Khutbah Pembukaan.
Saudara-saudara
Kaum Muslimin yang berbahagia.
Marilah kita
meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah dengan memperbanyak amal shaleh, mengabdi kepada Allah untuk
mengharapkan keridhoan-Nya. Kita semua menyadari bahwa kita sering melarang
perintah-Nya dan larangannya, untuk itu marilah kita tingkatkan iman dan taqwa
dan mohon ampunan kepada Allah SWT.
Jemaah Jum’at Yang Diridhoi
Allah.
Pada bulan ini
tepatnya tanggal 29 Desember tahun 1993 lalu ada kegiatan besar bersekala
Internasional, yaitu diberlakukannya Konvensi Keanekaragaman Hayati.
Pelaksanaan konvensi secara mendunia adalah pelaksanaan amanah yang diberikan
Allah SWT kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi. “Ia menundukkan bagimu
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi (sebagai rahmat) dari padaNya,
sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaumnya yang
berfikir”, (Q.S. Al-Jatsiyah : 13).
Hari konvensi
keanekaragaman Hayati (KKH) yang diperingati setiap tanggal 29 Desember adalah
satu bentuk pengakuan dunia internasional tentang semua yang diciptakan Allah
dari semua aneka ragam kehidupan makhluk hidup hewan, tumbuh-tumbuhan dan yang
lainnya adalah bermanfaat bagi umat manusia. “Dan kami tidak menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada diantaranya keduanya (tanpa hikmah / kebaikan)”, (Q.S.
Shaad : 27). Semua yang diciptakan Allah ada manfaatnya. “ya Tuhan kaimi,
tidaklah engkau jadikan semua (alam) dengan sia-sia”, (Q.S. Ali Imran : 191).
Hingga saat ini
lebih dari 120 negara yang sebagian besar negaranya bukan negara Islam atau
penduduknya tidak mayoritas Islam telah menanda tangani konvensi keanekaragaman
hayati ini. onvensi ini adalah buah dari perjalanan panjang dari perjuangan
sekelompok manusia yang menyadari dirinya adalah penanggung jawab keselamatan
bumi dan amanah ini akan dipertanggung jawabkan
pula di akhirat setelah manusia meninggal dunia (khalifatullah).
Persiapan untuk
menyusun konvensi mengenai keanekaragaman hayati pertama sekali di prakarsai
oleh Dewan Pelaksana untuk Unitedations Environment Programme pada tahun 1987.
Setelah melalui beberapa kali pertemuan internasional yang melibatkan
pakar-pakar keanekaragaman hayati, maka konvensi keanekaragaman hayati yang
disetujui akhirnya diadopsi oleh 101 negara dan ditandai tangani oleh 159
negara pada Juni 1992 di Rio de Jeneiro.
Konvensi mulai
diberlakukan pada tanggal 29 Desember 1993. Pertemuan pertama negara-negara
penandatanganan konvensi keanekaragaman hayati (Conference of Parties) di
Bahamas pada Nopember-Desember 1994. Ruang
lingkup konvensi, keanekaragaman hayati terlihat dengan jelas pada pasal 1
(satu) tentang tujuan KKH. Tujuan konvensi ini, yang akan dicapai sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang relevan
adalah melestarikan dan mendaya gunakan secara berkelanjutan keanekaragaman
hayati dan komponennya, serta berbagai keuntungan secara adil dan merata hasil
pemanfaatan sumber genetika tersebut, serta pengalihan teknologi yang relevan
dengan mempertimbangkan hak atas sumberdaya dan teknologi, yang dilakukan
dengan pemberdayaan yang memadai.
Sidang Jemaah Jum’at yang diridhoi Allah.
Keanekaragaman
hayati merupakan dari terjemahan dari “biodiversity”.
penggalan dari kata “Biolical diversity”.
