menunggu tenggelamnya pp ketek sbg

Tulisan Dr.Ir.Hamzah Lubis,SH.M.Si berjudul: “Menunggu Tenggelamnya Situs Sejarah Pulau “Kota Dermaga” Poncan Ketek” telah dimuat pada Majalah Coremap, edisi Keempat Desember 2008, hal.32-33 
Hamzah Lubis, Bsc.,Ir.,SH.,M.Si,Dr
*Dewan Daerah Perubahan Iklim Provsu *Mitra Baharai Provsu *Komisi Amdal Provsu
*Komisi Amdal  Medan *Pusat Kajian  Energi Terbarukan-ITM *Jejaring HAM KOMNAS HAM-RI
*KSA XLII/1999 LEMHANNAS *aktifis hukum/ham/lingkungan/pendidikan

Ketika kita menginjakkan kaki di Kota Sibolga pantai barat Sumatera Utara, kita disuguhi  dengan hamparan pemandangan nan indah dari bebukitan, pantai berpasir , pulau-pulau kecil dengan terumbu karangnya. Salah satu pulau itu adalah pulau Poncan Ketek. Pulau Poncan Ketek adalah salahsatu pulau dari tujuh pulau-pulau kecil dalam administrasi Kota Sibolga. Luas daratan dari pulau-pulau kecil tersebut adalah 187, 84 hekta are yang terdiri atas (1)  P.Poncan  Gadang, (2) P. Poncan Ketek, (3) P.Panjang, (4) P. Palak, (5) P.Sarudik, (6) pulau Babi  dan   (7) pulau Bangkai. Luas daratan Kota Sibolga di pulau Sumatera 889,16 Ha  dengan  total luas 1.077 Ha.
Sekarang ini sedikit orang yang membicarakan Pulau Poncan Ketek, kendati ia dalam kondisi kritis. Sejarah bahwa Pulau Poncan Ketek sebagai dermaga terbesar di abad ke-delapan belas di pantai barat Sumatera Utara, terlupakan. Lsm Bina Lingkungan Hidup Sumatera Utara berteriak dan mengajukan proposal rehabilitasi ke berbagai stikeolders, tidak mendapat tanggapan. Bukti-bukti sejarah maritim pantai barat Sumatera Utara, berangsur-angsur tenggelam ke dasar laut. 
  Kondisi Pulau
Pulau Poncan Ketek  berada pada koordinat antara  1.43’50” - 1.44’01” lintang utara dan antara 98.45’05” - 98.45’22 bujur timur. Postur pulau pada bagian selatan  membentuk setengah lingkaran dengan diameter 150-200 meter kemudian mengecil ke arah utara berbentuk umbi bawang merah dengan lebar 3- 5 meter dengan beberapa bahagian sudah terputus.  Pada bagian selatan pulau ke arah timur terdapat mercu suar.
Topografi pulau adalah pulau dataran rendah dimana pada bagian selatan pulau adalah pantai berbatu dan membentuk perbukitan batu pada sepertiga pulau dengan ketinggian lk. 30 meter. Di bagian selatan pulau, terdapat anak pulau Poncan Ketek berupa bongkahan batu berukuran 5-7 meter yang sudah terpisah dengan pulau induknya. Dua pertiga pulau adalah dataran rendah dengan dasar tanah berpasir  pada ketinggian 0 – 5 meter. Pantai sebelah timur, utara dan barat adalah pantai landai pantai berpasir. Sebagaimana pulau kecil berpasir, hutan yang ada adalah hutan semak belukar tanpa pepohonan besar.
Hasil penelitian di selatan  Pulau Poncan Ketek  terdapat terumbu karang. dengan tutupan karang  kondisi baik (50-74%) dan kondisi kurang (0-24%). Ikan-ikan hasil pengamatan: jumlah jenis ikan (S) 16 jenis, dengan jumlah individu (N) 54 ekor, dengan indek keanekaragaman jenis  Shannon (H’) 2,073 dengan indek kemerataan Pielou (J’) sebesar 0,748.  Pada bagian timur, utara dan barat perairan pulau, tidak ditemukan lagi terumbu karang. Kondisi terumbu karaang yang rusak dan bahkan punah menyebabkan  gelobang pasang mengabrasi pantai pulau.
