Tulisan Dr.Ir.Hamzah Lubis,SH.,M.Si
berjudul: “Silaturrahmi
PWNUSU ke Kodam I/ BB: TNI-NU, Membangun Ekonomi Pertanian” telah dimuat pada Surat kabar
Perestasi Reformasi di Medan,
No.483, tanggal 3 Februari 2016, hal.6
kol.1-4
Hamzah Lubis,
Bsc.,Ir.,SH.,M.Si,Dr
*Dewan Daerah Perubahan Iklim
Provsu *Mitra Baharai Provsu *Komisi Amdal Provsu
*Komisi Amdal Medan *Pusat Kajian Energi Terbarukan-ITM *Jejaring HAM KOMNAS
HAM-RI
*KSA XLII/1999 LEMHANNAS
*aktifis hukum/ham/lingkungan/pendidikan
”Wahai putera bangsa yang cerdik pandai,
ustadz yang mulia, mengapa kalian tidak
mendirikan badan usaha ekonomi?” (Hadratus Syaikh Hasyim As’ari, 1918, pendiri
NU).
Pengantar
Hari Selasa, 19 Januari 2016 lalu, Pengurus
Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Sumatera Utara menghadiri undangan silaturrahmi
Kasdam I/ Bukit Barisan di Kodam I Bukit Barisan. Ketua PWNU-SU KH. Afifuddin
Lubis memimpin rombongan dan salah seorang diantaranya adalah penulis.
Silaturrahmi berlangsung hangat dan kekeluargaan. Bahkan Kasdam I Bukit Barisan, Brigjen TNI
Widagdo Hendro.S bersama rombongan turun
dari ruang pertemun dan mendampingi rombongan meninjau kebun percontohan, laboratorium
pupuk dan pestisida alami.
Salahsatu
tema diskusi, perlunya membangun ekonomi dan kewirausahaan khususnya di sektor
pertanian. Indonesia harus memiliki ketahanan pangan sebagai salah satu
prasyarat ketahanan nasional. Kerja besar ini memerlukan sinergi banyak pihak.
Untuk itu, Kodam I Bukit Barisan melalui Kasdam, menurut Widagdo mengajak
Nahdlatul Ulama di Sumatera Utara untuk membangun pertanian. Widagdo mengajak NU untuk membuat pilot
percontohan, dimulai dari pesantren-pesantren Nahdlatul Ulama.
Dengan program ini, diharapkan
pesantren akan mampu swadaya dalam memenuhi kebutuhan pesantren sehari-hari.
Bahkan, Widagdo berharap dengan adanya kemahiran santri dalam mengelola
pertanian, maka dari pesantren akan lahir wiraisahawan Muslim yang tangguh. PW NU Sumatera Utara
menyambut baik program tersebut. ”Kedaulatan
dan Pemerataan Ekonomi” adalah salah satu sub tema Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33 yang telah dihelat di
Jombang, Jawa Timur tanggal 1-5 Agustus 2015 lalu. Dengan demikian, diharapkan
dalam waktu secepatnya, beberapa pesantren NU akan menjadi pilot proyek
pertanian.
Kemiskinan Nahdyin
Jumlah warga Nahdlatul Ulama, menurut survei LSI (2013)
sebanyak 86,4 juta jiwa. Menurut Wakil
Presiden Yusuf Kalla, jumlah warga NU (2015) sebanyak 89 juta jiwa. Dengan
demikian, maka organisasi NU menjadi Organisasi Islam terbesar di dunia. Organisasi NU jauh lebih besar dari
organisasi Islam di Mesir (70 juta) maupun organisasi Islam di Malaysia (15
juta). Jumlah anggota yang besar dapat
menjadi potensi atau menjadi petaka bagi
organisasi. Pada kenyataannya, sebagian besar warga NU yang berada di pedesaan
adalah masyarakat miskin.
Bagian terbesar dari penduduk dunia bermata pencarian
pertanian. Namun pertanian hanya menyumbang 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB)
dunia. Demikian juga di Indonesia, pertanian menyediakan 44,3% lapangan kerja
namun hanya menyumbang 17,3% dari PDB. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konstribusi sektor pertanian
(di pedesaan) terhadap PDB turun dari 15,6 persen pada tahun 2000 menjadi 14,4
persen pada tahun 2013. Sementara pada priode yang sama, konstribusi sektor
jasa (di perkotaan) naik dari 9,3 persen manjadi 11 persen.
Semakin melebarnya ”gap”
antara pedesaan dan perkotaan dapat pula dilihat dari ”rasio gini” pedesaan dan
perkotaan. Kesenjangan pendapatan antara pedesaan dengan perkotaan cendrung meningkat. Pada tahun 2013 ”rasio
gini” Indonesia mencapai 0,41 (skala
0-1) yang mengalami kenaikan
dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya hanya sebesar 0,35.
Dari kondisi ini, dapat
dipastikan pihak yang mengalami dampak kemiskinan yang siknifikan adalah warga
NU. Sebab di wilayah-wilayah yang termarjinalisasi itulah basis pendukung NU. Akibatnya,
semakin banyak warga NU merantau guna mencari pekerjaan di kota atau di luar
negeri. Kondisi ini, akan berbahaya karena
lama-kelamaan akan merapuhkan soliditas serta menghilangkan
kepercayaan kepada NU baik sebagai
organisasi maupun sebagai kultur dan juga kepercayaan kepada pemerintah.
Kalau begitu, dimana posisi NU dalam perekomian
Indonesia? Menurut Musthafa Helmy, NU
adalah dipinggiran yang jauh. Bila warga NU berbaris dalam barisan yang paling
panjang di dunia, namun keadaan warganya bisa disebut paling mengenaskan. Baju
yang compang-camping, seadanya. Badan kurus kendati bibir tetap komat kamit
berzikir kepada Allah.