Definisi keanekaragaman hayati bermacam-macam namun yang tercantum dalam konvensi
keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang hidup diberbagai
kawasan baik di hutan, lautan dan ekosistem perairan lainnya, dimana di
dalamnya terdapat berbagai keanekaragaman hayati yang mencakup keanekaragaman
dalam satu spesies, antar spesies dan keanekaragaman ekosistem / kawasan akan
menciptakan keragaman bentuk-bentuk kehidupan dan keragaman budaya. Evolusi
budaya/habitat dan bentuk kehidupan secara bersama-sama telah membantu
melestarikan keragaman hayati di bumi ini.
Keragaman hayati dapat dikatakan tulang punggung
kehidupan baik dari segi ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Misalnya dari
berbagai tumbuh-tumbuhan dan mikroba, suatu kelompok masyarakat mampu meramu
obat (tradisional) yang sekarang telah diminati masyarakat. Paling tidak
terdapat 5.100 spesies telah digunakan untuk ramuan pengobatan China dan 2001
spesies untuk pengobatan bangsa Amazon.
Sedikitnya 80 persen penduduk dunia ketiga atau sekitar 3 miliyar orang
tergantung kepada pengobatan tradisional dari alam sekitarnya.
Tidak hanya
pengobatan tradisional, pengobatan modern juga sangat terkandung keanekaragaman
hayati. Misalnya dari 20 jenis obat di Amerika Serikat berasal dari
tumbuhan mikroba dan hewan dan telah
menghasilkan keuntungan ekonomis US $ 6
miliyar pada tahun 1988.
Keragaman ekosistem
ini banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an . Allah SWT telah berfirman : “Dan Dialah yang menjadikan
kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma dan
tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, Zaitun dan Delima yang serupa
(bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya)”,(Q.S. Al-An’am : 141).
Istilah
keanekaragaman hayati memang masih relatif baru, namun sebenarnya konsep ini
sudah sejak lama ada. Manusia purbakala sudah menyadari keanekaragaman
tumbuh-tumbuhan dan satwa yang ada disekelilingnya. Misalnya dari berbagai macam jenis jamur, mereka belajar mana jamur
beracun dan mana jamur yang dapat dimakan. Mana serangga yang sengatan
mematikan dan mana serangga yang dijadikan lauk pauk. Mengklasifikasikan ini
dalam ilmu modern disebut taksonomi.
Upaya untuk membuat
pengelompokkan keanekaragaman hayati terus berkembang secara formal. Dimulai
zaman Aristoteles sampai pada awal abad ke-20 para pakar ekologi mengembangkan
alat untuk mengukur dan membuat model tentang hubungan antara organisme
(makhluk hidup) dengan lingkungannya, baik yang bersifat biotik (makhluk hidup)
maupun abiotik (makhluk mati).
Banyak ayat-ayat
Al-Qur’an yang berbicara tentang tumbuh-tumbuhan, hewan dan abiotik, yang
bermanfaat bagi umat manusia. Allah SWT dalam surat Al-A’raf 57 – 58 telah
menjelaskan hubungan angin, hujan dan tanah (abiotik) dengan tumbuh-tumbuhan. “Dan
dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira sebelum kedatangan
rahmat-Nya (hujan), hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung kesuatu
daerah yang tandus lalu Kami turunkan hujan daerah itu, maka Kami keluarkan
dengan sebab hujan berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami
membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.
Dan tanah yang baik tanam-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan
tanah yang tidak subur tanamannya hanya merana. Demikianlah Kami mengulangi
tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur”, (Q.S.
Al-A’raf : 57 – 58).
Allah SWT
memperjelas lagi hubungan abiotik (makhluk mati) dengan hewan dan
tumbuhan-tumbuhan dan manusia.“Dialah telah menurunkan air hujan dari langit
untuk kamu, sebahagian menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan)
tumbuh-tumbuhan yang pada (tempat tumbuhnya) kamu, menggembalakan ternak. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air
hujan itu tanam-tanaman, zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang demikian “, (Q.S An-Nahl : 10 -11).
