Tulisan Dr.Ir.Hamzah Lubis,SH,M.Si berjudul “Kondisi Terumbu Karang
Pulau Unggeh, Tapanuli Tengah”, telah dimuat pada Jurnal KEMI-ITM, Medan,
Volume 4 Nomor 1, April 2009, hal.19-24
Hamzah Lubis,
Bsc.,Ir.,SH.,M.Si,Dr
*Dewan Daerah Perubahan Iklim
Provsu *Mitra Baharai Provsu *Komisi Amdal Provsu
*Komisi Amdal Medan *Pusat Kajian Energi Terbarukan-ITM *Jejaring HAM KOMNAS
HAM-RI
*KSA XLII/1999 LEMHANNAS
*aktifis hukum/ham/lingkungan/pendidikan
Abstrak
Strategi
pengembangan pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara
adalah pada sektor wisata bahari. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah telah
menetapkan prioritas pengembangan pariwisata yang
salahsatunya adalah Kecamatan Badiri berupa obyek wisata rekreasi wisata
bahari. Potensi wisata bahari Kecamatan Badiri adalah pengembangan ekowisata di
Pulau Unggeh. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk melakukan penelitian potensi
sumberdaya alam pulua khususnya terumbu karang. Penelitian untuk mendapatkan
benthic lifeform, indeks dominansi dan
indek keanekaragaman terumbu karang.Hasil penelitian pada 4 ( empat) transek
terumbu karang menunjukkan tutupan karang rata-rata 66,45% (status baik)
dengan indek dominansi untuk ACB
(11,76), ACS ( 9, 41), CB ( 5,88), CM (
44,71) dan DC (15,30) sedangkan indeks
diversitas (D) 3,80. Dengana demikian
potensi terumbu karang layak dikembangkan untuk kegiatawan wisata alam.
Kata kunci: Terumbu karang, Pulau Unggeh
Pendahuluan
Pola dasar pembangunan derah Tapanuli Tengah,
menitikberatkan kebijaksanaan pembangunan
di bidang ekonomi pada sektor pertanian, industri, pariwisata dan jasa.
Untuk sektor pariwisata; pembangunan dan pengembangan kepariwisataan dengan
memamfaatkan potensi yang sudah berkembang dan potensi pariwista yang baru.
Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Tengah telah menetapkan
strategi pengembangan pariwisata yang meliputi:
1.Pengembangan kepariwisataan
berorientasi kepada pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkugan
serta tidak merusak kelestarian budaya daerah.
2. Peningkatan kepariwisataan dengan
upaya pembinaan obyek wisata, penyempurnaan pengelolaan, penggalian dan
pelestarian seni budaya asli dan melengkapi fasilitas pendukung.
3.Mengembangkan obyek wisata baru
yang memiliki nilai ekonomis dan belum tergarap.
4.Pengembangan pariwisata dilakukan
dengan perinsip tidak mengganggu
sturuktur perekonomian masyarakat setempat sebagai dampak investasi yang
dilakukan secara besar-besaran dan ekslusif.
5. Mempertinggi kesadaran masyarakat
akan arti dan mamfaat kepariwisataan dalam pembangunan hingga dapat
meningkatkan peran dalam memperluas kesempatan kerja serta penghasil devisa.
6.Prioritas wisata pengembangan
dikategorikan kepada sektor wisata bahari.
Rencanata Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupten Tapanuli Tengah telah pula
menetapkan prioritas pengembangan pariwisata yang
melipti:
1.Kecamatan Sibolga, berupa obyek
wisata alam/bahari dan peninggalan sejarah.
2.Kecamatan Lumut (dengan pemekaran
Kec. Badiri) berupa obyek wisata taman
rekreasi/wisata bahari.
3.Kecaatan Sorkam, berupa wisata peninggalan sejarah dan taman rekreasi.
4.Kecamatan Barus, berupa obyek wista
peninggalan sejarah.
Dari hal-hal di
atas, maka terlihat bahwa strategi pengembangan pariwisata Kabupaten Tapanuli
Tengah diantaranya adalah pengembangan obyek wisata baru dengan prioritas
pengembangan wisata bahari. Demikian juga
bahwa prioritas pengembangan pariwisata di Kecamatan Lumut sebagai
kecamatan induk dari Kecamatan Badiri (
kecamatan pemekaran) dengan prioritas pembangunan pariwisata bidang pariwisata
bahari. Obyek wisata bahari yang telah mulai dikunjungi wisatawan di Kecamaan
Badiri adalah obyek wisata bahari Pulau Unggeh.
