KEPEMIMPINAN- PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
“Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum, sampai mereka mengubahnya sendiri.” (Q.S Al-Ra'd - 11)
Kotak-1: Manager mudah diperoleh hanya dengan jabatan, namun untuk menjadi pemimpin perlu kerja keras, konsistenti untuk meningkatkan kapasitas diri dan pengakuan orang banyak.
Tugas-1 : Amati
disekitar anda. Siapakah yang menjadi pejabat dan siapakah yang menjadi
pemimpin. Berikan alasan mengapa seseorang itu menjadi pemimpin.
Bahan kuliah ini diambil
dari tulisan berjudul: Pengertian Kepemimpinan,
dalam https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-kepemimpinan/.
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu keterampilan praktis yang mencakup kemampuan seseorang atau sebuah organisasi untuk “memimpin” atau membimbing orang lain, tim, atau seluruh organisasi.
Literatur para spesialis saling beradu pandangan, membandingkan antara pendekatan Timur dan Barat dalam kepemimpinan, dan juga (di Barat sendiri) antara pendekatan Amerika Serikat dengan Eropa. Civitas akademika di A.S. mengartikan kepemimpinan sebagai sebuah proses pengaruh sosial yang di dalamnya seseorang dapat melibatkan bantuan dan dukungan selainnya dalam usaha mencapai suatu tugas bersama.
Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli
·
Menurut John Piffner
Kepemimpinan adalah seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan
individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
·
Menurut Tannebaum, Weschler
and Nassarik, 1961, 24
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan
langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
tertentu
·
Menurut Jacobs &
Jacques, 1990, 281
Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti
Kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam
mencapai tujuan
·
Menurut Slamet, 2002: 29
Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada
umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai tujuan tertentu.
·
Menurut Shared Goal,
Hemhiel & Coons, 1957, 7
Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
·
Menurut Thoha, 1983:123
Kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain
agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu .
·
Menurut Robbins (2002:163)
Kepemimpian adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk
mencapai tujuan.
·
Menurut Ngalim Purwanto
(1991:26)
Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan
sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai
sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat,
ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
Jadi definisi Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk meneapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengafuhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi.
Tipe -Tipe Kepemimpinan
·
Tipe
Otokratik
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik
mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai
karakteritik yang negatif.Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang
otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter
akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk :
1.
Kecenderungan memperlakukan
para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan
dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
2.
Pengutamaan orientasi
terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas
itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
3.
Pengabaian peranan para
bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara
lain:
1.
Menuntut ketaatan penuh
dari para bawahannya.
2.
Dalam menegakkan disiplin
menunjukkan keakuannya.
3.
Bernada keras dalam pemberian
perintah atau instruksi.
4.
Menggunakan pendekatan
punitif dalamhal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
·
Tipe
Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat
yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama
masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para
anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin
seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko
adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
·
Tipe
Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang
kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas
yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang
jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang
kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para
pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang
tersebut dikagumi.
·
Tipe
Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar
dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang
sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi,
sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh
masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
·
Tipe
Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang
pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi
militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe
militeristis. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :
1.
Dalam menggerakkan bawahan
untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai alat
utama.
2.
Dalam menggerakkan bawahan
sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.
3.
Sonang kepada formalitas
yang berlebihan
4.
Menuntut disiplin yang
tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
5.
Tidak mau menerima kritik
dari bawahan
6.
Menggemari upacara-upacara
untuk berbagai keadaan.
Seorang
pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak
memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang
terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai
pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat
amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau
mengatur orang lain.
Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Sedangkan
kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan
pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing
meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and
loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah
seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk
memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk
menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang
diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan
yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu
sama lainnya, tetapi banyak faktor.
Pemimpin yang
berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan.
Fungsi
pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi
yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.
Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi administrasi, yakni mengadakan
formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan
planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.
- Teori Kepeminpinan
Memahami
teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif
serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya
tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang
pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :
- Teori Kepemimpinan
Sifat ( Trait Theory )
Analisis
ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu
sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang
beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori
ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”.
Dalam
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian. Keith
Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain :
- Kecerdasan
Berdasarkan
hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas
kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang
lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
- Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di
dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal,
seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini
membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian
yang diyakini kebenarannya.
- Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang
pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada
kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
- Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya
pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu
berpihak kepadanya.
- Teori Kepemimpinan
Perilaku dan Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecendrungan kearah 2 hal.
- Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu
kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan
bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan,
memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
- Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu
Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan.
Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan
tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi,
berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi pula.
- Teori Kewibawaan
Pemimpin
Kewibawaan
merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.
- Teori Kepemimpinan
Situasi
Seorang
pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
- Teori Kelompok
Agar tujuan
kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya
berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan
tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni
pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat,
keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan
bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi
orang untuk melakukan sesuatu.
Gaya tersebut
bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap
tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat
pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara
dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian
motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis)
berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif.
Sebaliknya
jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia
menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan
prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian
manusiawi. Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
- Otokratis
Kepemimpinan
seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan
dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan
kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi
kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan.
Kepemimpinan
ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun
demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan
keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang
kompeten.
- Partisipasif
Lebih banyak
mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil
tidak bersifat sepihak.
- Demokrasi
Ditandai
adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan
keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis
cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat
mengarahkan diri sendiri.
- Kendali Bebas
Pemimpin memberikan
kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan
pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung – jawab,
kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan
menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari
orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu
gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan
orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi
dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan
gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi
tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap
membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang
positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan
pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel pengecualian dari
ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni model kepemimpinankontigennis.model ini
nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi
dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa
keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai dengan 3
variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi.
Ketiga
variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader – member
rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader
position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan
(akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar
diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga
menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.
Model
kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari
Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin
dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat
kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat
penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut
sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai
kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki
pemimpin.
Menurut Hersey
dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – masing gaya
kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa
setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit
untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi
yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya
yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya
dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara
seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu
bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah.
- Directing
Gaya tepat
apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki
pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda
berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan
apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi
over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan
dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan
aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus
menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
- Coaching
Pemimpin tidak
hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan
mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan
juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita
telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini
kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya,
dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan
mereka.
- Supporting
Sebuah gaya
dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan
tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi
tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan.
Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang
dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam
hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih
melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran –
saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
- Delegating
Sebuah gaya
dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya
kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya
telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka
menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya
ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari
lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya.
Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”.
Situational leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus
menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah –
tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku
staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas
organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan
tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional
lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah
bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang
perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
- Kemampuan analitis (analytical skills) yakni
kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam
melaksanakan tugas.
- Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability
skills) yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling
tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.
- Kemampuan berkomunikasi (communication skills)
yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya
kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga
kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang
pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran
interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta peran
pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Jika saja
Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah
pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
Rahasia utama
kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi
pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu.
Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri
sendiri.
Bangunan akan
bagus, kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun
umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak
diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri
adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
Kepemimpinan Yang Melayani
Merenungkan
kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah jabatan
formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen
yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika
dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam
kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang
sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang
melayani.
- Karakter Kepemimpinan
- Hati Yang Melayani
Kepemimpianan
yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu
transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin
untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita
saksikan betapa banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat
publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan
dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan
ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak
menurut Ken Blanchard dan kawan – kawan, ada sejumlah ciri –ciri dan nilai yang
muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu tujuan
utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya.
Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi
justru kepentingan publik yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang – orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang
melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu
mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da harapan
dari mereka yang dipimpinnya.
Seorang
pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas ( accountable ).
Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan.
Artinya seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan
kepada public atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang
melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan,
impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah
pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi
kepentingan public atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti
dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi
begitu berat,selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak
mudah emosi.
- Metode Kepemimpinan
- Kepala Yang Melayani
Seorang
pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus
memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang
efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu
karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan
formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode
kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk
mengelola mereka yang dipimpinnya.
Tidak banyak
pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah
diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan
Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada
sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan
(dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka
yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode
kepemimpinan, yaitu :
Kepemimpinan
yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya
atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses
ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai
keahlian dari orang – orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan
dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision.
Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam
organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu
memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju.