Allah juga
menjelaskan bahwa keanekaragaman hayati bukan sajadi darat, tetapi juga di
laut, sesuai dengan firman Allah SWT : “Dan
dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar (ikan, kerang,
kepiting, dll) dan kamu mengeluarkan dari laut itu perhiasan (intan) yang kamu
pakai dan kamu melihat bahtera berlayar padanya supaya kamu mencari
(keuntungan) dari karuniaNya, dan supaya kamu bersyukur”, (Q.S. An-Nahl : 14).
Sidang Jum’at yang berbahagia.
Kita bangsa Indonesia
selayaknya mensyukuri nikmat yang sangat besar diberikan kepada bangsa ini.
Salah satu nikmat itu adalah keanekaragaman hayati yang sangat besar di bumi
Nusantara ini. Indonesia, Brazil dan Zaire merupakan negara yang amat banyak
pemilik sumber daya hayati (mega
diversity). Tiga negara ini berpotensi untuk memiliki daya saing tinggi di
masa depan. Lingkungan hidup apalagi yang mega diversity mempunyai posisi yang
sangat kompetitif. Kalau negara lain sumberdaya hayati sudah hilang, maka
posisi tiga negara ini bila berhasil mempertahankan berkelanjutan, akan
merupakan sumber yang memiliki daya saing yang besar, setara dengan minyak bumi
pada abad 20.
Keanekaragaman
sumberdaya hayati Indonesia termasuk dalam golongan tertinggi di dunia, jauh
lebih tinggi dari pada Amerika, Afrika trofis apalagi dibanding dengan beriklim
sedang dan dingin. Jenis tumbuhan di Indonesia ditaksir lebih dari 25.000 jenis
atau lebih dari 10 persen flora dunia.
Dari data yang
tersedia, Indonesia memiliki 10 persen dari 25.000 jenis tumbuhan yang berbunga
didunia, 12 persen dari 515 spesies binatang menyusui, 16 persen dari 600
spesies reftilia, 10% dari 270 spesies jenis burung, 25% dari jenis ikan dan
15% serangga dunia, walau luas daratan Indonesia hanya 1,32 persen dari luas daratan
dunia.
Lumut dan ganggang
ditaksir lebih dari 35.000 jenis dan 40 persen lebih cuma ada di Indonesia.
Jumlah bunga yang endemik ada 202 marga dan 56 marga ada di Kalimantan. Kita
juga memiliki minimal 300 jenis anggrek yang endemik yang berbunga cuma ada di
Indonesia.
Total terumbu
karang di dunia 600.000 kilometer persegi dan seperdelapan diantaranya berada
di Indonesia. Terumbu karang Indonesia memiliki kekhasan dimana 400 jenis dari
700 jenis hewan karang dunia berada di Indonesia. Hewan karang yang hidup
memiliki warna yang indah mempesona dan mempunyai bentuk yang aneh dan menarik
serta memiliki keanekaragaman yang menakjubkan.
Jenis hewan yang
ada di Indonesia di perkirakan berjumlah 220.000 jenis, untuk serangga 200.000
jenis yang merupakan 17 persen dari jenis serangga di dunia. Memiliki 4000
jenis ikan, 2000 jenis burung, 1000 jenis ampibia.
Perlu diingat
bahwa, jenis hewan dan tumbuhan yang sudah diketahui identitasnya masih kurang
dari 50 persen. Mengenai jenis mikroba lebih gelap, lagi mengingat bahwa
inventarisasi dan penelitian di bidang ini sangat sedikit.
Dari jumlah jenis
hewan yang ada di Indonesia dan yang teridentifikasi tidak termasuk serangga
baru 1 persen yang sudah dimanfaatkan. Sumber daya hewani laut yang baru
dimanfaatkan baru 21 persen. Ikan laut yang baru dikenal identitasnya hanya 2.000
jenis, dimana 238 jenis ikan hias yang berpotensi jual, molusca laut 2.000
jenis dan baru 20 jenis yang sudah dimanfaatkan, udang dari 800 jenis baru 10
jenis yang dimanfaatkan.