Untuk melakukan perencanaan pengembangan wisata bahari
Pulau Unggeh, diperlukan data-data sumberdaya alam dan salah satunya adalah
data potensi terumbu karang. Oleh karena itu, penulis merasa perlu melakukan
penelitian tentang potensi terumbu karang di Pulau Unggeh. Data-data ini
diharapkan akan menjadi bahan perencanaan pengembangan pariwisata bahari Pulau
Unggeh.
Studi Kepustakaan
Terumbu karang merupakan
ekosistem khas yang terdapat di perairan tropis. Pada dasarnya terumbu terbentuk
dari endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3), yang
dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum Cnidaria,
ordo Scleractina yang hidup bersimbiosis
dengan zooxantellae, dan sedikit
tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi
kalsium karbonat (Bengen,2002).
Secara umum terumbu karang
terdiri dari atas tipe: (1) terumbu karang tepi (fringing reef), (2)
terumbu karang penghalang (barrier reef), dan (3) terumbu karang cincin atau
atol. Terumbu karang tepi hidup di pinggir pantai sedangkan terumbu karang
penghalang berada jauh dari pantai. Kedua tipe terumbu karang ini
berfungsi sebagai pemecah gelombang (perbandingan 3 : 4 antara panjang gelombang dengan dalam laut)
dan peredam energi gelombang untuk
perlindungan pantai (Lubis,2007a). Terumbu karang cincin atau atol
merupakan terumbu karang yang
munculnya di perairan yang jauh dari daratan.
Terumbu karang mempunyai peran
utama sebagai tempat tinggal (habitat), tempat mencari makanan (feeding
ground) tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat
pemijahan (spawning ground) bagi berbagai biota yang hidup di terumbu
karang atau sekitarnya. Satu terumbu karang dapat menunjang 3.000 jenis biota
lainnya (Romimohtarto, 2007). Produktivitas carbon rata-rata terumbu karang 1.500 – 3.500 gC/m2/tahun
dan maksimal 11.680 gC/m2/tahun (Supriharyono, 2007). Terumbu karang
dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan,
bahan baku farmasi, obyek wisata dan kegiatan perikanan laut. Ekosistem terumbu
karang memberikan potensi lestari sumberdaya ikan sekitar 80.802 ton ikan/km2/tahun
(Motik, 2009).
Nilai ekonomi pariwisata (tourism)
pulau-pulau kecil memberikan income multipler bagi kegiatan ekonomi
lainnya, antara 0,55 sampai 0,67. Setiap US$ 1 yang dibelanjakan oleh wisatawan akan
memberi dampak terhadap income penduduk lokal sebesar US$ 0,55-0,67
(Fauzi, 2005). Nilai ekonomi tersebut bisa terdepresiasi manakala pengelolaan pulau-pulau kecil mengalami
kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan menyebabkan menurunnya nilai sumber
daya alam, menurunnya minat dan kunjungan wisatawan, mengancam keberlanjutan pariwisata dan bahkan menenggelamkan pulau.
Pengambilan terumbu karang per
kilometer persegi hanya memberi keuntungan bagi pegambil (US$121.000), tetapi memberi kerugian pada sektor perikanan
(US$ 93.600), proteksi wilayah (US$ 12.000-260.000), sektor wisata (US$ 2900 –
481.900) dan sektor lainnya (Dahuri dalam Lubis, 2003). Penelitian Ola (2004) di Kepulauan Wakatobi,
Sulawesi Tenggara, bahwa pengambilan karang untuk bahan bangunan mendegradasi
terumbu karang 355,33 m2/tahun, menyebabkan penurunan ikan kerapu
sebesar 19 ton/tahun di ekosistem terumbu karang.
Pemerintah, melalui Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 tahun 1990 tentang Pantai Lestari, telah
menetapkan program Taman Lestari
(terumbu karang dan mangrove lestari) untuk kelestarian terumbu karang dan
mangrove. Untuk mengurangi perusakan,
pengambilan dan perdagangan terumbu
karang, Amerika Serikat telah menetapkan sertifikasi (ecolabeling)
terumbu karang untuk perdagangan bebas
(Ikawati, 2001).
