Tulisan Dr.Ir.Hamzah
Lubis,SH,M.Si berjudul: ”Emansipasi Wanita: Peringatan Hari Wanita
Internasional- 8 Maret” telah dimuat dalam buku Khutbah Jum’at Lingkungan
Hidup, ISBN 979-9350-05-0, diterbitkan Bina Lingkungan Hidup Sumatera Utara
kerjasama dengan Canada Fund-Canada, di
Medan tahun 2000, hal.69-78
Hamzah Lubis,
Bsc.,Ir.,SH.,M.Si,Dr
*Dewan Daerah Perubahan Iklim
Provsu *Mitra Baharai Provsu *Komisi Amdal Provsu
*Komisi Amdal Medan *Pusat Kajian Energi Terbarukan-ITM *Jejaring HAM KOMNAS
HAM-RI
*KSA XLII/1999 LEMHANNAS
*aktifis hukum/ham/lingkungan/pendidikan
Khutbah pembukaan.
Jemaah Jum’at yang dirahmati Allah.
Marilah
kita meningkatkan taqwa kita kepada Allah S.W.T dengan sebenar-benar taqwa.
Marilah kita melaksanakan Rukun Iman dan
Rukun Islam secara utuh dan meneyeluruh. Marilah kita tingkatkan amal ibadah
kita, sehingga semua hidup dan kehidupan kita dalam suasana Islami.
Hadirin yang berbahagia.
Pada
bulan Maret tiap tahunnya, tepatnya setiap tanggal 8 Maret, para aktifis wanita
mengelu-elukan emansipasi wanita. Benarkah agama Islam agama yang kolot, agama
yang mengekang kebebasan wanita ? Ataukah sebaliknya agama Islam adalah
revolusioner emansipasi wanita ? Dan kemana arah emansipasi wanita saat ini,
akan menjadi topik khutbah Jum’at kita kali ini.
Memang
pasa umumnya jemaah Jum’at (yang wajib) adalah laki-laki tapi bukan berarti
kaum wanita tidak cocok untuk dibicarakan. Membicarakan lingkungan juga tidak
terlepas dari wanita, karena pencemaran atau yang dicemari atau juga penyelamat
lingkungan adalah laki-laki dan wanita. Demikian juga laki-laki (ayah) sebagai
pimpinan keluarga punya tanggung jawab langsung terhadap kondisi sekarang dan masa depan keluarganya yamg diantaranya
termasuk istri (wanita) dan anak putrinya. Betapa pentingnya peran wanita
sehingga wanita ditasbihkan sebagai “Tiang Negara”, bila rusak tiang negara
(wanita) maka rusaklah suatu negara.
Hadirin yang berbahagia.
Pada
hari Jum’at, 10 Desember 1999 lalu, ada kejadian penting dalam sejarah
kontemporer wanita. Sebanyak 23 negara menandatangani protokol baru Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hak Perempuan. Dengan protokol ini maka kaum
perempuan diizinkan mengajukan gugatan kepada PBB mengenai diskriminasi,
pelecehan seksual dan penganiyaan lainnya.
Protokol
yang memuat 21 pasal ini akan memungkinkan kaum wanita untuk pertama kalinya
mengajukan tuntutan diskriminasi seksual secara langsung kepada PBB serta
memprotes berbagai kekerasan lainnya yang tercakup dalam konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan. Konvensi ini pertama kali di setujui pada sidang umum
tahunan 1979 dan telah diratifikasi 165 negara.
Konvensi
emansipasi wanita pada akhir abad 20 dan diawal abad ke-21 ini sungguh sangat
terlambat. Islam hadir 15 abad silam sebagai agama revolusi emansipasi wanita.
emansipasi wanita Islam,adalah sebaik-baik emansipasi yang bermuara
penghormatan nilai-nilai kewanitaan. Islam tidak membelenggu wanita dan tidak
mengikatnya kecuali dengan tali moral, sehingga justru mengangkat derajat dan
menambah kehormatan wanita. Islam meraih tangan wanita lalu menyelamatkannya
dari kezaliman pada zaman jahiliyah sebelum misi Kerasulan Muhammad. Rasulullah
bersabda : “Tiada yang memuliakan wanita kecuali orang yang mulia dan tiada
orang yang menghinakan wanita kecuali orang yang hina “, (HR. Ibn. Asakir).