Laju abrasi pantai pulau Poncan Ketek, menurut Abdul Majid Waruwu (bendahara Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia, Kota Sibolga), pada tahun 1980-an bahwa pulau telah mengalami abrasi pantai yang pada awalnya seluas lk. 15 ha sekarang tinggal lk.5 ha. Dari 200-an meter lebar pulau sebelah utara sekarang hanya tersisa 2-5 meter dan pada beberapa bagian telah putus..Proses penggerusan pantai berpasir terus terjadi, yang pada akhirnya akan menenggelamkan pulau Poncan Ketek yang memiliki nilai historis sebagai bandar besar di pantai barat Sumatera Utara. Sebagai data pendukung, photo hasil observasi yang dilakukan penulis pada tahun 2001 terlihat dengan jelas pada ujung utara pulau masih ditumbuhi pepohonan sedangkan photo hasil observasi penulis pada Desember 2007 menunjukkan ujung pulau telah terputus-putus.
Sejarah Maritim Indonesia
Poncan Ketek  memiliki nilai sejarah sebagai dermaga (kota pelabuhan pertama) di pantai barat Sumatera Utara. Kota bandar di pulau ini, sudah ada sebelum adanya  perkampungan Sibolga yang kemudian  menjadi kota Sibolga saat sekarang ini.  Kota bandar tersebut  masih eksis pada abad delapan belas dengan penguasa bandar/kota adalah  “Datuk  Bandar”.  Bandar ini termasuk taklukan Inggris di pantai barat Sumatera sampai ke Bengkulu.
 Kemudian pada zaman Pemerintahan Kolonial Belanda (setelah Inggris menyerahkan Bengkulu dan P.Poncan Ketek kepada Belanda), pada abad sembilan belas didirikan bandar baru yaitu Kota Sibolga sebagai  saingan bandar pribumi P.Poncan Ketek yang menyebabkan bandar pribumi P.Poncan Ketek mengalami kemunduran dan bahkan sekarang tidak lagi berpenghuni.
Menurut penuturan H.Buchari Abidin Tanjung (BAT) tokoh masyarakat Kota Sibolga yang merupakan cucu Raja Sorkam (Tapanuli Tengah), bahwa kakeknya membeli persenjataan termasuk meriam untuk keperluan kerajaan ke kota dermaga P.Poncan Ketek.  Kendati saat ini pulau tidak lagi berpenghuni, tetapi kadang nelayan masih menemukan  benda-benda kuno pada perairan  dari sisa-sisa kejayaan kota pelabuhan di sebuah pulau kecil ini. Sebagaimana sebuah dermaga  besar di pantai barat Sumatera yang berada di sebuah pulau, maka dapat diperkirakan pada awalnya pulau Poncan Ketek bukan hanya seluas 15 ha pada tahun 1980-an, atau 5 ha saat sekarang ini. Ini adalah pekerjaan rumah para sejarawan.
Saran-saran
Terlepas  banyaknya  pulau di Sumatera Utara yang telah tenggelam -- (1) pulau Pusung dan (2) pulau Tapak Kuda di Langkat, (3) pulau Niankin di Tapanuli Tengah serta (4) pulau Gasauma dan (5) Lawandra di Nias--  dan beberapa pulau hampir tenggelam -- pulau Pane (Barus) di Tapanuli Tengah, pulau Poncan Ketek di Kota Sibolga dan pulau Kapecong di Mandailing Natal--pulau Poncan Ketek selain memiliki nilai ekologis seperti pulau lainnya ia juga memiliki nilai sejarah. Oleh karena itu, seyogianya Pemerintah Kota Sibolga ”mencadangkan”  pulau dan perairan pulau Poncan Ketek sebagai kawasan lindung dan sekaligus melakukan rahabilitasi. Pemerintah Provinsi juga memfasilitasi pengusulan kawasan konservasi serta pemerintah (Menteri Perikanan dan Kelautan) melakukan penetapannya.
*Ir.Hamzah Lubis,SH,M.Si  adalah  aktifis lingkungan dan Candidat Doktor Lingkungan Pulau-pulau Kecil, tinggal di Medan.







No comments:

Post a Comment