Metoda Penelitian
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Unggeh. Pulau
Unggeh berada pada koordinat 10 24’ 36’’ sampai 10 34’ 21’’ Lintang Utara dan 980 45’ 11’’ sampai 980 45’ 19’’ Bujur Timur. Secara administrasi masuk desa
Sitardas, Kecamatan Badiri (sebelumnya Kecamatan Lumut), Kabupaten Tapanuli
Tengah. Luas pulau lk. 15,6 ha. Tujuan penelitian untuk mendapatkan benthic lifeform report, indeks dominansi/
kelimpahan dan diversitas Indeks / indeks kaanekaragaman.
Benthic Lifeform Report
adalah untuk mendapatkan percent cover tutupan karang, dihitung dengan
rumus: C = a/A x 100 %, dimana C = prosentase tutupan, a = panjang penutuan dan A = panjang transek.
Pengolahan data dalam bentuk benthic
lifeform report dan prosentase tutupan untuk hard corals acopora, hard corals
non acropora, dead selection, algae, other fauna dan abiotic.
Indeks dominansi atau
indeks kelimpahan menggambarkan komposisi jenis dalam komunitas dengan rumus Di
= ni / N x 100 % ; dimana Di = indeks
dominansi, ni = jumlah individu/ jenis i dan N = jumlah individu/ dalam
habitat. Indeks dominansi dengan keriteria “dominant” dimana Di > 5% dan “
sub dominant” dengan Di 2% - 5%.
Diversitas Indeks /
Indeks kaanekaragaman adalah keanekaragaman komunitas ditandai banyaknya
spesies dari organisme yang membentuk
komunitas tersebut. Semakin banyak jumlah spesies semakin tinggi
keanekaragamannya. Indeks keanekaragaman menunjukkan hubungan antara jumlah
spesies dengan jumlah individu yang
menyusun suatu komunitas. Indeks keanekaragaman Simpson dihitung dengan rumus:
D = Ni (N – 1) / ni (ni -1) ; dimana D =
diversity indeks Simpson, Ni = jumlah total individu seluruh jenis , ni =
jumlah total individu jenis ke- i.
Hasil penelitian
1.Gambaran Lokasi Penelitian
Wilayah Desa Sitardas mempunyai panjang garis pantai lk. 6 km dan
berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia. Tinggi gelombang laut berkisar
0,6 – 2,5 meter, tinggi pasang surut rata-rata 0,70 m, tipe pasut campuran dan
condong ke harian ganda , kedalaman laut 1 – 10 meter dengan jenis subtrat
dasar pantai berpasir dan batu kerikil.
Perairan dengan pantai mempunyai salinitas rata-rata 18
ppt sedangkan diperairan lepas pantai (offshore) salinitas mencapai 30 ppt.
Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisik dan kimia perairan, didapat suhu
permukaan laut rata-rata 28 0C,
kecerahan tinggi, TSS 32 ppm, warna laut biru hijau, kadar oksigen terlarut
(DO) 7,6 ppm, BOD 7,2 ppm dan pH 8,2. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51
Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut
dengan mengacu kepada data-data yang ada maka perairan Pulau Unggeh dapat dinyatakan bahwa perairan tersebut belum tercemar, layak untuk
kegiatan wisata bahari. Dengan demikian
potensi terumbu karang Pulau Unggeh layak dikembangkan untuk kegiatan wisata
bahari.
Penelitian potensi terumbu karang dilakukan pada garis
(teransek) pengamatan. Setelah melakukan observasi terumbu karang di sekeliling
Pulau Unggeh, maka ditetapkan 4 (empat) lokasi transek garis yang menjadi
lokasi penelitian.Transek -1 di ujung barat sebelah utara pulau pada koordinat 10 34’ 32’’
Lintang Utara dan 980 45’
11’’ Bujur Timur, posisi garis berjarak 20 meter dari pinggiran pantai. Transek
- 2 di ujung barat sebelah barat pulau
pada koordinat 10 34’ 32’’
Lintang Utara dan 980 45’
10’’ Bujur Timur, posisi garis berjarak 15 meter dari pinggiran pantai. Transek
- 3 di ujung barat sebelah barat pulau
pada koordinat 10 34’ 31’’
Lintang Utara dan 980 45’
12’’ Bujur Timur, posisi garis berjarak 15 meter dari pinggiran pantai. Transek
- 4 di ujung barat sebelah selatan pulau
pada koordinat 10 34’ 30’’
Lintang Utara dan 980 45’
11’’ Bujur Timur, posisi garis berjarak 20 meter dari pinggiran pantai.