Wanita
sebelum Islam, diperbudak dan diperlakukan secara bebas. Mereka dapat dijual
belikan layaknya binatang atau barang dagangan. Islam datang melarang kezaliman
ini. Islam menetapkan bahwa memperbudak orang-orang memperoleh dan memperjual
belikannyaadalah perbuatan yang dilarang. Bahkan lebih dari itu, pada zaman
jahiliyah orangtua sampai-sampai mengubur hidup-hidup wanita karena dianggap
memalukan keluarga. “Dan
demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari
orang-orang yang musrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk
membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka agama mereka. Dan kalau
Allah menghendaki, niscaya mereka tidak akan mengerjakannya, maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang
mereka adakan”, (Q.S. Al-An’am : 137). “Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh
anak-anak mereka karena kebodohan lagi
tidak mengetahui, dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezekikan kepada
mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka
telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk”, (Q.S Al-An’am : 140). “Apabila bayi-bayi wanita yang dikubur
hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah ia dibunuh ?”, (Q.S. Al-Takwir :8-9).
Dalam
pandangan Islam, seorang anak putri sangat terhormat dan bisa menjadi tiket
menuju sorga. “Janganlah kamu
membenci anak-anak putri. Sesungguhnya mereka adalah perisai yang mahal
harganya”, (HR. Imam Ahmad, Ali-Thabrani).
“Tiada seorang muslim yang mempunyai dua anak putri, lalu ia berbuat
baik kepada keduanya tentang pergaulan mereka kepadanya atau pergaulannya
terhadap mereka melainkan kedua putrinya itu akan memasukkannya ke dalam sorga”,
(H.R. Ibnu Majah).
Jemaah Jum’at yang diridhoi Allah.
Diantara
pemeluk suatu agama, ada menganggap bahwa wanita adalah sebangsa hewan najis
yang tidak memiliki roh. Mereka diperlakukan sebagaimana memperlakukan budak
dan harus selalu tunduk. Mulut mereka harus ditutup dan diberi selongsong
seperti selongsong anjing atau keledai agar mereka tidak tertawa dan berbicara
secara bebas. Sebab wanita membawa buhul-buhul setan. Sebahagian diantara pemeluk suatu agama ada juga yang berpendapat
bahwa wanita tidak boleh memeluk agama dan mengikuti ibadat agama. Bahkan bangsa Prancis pada zaman
dahulu menganggap wanita termasuk binatang atau sebangsa setan. Yang jelas ia
lebih rendah dari manusia.
Tuhan
orang Islam, Allah SWT tidak membeda-bedakan derajat orang apakah laki-laki
atau perempuan kecuali atas ketaqwaannya.
“Hai manusia, sesungguhnya kami ciptakan kamu sekalian dari seorang
laki-laki dan wanita dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku,
supaya kamu saling mengenal. Sesunguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”, (Q.S. Al-Hujarat : 13).
Emansipasi Kebablasan
Kendati
Islam hadir untuk mengangkat harkat wanita pada kedudukan yang terhormat,
memiliki hak yang sama dengan laki-laki, namun oleh feminisme Barat atau dari kalangan orang-orang Islam
yang kebarat-baratan menganggap bahwa agama Islam memperbudak wanita, agama
yang tidak menghormati harkat wanita. Pada abad 19 dan awal abad 20 di Amerika,
gerakan feminisme diarahkan untuk mendaptakan hak memilih (The Right to Vote). Kedudukan perempuan sampai pada 1950-an dianggap ideal adalah yang berperan sebagai
ibu rumah tangga, walaupun sudah ada perempuan yang aktif bekerja diluar rumah.
Pada
tahun 1963, Betty Friedan melalui bukunya “The
Feminis Mystique” menggugat peran tradisionil perempuan. Isu-isu persamaan
gender dikampanyekan diantaranya peran domestik perempuan merupakan penindasan
terhadap perempuan. Pekerjaan rumah tangga
adalah pekerjaan rendah yang tidak produktif. Keadaan sosial, ekonomi
dan budaya memberikan kondisi kondusif
untuk gerakan ini seperti budaya materialisme, liberalisme dan
individulisme.