Pertanian Pedesaan
Dalam laporan World
Development Report (WDR), terkait pertanian dan kemiskinan di pedesaan,
investasi sektor pertanian merupakan cara terbaik mengatasi kemiskinan di
pedesaan negara berkembang. Menurut WDR,
pertumbuhan PDB dari pertanian empat kali lebih efektif mengurangi kemiskinan
dibandingkan dengan pertumbuhan dari luar sektor itu. Artinya dengan analisa
ini, pertanian harus mendapat prioritas utama untuk bisa menyelesaikan
persoalan ekonomi rakyat keseluruhan. Karena sebagian mereka adalah warga NU,
maka perlu dorongan baik dari organisasi NU sendiri maupun dari pemegang
kebijakan.
Peningkatan sektor pertanian seyogianya diselaraskan dengan
peningkatan kapasitas sumberdaya manusianya.
Sebagai lingkaran setan, kemiskinan berkorelasi dengan rendahnya tingkat
pendidikan dan tingkat pendidikan ingtegral dengan kapasitas masyarakat. Pemberdayaan masyarakat pedesaan menurut
Khofifah Indar Prawamsa (Ketua Muslimat NU dan Menteri
Sosial-RI) dapat dilakukan dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga pendidikan
NU.
Nahdlatul Ulama memiliki lembaga pendidikan formal dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi. NU memiliki 34 universitas, salah-satu
diantaranya berada di kota Medan. NU memiliki 117 sekolah tinggi, 21.064
pondok pesantren serta puluhan ribu
lembaga pendidikan menengah dan dasar.
Muslimat (organisasi otonom)
NU memiliki 10 Balai Latihan Kerja (BLK) yang mengajarkan keterampilan bordir,
menjahit, katering dan lainnya. Memiliki 9.800 taman kanak-kanak (TK), 13.450
taman pendidikan Al-Quran (TPA), 1.500 pusat kegiatan belajar masyarakat
(PKBM), 4.600 pendidikan anak usia dini (PAUD) dan 36.000 majilis taklim. Muslimat
NU juga mengelola 131 koperasi primer dan program life skill di 84 provinsi.
Model Pertanian NU
Model ekonomi NU adalah ekonomi kerakyatan dalam trilogi: growth-equity-sustainability. Dalam
kontekstualisasi kebangsaan Ahlussunnawah wal Jamaah, perekonomian NU dijabarkan
melalui pilar penyangga NU: (1) Aswaja,
(2) fikrah Nahdliyyah, (iii) Al-Kulliyaat al-Khams, (4) Mabadi Khaira Ummah, dan (5) Khiththah Nahdlyyah. Semuanya
memandatkan etos sosial ekonomi dengan karakter keadilan, kebersamaan,
kesetimbangan, kejujuran dan bahu-membahu.
Berdasarkan lima pilar
tersebut, NU menempatkan pertanian sebagai prioritas ekonomi kerakyatan dengan
membentuk lembaga pertaniaan NU. Lembaga Pertanian NU, dapat melakukan kerjasama
dengan berbagai pihak termasuk dengan Kodam-I Bukit Barisan. Para petani NU,
semestinya harus berilmu, beramal, sederhana, mandiri dan menumbuhkan
persaudaraan dengan semua orang.
Tentang kemandirian ekonomi,
KH Hasyim Asy’ari memberi perhatian
lebih. Ia terlebih dahulu mendirikan mendirikan Nahdlatut Tujjar baru kemudian mendirikan Nahdlatul
Ulama. Nahdlatut Tujjar adalah
organisasi kebangkitan para pengusaha santri, yang bergerak diberbagai sektor seperti pertanian,
perdagangan dan lainnya. Tahun 1917,
telah dibentuk lembaga ekonomi Syirkah
Muamalah (koperasi).
Hadratus Syaikh Hasyim As’ari,
terus mengajak para pengusaha, ilmuan dan ulama untuk menggerakkan ekonomi ummat. Pada
tahun 1918 ia telah meneriakkan kemandirian ekonomi : ”Wahai putera bangsa yang
cerdik pandai, ustadz yang mulia mengapa
kalian tidak mendirikan badan usaha ekonomi?” tantangnya. Jadi sebelum negara ini ada, sebelum UUD 1945
disahkah, sebelum Menko prekonomian dan menteri membidangi ekonomi ada, NU
sudah mencanangkan kemandirian ekonomi
termasuk kemandirian pertanian (ketahanan pengan).
Kenyataan
mengatakan, NU baik secara jam’iah
maupun jama’ah belum juga mandiri. Masalahnya menurut KH. Hazim Muzadi,
mantan Ketua Umum PB NU: ”NU nasabnya bagus dapi nasibnya tidak”. Apakah pimpinan NU dan pimpinan pemerintahan sekarang ini, dapat
merubah “nasib” NU? Biarkan waktu yang akan membutikan.***
Nim :17202209
ReplyDeletePendapat saya:
Membangun ekonimi pertanian di Indonesia sangatlah penting karena sebagian besar dari masyarakat Indonesia berpropesi sebagai petani. Oleh karena itu memberi kesehjahteraan pada petani sangat lah penting karena bahan pangan kita masing’’ dihasilkan oleh petani.
Nama : Ikhsan Fuadi
ReplyDeleteNIM : 17202033
Menurut saya:
Membangun ekonomi pertanian di Indonesia sangat lah penting karena sebagian besar dari masyarakat Indonesia berfrofesi sebagai petani. Oleh karena itu memberi kesejahteraan pada petani sangat lah penting karena bahan pangan kita dihasilkan dari petani