2.Benthic Lifeform Report
Analisis hasil pengukuran didapat tutupan karang untuk transek – 1, dimana prosentase tutupan untuk
Hard cooral acopora 35,10 % , Hard cooral non acropora 64,90 % .sehingga total
tutupan karang 100,00%. Untuk transek –
2, dimana prosentase tutupan untuk Hard cooral acopora 0,70 % , Hard cooral non
acropora 30,70 % . Dead selection 39,70, Algae
0%, Fauna 1,80% dan Abiotic 27,10% sehingga total tutupan karang 31,40%. Untuk transek – 3, dimana prosentase
tutupan untuk Hard cooral acopora 16,00 % , Hard cooral non acropora 43,50 % .
Dead selection 36,00, Algae 0%, Fauna
0,00% dan Abiotic 4,50% sehingga total tutupan karang 49,50%. Untuk transek – 4, dimana prosentase
tutupan untuk Hard cooral acopora 49,90 % , Hard cooral non acropora 35,00 % .
Dead selection 4,80, Algae 0%, Fauna
9,30% dan Abiotic 1,00% sehingga total tutupan karang 84,90 %.
Prosentase rata-rata tutupan karang hidup 66,45%. Dengan
mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 4 tahun 2001 tentang Keriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang, terumbu
karang Pulau Unggeh masuk kategori “baik”.
3.Indeks Dominansi/ Kelimpahan
Indeks dominansi atau kelimpahan menggambarkan komposisi
jenis dalam komunitas di tutupan karang Pulau Unggeh untuk Hard cooral acopora
branching (ACB) 11, 76; Hard coral acopora submassive (ACS) 9, 41 sedangkan Hard coral non acropora
branching (CB) 5,88 ; Hard coral non acropora massive (CM) 44,71; Hard coral
non acropora foliose (CF) 3,53; untuk dead cooral (DC) 15,30; soft coral (SC)
3,53; sand (S) 4,71 dan rubble ® 1,17. Indeks kelimpahan yang dominan adalah
Hard cooral acopora branching (ACB) 11, 76; Hard coral acopora submassive
(ACS) 9, 41; Hard coral non acropora branching (CB) 5,88 ;
Hard coral non acropora massive (CM) 44,71; dan dead cooral (DC) 15,30. Indeks
kelimpahan yang sub-dominan Hard coral non acropora foliose (CF) 3,53; soft
coral (SC) 3,53; dan sand (S) 4,71.
4.Diversitas indeks /Indeks kaanekaragaman
Keanekaragaman komuntas ditandai banyaknya speseies dari organisme
yang membentuk komunitas tersebut.
Semakin banyak jumlah spesies semakin tinggi keanekaragamannya. Indeks
keanekaragaman menunjukkan hubungan antara jumlah spesies dengan jumlah
individu yang menyusun suatu komunitas
Untuk transek – 1 D = 2, 92 ;
transek -2 D = 3,35 transek – 3 D = 5,82 dan transek – 4 D = 3, 12 dengan
rata-rata indeks keanekaragaman D =
3,80.
Kesimpulan
Strategi pengembangan pariwisata Kabupaten Tapanuli
Tengah, Provinsi Sumatera Utara adalah pada sektor wisata bahari. Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Tengah telah menetapkan prioritas
pengembangan pariwisata yang
salahsatunya adalah Kecamatan Badiri berupa obyek wisata rekreasi wisata
bahari. Potensi wisata bahari Kecamatan Badiri adalah pengembangan ekowisata di
Pulau Unggeh. Penelitian terubu karang Pulau Unggeh , pada 4 ( empat) transek
terumbu karang menunjukkan tutupan karang rata-rata 66,45% dengan keriteria
“baik’ dengan indek dominansi untuk ACB
(11,76), ACS ( 9, 41), CB ( 5,88), CM (
44,71) dan DC (15,30) sedangkan indeks
diversitas (D) 3,80. Dengana demikian perairan
dan potensi terumbu karang layak dikembangkan untuk kegiatawan wisata bahari.
Kepustakaan
Bengen, DG.
