
sesuai dengan lingkungannya
(mampu beradaptasi) saja yang akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
e.
Survival of the fittest. Individu yang kuatlah yang dapat bertahan hidup.
Setidak-tidaknya, teori evolusi Darwin berhasil menolak tiga macam evolusi.
Pertama, menolak transmutasi yaitu perubahan
species terjadi karena ada mutasi mendadak; kedua, menolak ortogenesis yakni
kecenderungan perkembangan menuju kearah tertentu
yang lebih baik
dari sebelumnya; ketiga, menolak transformasi bahwa
perubahan langsung sifat genetik individu karena faktor
lingkungan (dikenal dengan
Lamarckisme). Sebagai alternatif, Darwin menawarkan hipotesa-hipotesa
baru seperti species yang bisa berubah (nonconstancy),
kesamaan nenek moyang species (brancing
evolution) perjuangan untuk hidup (the struggle of existence), variasi
(variation), dan seleksi
alam (natural selection).
Ajaran Darwin tentang evolusi didasarkan atas pokok- pokok pikiran:
tidak ada dua individu yang sama, setiap
populasi cenderung akan bertambah banyak, untuk berkembang biak
memerlukan bantuan makanan dan ruang cukup dan bertambahnya populasi tidak berjalan terus
menerus.
Meskipun
gagasan evolusi telah diterima oleh sebagian besar saintis, gagasan ini banyak
ditentang masyarakat karena kontradiksinya dengan beberapa aspek ajaran dari
beberapa agama. Kekhawatiran kalangan
agamawan terhadap teori
evolusi ini, salah satunya, ada pada penafsiran mereka bahwa teori
evolusi cenderung meniadakan ruangan bagi Tuhan. Tak heran kaum agamawan maupun ilmuwan segera
menggugat keras teori evolusi. Seperti halnya Copernicus
yang pikirannya ditentang gereja, Galileo yang
dihukum penjara rumah,
dan Ibnu Sina
yang dituju menuju kekafiran –untuk menyebut beberapa contoh-, Darwin
pun diolok-olok sebagai naturalis amatir. Teori darwin, kata mereka
tidak didukung bukti-bukti yang jelas sehingga tidak pantas disebut sains.
Lebih jauh, Darwin
sebagai materialis yang “mendukung ideologi anarkhis dan
bersifat memecah belah,
yang mengancam kelangsungan kehidupan bernegara dan berbangsa”.
Hal yang paling kontroversial dari teori ini adalah upaya menjelaskan
asal-usul manusia dari proses alamiah. Quthub (1986) menolaknya atas dasar
tiadanya tujuan dalam proses evolusi, padahal Tuhan menciptakan dunia dengan
maksud dan tujuan tertentu. Teori ini juga dianggap dapat membahayakan keimanan
peserta didik. Dikhawatirkan keyakinan keagamaan siswa terguncang dan dapat luntur. Lebih jauh dikatakan bahwa teori evolusi jelas-jelas bertentangan dengan prinsip aqidah Islam, sehingga umat Islam harus
memilih salah satu dari dua hal: iman atau evolusi. Beberapa waktu
belakangan ini kontroversi semakin meruncing dengan terbitnya karya-karya Harun Yahya
yang mempopulerkan kontradiksi Islam
dengan evolusi.
Hal lain yang mengundang kontroversi dari teori Darwin yang tidak hanya
dari kalangan agamawan tetapi juga dari para
ilmuwan yang merasa tidak menemukan bukti dari teori ini. Hal yang paling keras mendapat tantangan
adalah teorinya yang mengatakan bahwa manusia dan kera memiliki satu nenek
moyang yang sama meskipun mereka merupakan dua species yang berbeda.
Kalangan agamawan langsung
beraksi keras. Bagi mereka, manusia adalah makhluk Tuhan
yang unik, sempurna lebih tinggi derajatnya dari makhluk hidup yang lain
karena, antara lain manusia mampu berbahasa simbolik (symbolic language) dan memiliki kesadaran diri (self awarenes). Lagi pula, kata mereka,
andai manusia berasal
dari kera mengapa
kera-kera sekarang tidak bisa
menjadi manusia.
Sejak 14 abad yang lalu,
al-Qur’an telah menegaskan bahwa manusia bukanlah keturunan kera. Manusia pertama, Adam,
sesungguhnya diciptakan dari tanah. Manusia
terdiri atas materi dan roh, diciptakan dari tanah kemudian
menjadi lumpur hitam yang diberi petunjuk lalu menjadi tanah
kering seperti tembikar dan disempurnakan bentuknya. Firman
Allah dalam Qs. Nuh (71): 17 dan 18:
Artinya: Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik- baiknya, (17)kemudian Dia mengambalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. (18)
Dengan penciptaan seperti itu, manusia dibedakan dari seluruh makhluk
lainnya. Manusia memiliki kesamaan dengan hewan dalam sebagian besar
karakteristik, dorongan emosi
untuk mempertahankan diri, serta kemampuan untuk memahami dan belajar.
