khutbah-konvensi keanekaragaman hayati

                                                         Dr.Ir.Hamzah Lubis,SH.M.Si

Khutbah Pembukaan.
Saudara-saudara Kaum Muslimin yang berbahagia.
            Marilah kita meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah dengan memperbanyak  amal shaleh, mengabdi kepada Allah untuk mengharapkan keridhoan-Nya. Kita semua menyadari bahwa kita sering melarang perintah-Nya dan larangannya, untuk itu marilah kita tingkatkan iman dan taqwa dan mohon ampunan kepada Allah SWT.

Jemaah Jum’at Yang Diridhoi  Allah.
            Pada bulan ini tepatnya tanggal 29 Desember tahun 1993 lalu ada kegiatan besar bersekala Internasional, yaitu diberlakukannya Konvensi Keanekaragaman Hayati. Pelaksanaan konvensi secara mendunia adalah pelaksanaan amanah yang diberikan Allah SWT kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi. “Ia menundukkan bagimu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi (sebagai rahmat) dari padaNya, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat  tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaumnya yang berfikir”, (Q.S. Al-Jatsiyah : 13).
            Hari konvensi keanekaragaman Hayati (KKH) yang diperingati setiap tanggal 29 Desember adalah satu bentuk pengakuan dunia internasional tentang semua yang diciptakan Allah dari semua aneka ragam kehidupan makhluk hidup hewan, tumbuh-tumbuhan dan yang lainnya adalah bermanfaat bagi umat manusia. “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantaranya keduanya (tanpa hikmah / kebaikan)”, (Q.S. Shaad : 27). Semua yang diciptakan Allah ada manfaatnya. “ya Tuhan kaimi, tidaklah engkau jadikan semua (alam) dengan sia-sia”,  (Q.S. Ali Imran  : 191).
            Hingga saat ini lebih dari 120 negara yang sebagian besar negaranya bukan negara Islam atau penduduknya tidak mayoritas Islam telah menanda tangani konvensi keanekaragaman hayati ini. onvensi ini adalah buah dari perjalanan panjang dari perjuangan sekelompok manusia yang menyadari dirinya adalah penanggung jawab keselamatan bumi dan amanah ini akan dipertanggung jawabkan  pula di akhirat setelah manusia meninggal dunia    (khalifatullah).
            Persiapan untuk menyusun konvensi mengenai keanekaragaman hayati pertama sekali di prakarsai oleh Dewan Pelaksana untuk Unitedations Environment Programme pada tahun 1987. Setelah melalui beberapa kali pertemuan internasional yang melibatkan pakar-pakar keanekaragaman hayati, maka konvensi keanekaragaman hayati yang disetujui akhirnya diadopsi oleh 101 negara dan ditandai tangani oleh 159 negara pada Juni 1992 di Rio de Jeneiro.
            Konvensi mulai diberlakukan pada tanggal 29 Desember 1993. Pertemuan pertama negara-negara penandatanganan konvensi keanekaragaman hayati (Conference of Parties) di Bahamas  pada Nopember-Desember 1994. Ruang lingkup konvensi, keanekaragaman hayati terlihat dengan jelas pada pasal 1 (satu) tentang tujuan KKH. Tujuan konvensi ini, yang akan dicapai sesuai dengan  ketentuan-ketentuan yang relevan adalah melestarikan dan mendaya gunakan secara berkelanjutan keanekaragaman hayati dan komponennya, serta berbagai keuntungan secara adil dan merata hasil pemanfaatan sumber genetika tersebut, serta pengalihan teknologi yang relevan dengan mempertimbangkan hak atas sumberdaya dan teknologi, yang dilakukan dengan pemberdayaan yang memadai.