2002. Sinopsis Ekosistem dan Suber Daya Alam Pesisir dan Laut Serta Prinsip
Pengelolaannya. Bogor: PKSPL-IPB
BPS.2008.
Tapanuli Tengah Dalam Angka 2008.
Pandan: BPS Tapanuli Tengah
Fauzi, A.
2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan: Isu, Sintesis dan Gagasan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Ikawati, Y.
Hanggarawati, PS. Parlan, S. Handini,H. Siswadiharjo, B.2001. Terumbu Karang
di Indonesia. Jakarta: Mapiptek-Ristek.
Lubis, H.
2008. Laporan Akhir Kajian Model Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar
Sumatera Utara. Medan: Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sumatera Utara
........2003.
Teknik Pencegahan Pencemaran Pulau-Pulau Kecil. Medan: Gelora Madani
Press
……. 2002. Pengelolaan
Ekowisata Bahari di Pulau Unggas, Tapanuli Tengah ( Thesis PSL-USU Yang Tidak Dipublikasikan,
2002)
LIPI-Coremap.
2006. Tapanuli Tengah Baseline Ekologi. Jakarata: Critc-Coremap LIPI
--------2007.
Tapanuli Tengah Baseline Ekologi. Jakarata: Critc-Coremap LIPI
---------2008.
Tapanuli Tengah Baseline Ekologi. Jakarata: Critc-Coremap LIPI
Motik, CH.
Iskandar, S. Dasril, M. Tomo ,HS. Navi, NJV. Bambang, H. Muhammad, A. 2009. Buku
Bacaan Pendidikan Kelautan: Kekayaan Negeriku Negara Maritim. Jakarta;
Dewan Kelautan Indonesia
Ola, OL.
2004. Model Pengelolaan Pulau-Pulau
Kecil Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Kepulauan Wakatobi. (Diserthasi
PSPL-IPB Yang Tidak Dipublikasikan, 2004)
Romimohtarto,K.
Sri,J. 2007. Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta:
Djambatan
Supriharyono.
2007 .Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut
Tropis. Yokyakarta: Pustaka Pelajar
Siregar,
AAW. 2007.Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK) Desa Sitardas.
Pandan: Coremap Phase-II Tapanuli Tengah
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Program
Pantai Lestari
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu
Air Laut
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Keriteria
Baku Kerusakan Terumbu Karang
Nama : David J. H. Simarmata
ReplyDeleteNim : 18202076
Jurusan : Teknik Mesin
M.Kuliah : Pengendalian Lingkungan Industri
Menurut pendapat saya,
Kecamatan Badiri yang terletak di Kabupaten Tapanuli Tengah, Pulau Unggeh,Provinsi Sumatera Utara yang memiliki banyak jenis terumbu karang dalam kondisi baik, yang layak untuk dikembangkan sebagai objek wisata bahari. Selain sebagai objek wisata bahari, terumbu karang merupakan tempat tinggal (habitat), tempat mencari makanan (spawning ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursey ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang atau sekitarnya.
Maka dari itu kondisi terumbu karang harus tetap dijaga dan dilestarikan agar biota laut bisa hidup dan berkembang dengan baik dan sebagai objek wisata bahari untuk pemasukan ekonomi bagi penduduk daerah tersebut.
Nama : Seiya Gusmar Angger Putra
ReplyDeleteNIM : 17202036
Jurusan : Teknik Mesin
Extention
Terumbu karang merupakan ekosistem pesisir yang mempunyai peranan penting sebagai sistem penyangga kehidupan di wilayah pesisir dan laut. Berbagai jenis biota laut memijah dan mencari makan di ekosistem terumbu karang.
Indonesia punya ekosistem terumbu karang dengan luas 2,5 juta Ha, 569 spesies dan 4 spesies endemik. Sebagian besar terumbu karang di dunia dapat ditemukan di wilayah perairan Indonesia.
Nama : Risky Pratama Simbolon
ReplyDeleteNIM : 17202290
Jurusan : Teknik Mesin
Extention
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang terdapat di pesisir pantai yang secara fisik berfungsi untuk melindungi pantai dari ombak dan gelombang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang yang ada di Daerah Perlindungan Laut (DPL) Perairan Sitardas. Pengukuran persentase tutupan karang dilakukan dengan metode Line Intercept Transect, ikan karang dengan metode Underwater fish Visual Cencus, dan hewan bentik selain karang dengan metode Reef Check Benthos. Data sosial ekonomi masyarakat diambil secara purposive sampling dengan penyebaran kuisioner dan wawancara langsung. Analisis pengembangan untuk strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang dan DPL menggunakan analisis Strength, Weakness, Opportunity, dan Threats (SWOT). Secara umum hasil penelitian dapat diketahui bahwa kondisi ekosistem terumbu karang di Perairan Sitardas mengalami kerusakan akibat penangkapan ikan dengan menggunakan bom dan potasium serta akibat penggunaan jangkar kapal nelayan.