Namun, ia berbeda dengan hewan dari karakteristik rohnya yang membuatnya
cenderung mencari Allah dan menyembahnya.
Sekiranya teori Darwin
ini benar, maka
tentu manusia akan berubah lagi, karena seleksi
alam tak pernah
berhenti. Lalu akan jadi apa manusia ini lagi? Nyatanya
sejak Nabi Adam sampai sekarang, manusia tetap
manusia. Manusia tidak
pernah berubah meskipun
Darwin mengatakan ada seleksi alam. Kalau benar seleksi alam itu ada, kita
ingin tunjukkan bukti yang nyata, sebelum terbentuk seperti
kera bagaimanakah bentuknya? Antara bentuk kera dengan
manusia, bagaimanakah bentuknya? Apakah kita akan percaya
begitu saja bahwa
ada missing link (mata rantai yang hilang) sebelum
berubah bentuknya menjadi
manusia.
Selain bukti-bukti dan alasan-alasan di atas, ada beberapa
alasan untuk menolak teori Darwin:
1.
Jumlah kromosom
pada sel tubuh manusia adalah 46, sedangkan
pada kera 48.
2.
Perbandingan berat
otak dengan berat badan pada manusia adalah
1:50, sedangkan pada
kera 1:125.
3.
Manusia pandai
bicara sedangkan kera tidak.
4.
Manusia mampu
berbudaya dan berperadaban sementara kera tidak.
5.
Manusia punya akal
sementara kera (binatang lainnya)
tidak.
1.
Jenis bulu manusia
mengandung belerang sementara jenis bulu kera adalah pigmen.
2.
Manusia tidak
berekor sementara kera berekor.
Materi Kuliah Khusus
Mekanisme Khayalan Evolusi
Darwin
mengungkapkan salah satu mekanisme dalam teorinya, yaitu seleksi alam
didasarkan atas pemikiran bahwa makhluk hidup yang kuat dan mampu beradaptasi
dengan lingkungan habitatnya akan bertahan hidup. Selain itu pula, Darwin
mengemukakan hukum seleksi alam sebagai penyebab evolusi:
(1) Semua makhluk hidup berjuang untuk hidup, (2) yang lestari adalah yang paling kuat. Misalnya dalam sekelompok rusa yang diburu oleh singa, mereka akan mencoba melarikan diri. Yang kuat akan mampu berlari kencang dan selamat sementara yang lemah akan menjadi mangsa. Setelah sekian lama maka yang akan tersisa dari kelompok tersebut adalah yang kuat. Namun mekanisme ini tidak menjadikan rusa berevolusi. Seleksi alam hanya menghilangkan individu lemah, cacat dan berpenyakit. Sementara yang kuat, sehat dan tidak cacat serta mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan akan terjamin kelangsungan hidupnya seperti rusa yang kuat. Konsepsi Darwin ini banyak dipengaruhi oleh Lamark.
Gambar-2: Mekanisme
Khayalan Evolusi
Menurut Lamark, sifat-sifat akan diturunkan kepada generasi berikutnya. Menurutnya Jerapah berevolusi dari hewan mirip rusa,
lehernya memanjang dari
generasi ke generasi, karena mencari batang pohon yang lebih tinggi untuk makan.
Larmark juga percaya bahwa jika salah satu anggota keluarga yang dipotong
tangannya sampai generasi berikutnya akan menghasilkan generasi tanpa tangan.
Darwin yang terpengaruh oleh konsepsi Lamark
ini, mengambil klaim yang lebih berani di dalam bukunya “On the origin of species by means of Natural selection”. Darwin
menulis bahwa ketika beruang mencoba berburu
di sungai akan
berevolusi jadi paus.
Lamark dan Darwin telah keliru karena konsepsi mereka telah bertentangan dengan hukum-hukum dasar biologi. Lamark bahkan menyatakan bahwa sifat-sifat genetika dapat diwariskan kepada keturunan melalui aliran
darah.
Teori Darwin cukup
lama bertahan, akan
tetapi dia merasa khawatir teorinya akan runtuh.
Ternyata kekhawatirannya terbukti, karena segera sepeninggalnya ditemukan hukum
penurunan sifat oleh Mendell yang telah meruntuhkan konsepsi Darwin dan Lamark tersebut.
Ilmu genetika yang
berkembang awal abad XX membuktikan bahwa individu tidak
mewariskan sifat bawaan melalui darah tetapi menurunkan sifat aslinya melalui
gen. Dengan kata lain seleksi alam yang menyebabkan sifat dapat terakumulasi
membentuk species baru
tidaklah benar.