Keanekaragaman
hayati yang sangat kaya ini adalah kurnia yang besar bagi bangsa Indonesia
untuk disyukuri dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. “Dan sesungguhnya
telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkat mereka di daratan dan lautan, Kami memberi mereka rezeki dari yang baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (Q.S. Al-Israa :70)
Hadirin yang berbahagia.
Memasuki akhir abad
ke-20, kita menyadari bahwa telah terjadi kerusakan alam dan keanekaragaman
hayati dalam tingkat yang cukup tinggi. “Telah nampak kerusakan di darat dan
dilaut disebabkan karena perbuatan dari tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(kejalan yang benar)”, (Q.S. Ar-rum : 41). Sebagai manusia yang beriman kita dilarang membuat
pengrusakan. “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu, jika benar-benar kamu
orang yang beriman”, (Q.S.
Al-Araf : 85).
Jemaah Jum’at yang berbahagia.
Sebagai catatan,
kerusakan yang dilakukan manusia (hamba, makhluk ciptaan Allah) terhadap
makhluk lain sesama hamba Allah berupa : bahwa setiap satu menit seluas 22
hektar hutan tropis sebagai paru-paru dunia musnah. Manusia tiap menit
menghasilkan juga membuat mubazir 50 ton hasil lahan subur setiap menit. Setiap
jam terjadi 685 hektar lahan produktif menjadi padang pasir. Tiap jam, 55 orang
keracunan pestisida dan 5 orang mati sia-sia. Tiap jam 1.800 anak-anak mati
kelaparan karena kekurangan gizi dan kelaparan. Hal lain satu jenis spesies
binatang menjadi langka setiap 5 jam, dan kemungkinan berubah tiap 20 menit
dalam abad ini. Contoh yang jelas kita tidak akan menemukan lagi bernama
Harimau Bali atau Harimau Jawa. Kedua spesies ini telah musnah dan hanya jadi
dongengan anak cucu kita. Kita juga merasakan banyak hewan atau tumbuhan yang
sering kita jumpai waktu kecil tapi saat ini sudah sulit dijumpai atau mungkin
telah musnah.
Tidak membuat kerusakan juga termasuk tidak merusak
keanekaragaman hayati apalagi memusnahkannya. Memusnahkan makhluk yang
diciptakan Tuhan, suatu tindakan yang
sangat keji.
Kita manusia memiliki pengaruh yang dominan terhadap
keanekaragaman hayati, melalui berbagai kegiatan yang dilakukan, diantaranya :
1.
Pertanian, perikanan dan
pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan.
2.
Pengalian fungsi, fragmentasi,
penurunan kualitas dan pengrusakan habitat.
3.
Introduksi penyakit dan
organisme baru yang menyebar luas
4.
Pencemaran tanah, air dan udara
5.
Perubahan dalam skala global.
Sebagai manusia
yang arif, kita tidak akan mengulangi kesalahan dan dosa untuk kedua kalinya,
termasuk diantaranya mencemarkan lingkungan dan pemusnahan sumberdaya hayati.
Mari kita hindari pengrusakan lingkungan dan mohon ampunlah kepada Allah SWT
atas kesalahan-kesalahan kita. “Dan dialah yang menciptakan kamu dari
bumi (tanah) dan menjadikan kamu sebagai pemakmurnya, karena itu mohon
ampunannya, kemudian bertaubatlah kepadaNya”, (Q.S. Hud :61).
Amin
Tulisan Dr.Ir.Hamzah Lubis,SH,M.Si berjudul: ”Hari Konvensi Keanekaragaman Hayati Internasional: Penyelamatan Keanekaragaman hayati- 29 Desember” telah dimuat dalam buku Khutbah Jum’at Lingkungan Hidup, ISBN 979-9350-05-0, diterbitkan Bina Lingkungan Hidup Sumatera Utara kerjasama dengan Canada Fund-Canada, di Medan tahun 2000, hal.58-68 (Penyunting)
No comments:
Post a Comment