Nama : Ade Riwaldi
ReplyDeleteNIM : 17202077
Extention
Terumbu karang mempunyai peran utama sebagai tempat tinggal (habitat), tempat mencari makanan (feeding ground) tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang atau sekitarnya. Satu terumbu karang dapat menunjang 3.000 jenis biota lainnya (Romimohtarto, 2007). Produktivitas carbon rata-rata terumbu karang 1.500 – 3.500 gC/m2/tahun dan maksimal 11.680 gC/m2/tahun (Supriharyono, 2007). Terumbu karang dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan, bahan baku farmasi, obyek wisata dan kegiatan perikanan laut. Ekosistem terumbu karang memberikan potensi lestari sumberdaya ikan sekitar 80.802 ton ikan/km2/tahun
Nama : Pandu Pradana
ReplyDeleteNim : 16202041
XPLI EXTENTION
Jurusan : Teknik Mesin
ERUMBU KARANG PULAU UNGGEH, TAPANULI TENGAH
Menurut pendapat saya,Strategi pengembangan pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara adalah pada sektor wisata bahari. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah telah menetapkan prioritas pengembangan pariwisata yang salahsatunya adalah Kecamatan Badiri berupa obyek wisata rekreasi wisata bahari. Potensi wisata bahari Kecamatan Badiri adalah pengembangan ekowisata di Pulau Unggeh. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk melakukan penelitian potensi sumberdaya alam pulua khususnya terumbu karang. Penelitian untuk mendapatkan benthic lifeform, indeks dominansi dan indek keanekaragaman terumbu karang.Satu terumbu karang dapat menunjang 3000 biota laut yang hidup dilaut.Ekosistem terumbu karang memberikan Potensi lestari sumber daya ikan sebesar 80802 ton ikan/km2/tahun.
Nama :RIZK NORMAN RITONGA
ReplyDeleteNim :16202158
Kelas :EXTENTION
Jurusan :TEKNIK MESIN
Mata kuliah :PENGENDALIAN LINGKUNGAN INDUSTRI
Tugas 4
ASSALAMUALAIKUM WR WB,
MENURUT PENDAPAT SAYA,
Terumbu karang merupakan ekosistem khas yang terdapat di perairan tropis. Pada dasarnya terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractina yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat (Bengen,2002).
Secara umum terumbu karang terdiri dari atas tipe: (1) terumbu karang tepi (fringing reef), (2) terumbu karang penghalang (barrier reef), dan (3) terumbu karang cincin atau atol. Terumbu karang tepi hidup di pinggir pantai sedangkan terumbu karang penghalang berada jauh dari pantai. Kedua tipe terumbu karang ini berfungsi sebagai pemecah gelombang (perbandingan 3 : 4 antara panjang gelombang dengan dalam laut) dan peredam energi gelombang untuk perlindungan pantai (Lubis,2007a). Terumbu karang cincin atau atol merupakan terumbu karang yang munculnya di perairan yang jauh dari daratan.Strategi pengembangan pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara adalah pada sektor wisata bahari. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah telah menetapkan prioritas pengembangan pariwisata yang salahsatunya adalah Kecamatan Badiri berupa obyek wisata rekreasi wisata bahari. Potensi wisata bahari Kecamatan Badiri adalah pengembangan ekowisata di Pulau Unggeh. Penelitian terubu karang Pulau Unggeh , pada 4 ( empat) transek terumbu karang menunjukkan tutupan karang rata-rata 66,45% dengan keriteria “baik’ dengan indek dominansi untuk ACB (11,76), ACS ( 9, 41), CB ( 5,88), CM ( 44,71) dan DC (15,30) sedangkan indeks diversitas (D) 3,80. Dengana demikian perairan dan potensi terumbu karang layak dikembangkan untuk kegiatawan wisata bahari.