Sidang Jemaah Jum’at yang diridhoi Allah.
            Keanekaragaman hayati merupakan dari terjemahan dari “biodiversity”. penggalan dari kata “Biolical diversity”. Definisi keanekaragaman hayati bermacam-macam namun yang tercantum dalam konvensi keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang hidup diberbagai kawasan baik di hutan, lautan dan ekosistem perairan lainnya, dimana di dalamnya terdapat berbagai keanekaragaman hayati yang mencakup keanekaragaman dalam satu spesies, antar spesies dan keanekaragaman ekosistem / kawasan akan menciptakan keragaman bentuk-bentuk kehidupan dan keragaman budaya. Evolusi budaya/habitat dan bentuk kehidupan secara bersama-sama telah membantu melestarikan keragaman hayati di bumi ini.
Keragaman hayati dapat dikatakan tulang punggung kehidupan baik dari segi ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Misalnya dari berbagai tumbuh-tumbuhan dan mikroba, suatu kelompok masyarakat mampu meramu obat (tradisional) yang sekarang telah diminati masyarakat. Paling tidak terdapat 5.100 spesies telah digunakan untuk ramuan pengobatan China dan 2001 spesies untuk pengobatan bangsa  Amazon. Sedikitnya 80 persen penduduk dunia ketiga atau sekitar 3 miliyar orang tergantung kepada pengobatan tradisional dari alam sekitarnya.
            Tidak hanya pengobatan tradisional, pengobatan modern juga sangat terkandung keanekaragaman hayati. Misalnya dari 20 jenis obat di Amerika Serikat berasal dari tumbuhan  mikroba dan hewan dan telah menghasilkan keuntungan ekonomis  US $ 6 miliyar pada tahun 1988.
            Keragaman ekosistem ini banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an . Allah SWT  telah berfirman : “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma dan tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, Zaitun dan Delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya)”,(Q.S. Al-An’am : 141).
            Istilah keanekaragaman hayati memang masih relatif baru, namun sebenarnya konsep ini sudah sejak lama ada. Manusia purbakala sudah menyadari keanekaragaman tumbuh-tumbuhan dan satwa yang ada disekelilingnya. Misalnya dari berbagai  macam jenis jamur, mereka belajar mana jamur beracun dan mana jamur yang dapat dimakan. Mana serangga yang sengatan mematikan dan mana serangga yang dijadikan lauk pauk. Mengklasifikasikan ini dalam ilmu modern disebut  taksonomi.
            Upaya untuk membuat pengelompokkan keanekaragaman hayati terus berkembang secara formal. Dimulai zaman Aristoteles sampai pada awal abad ke-20 para pakar ekologi mengembangkan alat untuk mengukur dan membuat model tentang hubungan antara organisme (makhluk hidup) dengan lingkungannya, baik yang bersifat biotik (makhluk hidup) maupun abiotik (makhluk mati).
            Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang tumbuh-tumbuhan, hewan dan abiotik, yang bermanfaat bagi umat manusia. Allah SWT dalam surat Al-A’raf 57 – 58 telah menjelaskan hubungan angin, hujan dan tanah (abiotik) dengan tumbuh-tumbuhan. “Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung kesuatu daerah yang tandus lalu Kami turunkan hujan daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik tanam-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur tanamannya hanya merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur”, (Q.S. Al-A’raf  : 57 – 58).
            Allah SWT memperjelas lagi hubungan abiotik (makhluk mati) dengan hewan dan tumbuhan-tumbuhan dan manusia.“Dialah telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagian menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan yang pada (tempat tumbuhnya) kamu, menggembalakan  ternak. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman, zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang demikian “,   (Q.S An-Nahl  : 10 -11).
            Allah juga menjelaskan bahwa keanekaragaman hayati bukan sajadi darat, tetapi juga di laut, sesuai dengan firman Allah SWT  : “Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar (ikan, kerang, kepiting, dll) dan kamu mengeluarkan dari laut itu perhiasan (intan) yang kamu pakai dan kamu melihat bahtera berlayar padanya supaya kamu mencari (keuntungan) dari karuniaNya, dan supaya kamu bersyukur”,  (Q.S. An-Nahl : 14).

Sidang Jum’at yang berbahagia.
            Kita bangsa Indonesia selayaknya mensyukuri nikmat yang sangat besar diberikan kepada bangsa ini. Salah satu nikmat itu adalah keanekaragaman hayati yang sangat besar di bumi Nusantara ini. Indonesia, Brazil dan Zaire merupakan negara yang amat banyak pemilik sumber daya hayati (mega diversity). Tiga negara ini berpotensi untuk memiliki daya saing tinggi di masa depan. Lingkungan hidup apalagi yang mega diversity mempunyai posisi yang sangat kompetitif. Kalau negara lain sumberdaya hayati sudah hilang, maka posisi tiga negara ini bila berhasil mempertahankan berkelanjutan, akan merupakan sumber yang memiliki daya saing yang besar, setara dengan minyak bumi pada abad 20.
            Keanekaragaman sumberdaya hayati Indonesia termasuk dalam golongan tertinggi di dunia, jauh lebih tinggi dari pada Amerika, Afrika trofis apalagi dibanding dengan beriklim sedang dan dingin. Jenis tumbuhan di Indonesia ditaksir lebih dari 25.000 jenis atau lebih dari 10 persen flora dunia.
            Dari data yang tersedia, Indonesia memiliki 10 persen dari 25.000 jenis tumbuhan yang berbunga didunia, 12 persen dari 515 spesies binatang menyusui, 16 persen dari 600 spesies reftilia, 10% dari 270 spesies jenis burung, 25% dari jenis ikan dan 15% serangga dunia, walau luas daratan Indonesia hanya 1,32 persen dari luas daratan dunia.
            Lumut dan ganggang ditaksir lebih dari 35.000 jenis dan 40 persen lebih cuma ada di Indonesia. Jumlah bunga yang endemik ada 202 marga dan 56 marga ada di Kalimantan. Kita juga memiliki minimal 300 jenis anggrek yang endemik yang berbunga cuma ada di Indonesia.
            Total terumbu karang di dunia 600.000 kilometer persegi dan seperdelapan diantaranya berada di Indonesia. Terumbu karang Indonesia memiliki kekhasan dimana 400 jenis dari 700 jenis hewan karang dunia berada di Indonesia. Hewan karang yang hidup memiliki warna yang indah mempesona dan mempunyai bentuk yang aneh dan menarik serta memiliki keanekaragaman yang menakjubkan.
            Jenis hewan yang ada di Indonesia di perkirakan berjumlah 220.000 jenis, untuk serangga 200.000 jenis yang merupakan 17 persen dari jenis serangga di dunia. Memiliki 4000 jenis ikan, 2000 jenis burung, 1000 jenis ampibia.
            Perlu diingat bahwa, jenis hewan dan tumbuhan yang sudah diketahui identitasnya masih kurang dari 50 persen. Mengenai jenis mikroba lebih gelap, lagi mengingat bahwa inventarisasi dan penelitian di bidang ini sangat sedikit.
            Dari jumlah jenis hewan yang ada di Indonesia dan yang teridentifikasi tidak termasuk serangga baru 1 persen yang sudah dimanfaatkan. Sumber daya hewani laut yang baru dimanfaatkan baru 21 persen. Ikan laut yang baru dikenal identitasnya hanya 2.000 jenis, dimana 238 jenis ikan hias yang berpotensi jual, molusca laut 2.000 jenis dan baru 20 jenis yang sudah dimanfaatkan, udang dari 800 jenis baru 10 jenis yang dimanfaatkan.
            Keanekaragaman hayati yang sangat kaya ini adalah kurnia yang besar bagi bangsa Indonesia untuk disyukuri dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. “Dan sesungguhnya telah  Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan lautan, Kami memberi mereka rezeki dari yang baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang  sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”                           (Q.S. Al-Israa :70)