Kepemimpinan
secara sederhana adalah proses untuk membawa orang – orang atau organisasi yang
dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada
artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk
senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya
sehingga bias bertahan sampai beberapa generasi. Ada 2 aspek mengenai visi,
yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak
hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tapi memiliki
kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian tindakan
atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
- Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang
yang responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan,
kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka yang dipimpin. Selain itu
selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan
ataupun tantangan yang dihadapi.
- Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang
pelatih atau pendamping bagi orang – orang yang dipimpinnya (performance
coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk menginspirasi, mendorong dan
memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana
kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dsb),
melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian,
serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
- Perilaku Kepemimpinan
- Tangan Yang Melayani
Pemimpin yang
melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki
kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun
kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutka perilaku seorang
pemimpin, yaitu :
- Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka
yang dipimpin, tapi sungguh – sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk
memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan
firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam
setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.
- Pemimpin focus pada hal – hal spiritual
dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan
kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun
yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani sesamanya.
Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan
penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
- Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan
bertumbuh dalam berbagai aspek , baik pengetahuan, kesehatan, keuangan,
relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa menyelaraskan (recalibrating )
dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui
solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman Tuhan
).
Demikian
kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang sangat relevan dengan
situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut
Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence,
salah satu tolak ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani
(servant leadership).
Bahkan dalam
suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman,
menunjukkan pemimpin – pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak
kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka
biasanya adalah orang –orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima
kritik, rendah hati, mampu memahami spiritualitas yang tinggi, dan selalu
mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.
Kepemimpinan Sejati
Kepemimpinan
adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan
karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah
jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan
dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika
terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang
kokoh,
ketika setiap
ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan
ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah
seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau
jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang
dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership
from the inside out ).
Kepemimpinan
sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan
adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan
seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga,
bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi
negerinya.
” I don’t
think you have to be waering stars on your shoulders or a title to be leadar.
Anybody who want to raise his hand can be a leader any time”,dikatakan dengan
lugas oleh General Ronal Fogleman,Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat yang
artinya Saya tidak berpikir anda menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah
gelar pemimpin. Orang lainnya yang ingin mengangkat tangan dapat menjadi
pemimpin di lain waktu.
Sering kali
seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang
dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota
tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati
adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dam
maximizer.
Konsep
pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima
oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan
pujian (honor & praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan
dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru
kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati
(humble).
Pelajaran
mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah
hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa
bangsanya dari negara yang rasialis menjadi negara yang demokratis dan
merdeka.Selama penderitaan 27 tahun penjara pemerintah Apartheid, justru
melahirkan perubahan dalam diri Beliau. Sehingga Beliau menjadi manusia yang
rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selam
bertahun – tahun.
Seperti yang
dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan
dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya.
Perubahan karakter adalah segala – galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa
perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya
integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi
serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis
kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan
sejati, yaitu :
- Q berarti kecerdasan atau intelligence.
Seperti dalam IQ berarti kecerdasan intelektual,EQ berarti kecerdasan
emosional, dan SQ berarti kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang
pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ yang cukup tinggi.
- Q leader berarti kepemimpinan yang memiliki
kualitas(quality), baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
- Q leader berarti seorang pemimpin yang
memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin yang berarti kehidupan).
- Q keempat adalah qolbu atau inner self.
Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh – sungguh mengenali
dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self
management atau qolbu management).
Menjadi
seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan
bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q
(intelligence-quality-qi-qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi
dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang
pemimpin.
Rangkuman
kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
- Perubahan karakter dari dalam diri (character
chage).
- Visi yang jelas (clear vision).
- Kemampuan atau kompetensi yang tinggi
(competence).
Ketiga hal
tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa
bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan
intrapersonal, kemampuan teknis, pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya
dengan orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metode
kepemimpinan).
Seperti yang dikatakan oleh John Maxwell, ” The only way that I can keep leading is to keep growing. The the day I stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is way it always it.” Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tsb.
Tugas Kuliah:
Buatlah
rangkuman materi kuliah dan berilah catatan penting menurut anda. Kirimkan
tugas ke WA group paling lama 7 (tujuh) hari setelah kuliah.
No comments:
Post a Comment