Walaupun teori Evolusi di atas digugat habis-habisan, toh teori tersebut terus bergeming terhadap kritik. Malahan, temuan- temuan ilmu pengetahuan seperti teori hereditas Mendel, biologi molekul, struktur DNA (asam
deoksiribo-neukleat: substansi genetis makhluk hidup
yang terdapat di inti sel), penemuan fosil Australopithecus Ramidus di Ethiopia
yang merupakan fosil leluhur manusia tertua,
memperkuat posisi teori
evolusi. Karena itu mungkin
tidak terlalu mengherankan jika Richard Dawkins mengatakan bahwa hanya orang
bodohlah yang tidak percaya terhadap teori
ini.
Tidak mengejutkan juga bila kemudian
Paus Paulus II pada
oktober 1996, mengubah sikap gereja Katholik terhadap teori evolusi. Jika
sebelumnya teori ini dianggap spekulasi besar- besaran, sekarang Paus
menyerukan kepada umatnya untuk memandang teori ini sebagai sebuah
teori yang sungguh-sungguh. Ilmuwan-agamawan pun
banyak mendukung teori ini dengan mengatakan bahwa teori evolusi tidak
bertentangan dengan doktrin agama.
Untuk lebih memahami dan membuktikan evolusi, maka dapat kita lihat dari
petunjuk-petunjuk seperti: (1) geologi dan
paleontologi, (2) morfologi dan anatomi perbandingan, (3) reaksi
fisiologi perbandingan, (4) penyebaran makhluk di muka bumi, dan (5) embriologi.
Dalam perkembangannya, ada beberapa tokoh muslim yang mencoba membenarkan teori evolusi
dengan ayat-ayat al-Qur’an, seperti QS. Nuh (71):
13-14:
Artinya: Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?(13) Padahal dia Sesungguhnya Telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.(14)
Mereka menafsirkan fase-fase tersebut adalah sesuai dengan fase-fase yang diakui oleh penganut teori evolusi Darwin tentang proses kejadian manusia.
Ayat lain juga yang memperkuat teori ini adalah QS.
al-Ra’du (13): 17,
dan QS. al-An’am
(6): 133.
Artinya: Allah Telah menurunkan air
(hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut
ukurannya, Maka arus itu membawa buih yang
mengambang. dan dari apa (logam)
yang mereka lebur dalam
api untuk membuat
perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti
buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang
bathil. adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun
yang memberi manfaat
kepada manusia, Maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah
membuat perumpamaan- perumpamaan.
Artinya: Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat.
Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan
siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.
Ayat ini dijadikan juga sebagai penguat kebenaran teori “struggle for
life”atau struggle for existence yaitu
adanya perjuangan species untuk mempertahankan hidupnya, yang menjadi salah
satu landasan teori Darwin.
Terlepas dari perdebatan di atas, sebenarnya menurut Quraish Shihab,
beberapa abad sebelum
munculnya teori evolusi Darwin (1804-1872) telah ada
beberapa ilmuwan Muslim yang menuliskan pendapatnya tentang
evolusi seperti Al-Farabi
(783- 950 M), Ibnu Maskawaih (wafat 1030 M), Muhammad bin Syakir Al-Kutubi
(1287-1363 M) dan ‘Abdurrahman Ibn Khaldun (1332- 1446). Ibn Khaldun menulis
dalam kitabnya Kitab
al-Ibar fi Diwani al-Mubtada’ wa al-Khabar sebagai berikut: “Alam binatang meluas sehingga bermacam-macam
golongannya dan berakhir proses kejadiannya pada masa manusia mempunyai pikiran
dan pandangan. Manusia meningkat dari alam kera yang hanya mempunyai kecakapan
dan dapat mengetahui tetapi belum sampai pada tingkat
memiliki dan berpikir”. Yang dimaksud kera oleh Ibn Khaldun adalah
sejenis makhluk yang
oleh para penganut evolusionisme disebut
Anthropoides. Ketika menemukan teori tersebut Ibn Khaldun dan ilmuwan-ilmuwan
lainnya tidak merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an, tetapi mereka mendasarkan pada penyelidikan dan penelitian mereka.
Ada beberapa teori
ilmiah yang disebutkan dalam al-Qur’an
tetapi pemaparan tersebut
tidak memberikan penjelasan secara detail, hanya untuk menunjukkan kebesaran Tuhan serta
memotivasi manusia untuk mengadakan pengamatan dan penelitian yang lebih
mendalam untuk meningkatkan keimanan
kepada Allah SWT.
** Sumber: Nurdiana.2016. Ilmu Alamiah
Dasar, Lombok:
Pustaka
Lombok
No comments:
Post a Comment