Hadirin yang berbahagia.
            Memasuki akhir abad ke-20, kita menyadari bahwa telah terjadi kerusakan alam dan keanekaragaman hayati dalam tingkat yang cukup tinggi. “Telah nampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan karena perbuatan dari tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)”, (Q.S. Ar-rum : 41). Sebagai  manusia yang beriman kita dilarang membuat pengrusakan. “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu, jika benar-benar kamu orang yang beriman”,               (Q.S. Al-Araf  : 85).

Jemaah Jum’at yang berbahagia.
            Sebagai catatan, kerusakan yang dilakukan manusia (hamba, makhluk ciptaan Allah) terhadap makhluk lain sesama hamba Allah berupa : bahwa setiap satu menit seluas 22 hektar hutan tropis sebagai paru-paru dunia musnah. Manusia tiap menit menghasilkan juga membuat mubazir 50 ton hasil lahan subur setiap menit. Setiap jam terjadi 685 hektar lahan produktif menjadi padang pasir. Tiap jam, 55 orang keracunan pestisida dan 5 orang mati sia-sia. Tiap jam 1.800 anak-anak mati kelaparan karena kekurangan gizi dan kelaparan. Hal lain satu jenis spesies binatang menjadi langka setiap 5 jam, dan kemungkinan berubah tiap 20 menit dalam abad ini. Contoh yang jelas kita tidak akan menemukan lagi bernama Harimau Bali atau Harimau Jawa. Kedua spesies ini telah musnah dan hanya jadi dongengan anak cucu kita. Kita juga merasakan banyak hewan atau tumbuhan yang sering kita jumpai waktu kecil tapi saat ini sudah sulit dijumpai atau mungkin telah musnah.
Tidak membuat kerusakan juga termasuk tidak merusak keanekaragaman hayati apalagi memusnahkannya. Memusnahkan makhluk yang diciptakan Tuhan, suatu  tindakan yang sangat keji.
Kita manusia memiliki pengaruh yang dominan terhadap keanekaragaman hayati, melalui berbagai kegiatan yang dilakukan, diantaranya :
1.      Pertanian, perikanan dan pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan.
2.      Pengalian fungsi, fragmentasi, penurunan kualitas dan pengrusakan habitat.
3.      Introduksi penyakit dan organisme baru yang menyebar luas
4.      Pencemaran tanah, air dan udara
5.      Perubahan dalam skala global.
            Sebagai manusia yang arif, kita tidak akan mengulangi kesalahan dan dosa untuk kedua kalinya, termasuk diantaranya mencemarkan lingkungan dan pemusnahan sumberdaya hayati. Mari kita hindari pengrusakan lingkungan dan mohon ampunlah kepada Allah SWT atas kesalahan-kesalahan kita.           “Dan dialah yang menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu sebagai pemakmurnya, karena itu mohon ampunannya, kemudian bertaubatlah kepadaNya”, (Q.S. Hud :61).
Amin



Tulisan Dr.Ir.Hamzah Lubis,SH,M.Si berjudul: ”Hari Konvensi Keanekaragaman Hayati Internasional: Penyelamatan Keanekaragaman hayati- 29 Desember” telah dimuat dalam buku Khutbah Jum’at Lingkungan Hidup, ISBN 979-9350-05-0, diterbitkan Bina Lingkungan Hidup Sumatera Utara kerjasama dengan  Canada Fund-Canada, di Medan tahun 2000, hal.58-68 (Penyunting)







No comments:

Post a Comment