Gerakan
feminisme atau sering disebut emansipasi wanita ala Barat yang materialistis,
individualistis dan liberalistis telah mengikis sedikit demi sedikit perasaan
kewanitaan dan bukannya menambah kehormatan wanita. Emansipasi wanita ala Barat justru
pada kenyataannya menjatuhkan wanita ketempat yang terhina.
Hasil
emansipasi ini kita lihat bahwa pada tahun 1991 sepertiga wanita di kota paris,
Prancis dalah wanita yang tidak menikah. Mereka tidak memerlukan suami karena
mereka mandiri secara ekonomis. Kebutuhan biologis dapat diperboleh dengan
“menyewa” laki-laki. Bagi mereka keluarga itu tidak lagi suami, istri dan anak
tapi bisa ibu dan anak. Dan kalaupun punya suami, si istri dapat melakukan
hubungan seksual dengan pria lain atas dasar suka sama suka.
Slogan-slogan
feminisme adalah “gerakan anti keluarga” (anti family), “anti anak” (anti childern), “anti masa depan “ (anti future). Slogan-slogan bombastis
berupa : “ Ibu rumah tangga adalah perbudakan perempuan” (Housewife is women’s slavery), “Liberalisasi sekarang, generasi mendatang akan hancur” (Liberation now, the future generation be
damment), “Heteroseksual adalah
perkosaan “ (heterosexual is rape),
“pro choice”, menetang pernikahan” (against marriage) anti BH, tidak punya anak, dan lain-lain. Slogan Free Sex (Seks bebas) digunakan untuk
memenuhi naluri nafsu kebinatangan, tetapi menolak lembaga perkawinan. Lembaga
perkawinan dianggap sebagai perbudakan laki-laki terhadap wanita. Untuk itu
feminisme mendukung aborsi akibat hubungan seks bebas ini.
Sidang Jemaah Jum’at yang dirahmati
Allah.
Peran
media massa, cetak, elektronik, film yang note bene nyaris seluruhnya di kuasai
Barat (Yahudi) sangat besar pengaruhnya dalam menyebarkan ide-ide ini, terutama
di negara-negara Islam, apalagi secara idiologis dan politis mereka memiliki
kepentingan untuk menghancurkan tatanan masyarakat Islam melalui perang pemikiran dan kebudayaan sebagai pengganti
perang fisik.
Parahnya
ide-ide tersebut berhasil diterima di kalangan wanita muslimah, dan mereka
tidak segan-segan menjadi corong untuk menyebarluaskan emansipasi kebablasan
ini. Apalagi sebelumnya mereka juga dicekoki ide-ide bahwa ajaran Islam
menomorduakan kaum wanita, ajarannya
kolot dan mengekangi kebebasan.
Maka
mulailah hilang rasa malu dan kesucian di dalam diri muslimah. Mereka keluar
rumah tanpa diperbolehkan syara’, membuka aurat, bertabarruj (mengekpose
kecantikan), berkhalawat (berduaan lain mukrim), sampai sek tanpa nikah.
Muncullah penyakit ponografi, pelecehan
seksual, permokasaan, free seks dan lainnya. Yang saat ini ada disekitar kita
mulai dari tingkat siswa sekolah lanjutan tingkat pertama, mahasiswa dan orang
dewasa. Kehidupan pil (Pria Idaman Lain) atau Wil (Wanita Idaman lain) atau
“bobok siang” sesama pekerja yang sudah sama-sama punya suami atau istri bukan
hal yang asing lagi.
Hadirin yang berbahagia.
Ada
yang aneh dari segelintir elit wanita Islam kita yang menerima dengan
bulat-bulat konsep emansipasi wanita Barat dan menjadi juru bicara dan
penyampai emansipasi barat, padahal emansipasi tersebut pada pusatnya (Barat)
sudah tidak diterima lagi. Perkembangan terakhir gerakan feminisme sejak
1980-an justru mengarah kepada pemujian kembali terhadap sifat feminim
perempuan. Coal Calligan, melalui bukunya “The
Different Voice” mengatakan bahwa kaum perempuan adalah makhluk moral yang
selalu ingin bersosialisasi.
Beberapa
kelompok Fiminis timbul, diantaranya “Pacifist
Feminist” (Feminis Pencinta Damai) yang menonjolkan aspek biologis,
perempuan, yaitu kaum perempuan memiliki sifat kasih sayang dan rasa ingin
damai. Pemujaan terhadap sifat feminim perempaun juga mempengaruhi
program-program lembaga-lembaga PBB seperti UNICEF yang menggunakan konsep Core
(mengotimalisasi konsep pengesahan yang melibatkan ibu secara intensif, untuk
meningkatkan kualitas hidup anak-anak dunia).
Sejak
awal 1980 isu feminisme modern semakin mereda, semboyan-semboyan baru yang
muncul adalah keakraban, persahabatan, bahkan komitmen, feminisme sekarang
mengarah kepada kepedulian sosial. Seperti gerakan feminisme anti pornografi
(anti porno feminist), memprotes film-film porno yang menggunakan perempuan
sebagai obyek. Eco-Feminist yang peduli akan lingkungan hidup, feminist anti
kekerasan (anti violance feminist)
yang membela perempuan, dan anak-anak dari tindak kekerasan. Different voice feminist yang mencoba
mempertemukan antara karir dan rumah tangga, Pacific feminist yang menyarankan perdamaian anti perang, new age feminist yang ingin kembali ke
agama dan sebagainya.
Karena
isu mengenai keluarga sekarang sudah mendominasi dunia internasional. Kebebasan
perempuan dan persamaan sekarang dikaitkan dengan komitmen dan peran kodrati
perempauan yang semuanya ditujukan untuk memperkokoh institusi keluarga. Slogan
“Kembali kepada nilai-nilai keluarga” dan “membangun kembali standart moral”
dari Amerika Serikat, tempat pergerakan feminisme modern, merupakan kampanye
yang cukup vokal.
Emansipasi
Barat telah gagal dan sekarang mencoba ke ajaran ilahi.“Hai sekalian manusia,
bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan
daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah mengembang
biakkan laki-laki dan wanita yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu “ , (Q.S. An-Nisa’ : 1).
Nabi
Muhammad SAW mengingatkan suami dan istri untuk saling menjaga dan saling
memahami : “Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah
pada hari kiamat adalah orang yang menceritakan tentang istrinya dan sang istri
juga menceritakan tentang suaminya, kemudian salah seorang diantara keduanya
menyebar luaskan rahasia pasangannya“ , (HR. Muslim, Abu Dawud).
Jemaah Jum’at yang dirahmati Allah.
Bertitik
tolak “wanita adalah tiang agama”, maka apabila wanitanya baik maka baiklah
suatu masyarakat itu dan sebaliknya apabila wanita itu rusak maka rusaklah suatu masyarakat itu, maka kami himbau agar
masalah emansipasi wanita dan kehidupan wanita ini menjadi perhatian sosial.
Dalam kacamata lingkungan, bahwa semakin meningkatnya seks bebas, dekadensi
moral, pemerkosaan dan lain-lain, berarti semakin rusaknya lingkungan sosial
dan semakin banyaknya sampah masyarakat.
Sejarah
telah membuktikan selama 17 abad, Islam
mampu memimpin dunia dengan penerapan aturannya. Selama kurun waktu itu
pula masyarakat Islam dan dunia merasakan indahnya sistem dan budaya Islam yang
menjamin keamanan, dan kesejahteraan masyarakatnya. Zaman keemasan itu, justru
mulai hancur ketika umat Islam meninggalkan ajaran agamanya. Sementara itu
masyarakat sosialis penganut paham komunisme hanya mampu bertahan kurang dari 2
abad. Dan belum sampai 3 abad, kapitalisme Barat telah menunjukkan
kebobrokannya dan diambang keambrukan. Belajar dari sejarah tersebut, mengapa kita tidak kembali
ke konsep Islam. Konsep Islam yang dapat menyelamatkan kehidupan umat manusia
di dunia dan di alam akhirat. Agama yang meninggikan dan memuliakan derajat
wanita ? Amin.
Khutbah penutup.
No comments:
Post a Comment