MENATAP MASA DEPAN TOL LAUT

Tulisan Dr.Ir.Hamzah Lubis,SH.M.Si berjudul: “Menatap Masa Depan Tol Laut” telah dimuat pada  SK. Perestasi  Reformasi di Medan, No.486, tanggal 1 Maret  2016, hal.6 Kol.1-4 

Hamzah Lubis, Bsc.,Ir.,SH.,M.Si,Dr
*Dewan Daerah Perubahan Iklim Provsu *Mitra Baharai Provsu *Komisi Amdal Provsu
*Komisi Amdal  Medan *Pusat Kajian  Energi Terbarukan-ITM *Jejaring HAM KOMNAS HAM-RI
*KSA XLII/1999 LEMHANNAS *aktifis hukum/ham/lingkungan/pendidikan



”Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”. (QS.Al-Hajj: 65)

Pengantar
Salahsatu isu pilpres 2014 yang diangkat capres Jokowi adalah laut. Tempat pidato pertamanya setelah memenangi pilpres adalah galangan kapal di Tanjung Periok, Jakarta. Ini adalah konstruksi semiotik yang mengirimkan pesan simbolik: Pemerintahannya mengarah ke laut. Komitmen laut kembali dipertegas Joko Widodo, pada pidato pertama sebagai Presiden setelah dilantik di Gedung DPR/DPD/MPR, Jakarta, 20 Oktober 2004 lalu.  “Samudra, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera, memunggungi selat dan teluk”, ujarnya.
Masalah logistik
Daya saing produk Indonesia lemah dibanding dengan negara lain. Salahsatu penyebabnya, biaya logistik yang tinggi. Sekitar 70 persen industri  berada di Pulau Jawa dengan bahan baku dipasok dari luar Jawa. Artinya, sebagian besar bahan baku dipasok dari luar pulau untuk diolah dan hasil industrinya didistribusikan ke luar pulau. Masalahnya, koneksitas tidak berjalan. Akibatnya, biaya logistik mencapai 24 persen terhadap produk domestek bruto (PDB). Padahal  biaya logistik di Thailand, Malaysia, Vietnam dan Tiongkok dibawah 10 persen.
 Salahsatu penyebabnya karena  angkutan logistik melalui darat. Prosentase angkutan darat 90,34 persen, angkutan laut 7  persen, angkutan sungai 1,01 persen, angkutan penyeberangan 0,98 persen, angkutan kereta api 0,62 persen dan angkutan udara 0,05 persen. Padahal, secara global,  90 persen barang, komoditas dan produk yang diperdagangkan diangkut lewat laut. Dan Indonesia telah memiliki sistim logistik nasional dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2012 tentang Cetak Biru Pembangunan Sistem Logistik  Nasional. 
Memunggungi Laut
            Indonesia adalah sebuah negara kepulauan, terdiri dari 17.500 pulau. Kondisi geografis seperti ini mengharuskan transportasi maritim (kapal laut). Kenyataannya, angkutan logistik didominasi moda darat (90,34 persen). Jumlah kapal dan pelabuhan yang tersedia tidak berimbang. Terjadi pula kesenjangan penyebaran kapal, pelabuhan dan industri yang terkonsentrasi di Indonesia bagian barat.
            Demikian juga industri galangan kapal dalam negeri dalam kondisi mati segan hidup tak mau. Daya saing industri galangan kapal terutama di luar Batam tidak mampu berkompetisi. Di Batam-pun, ternyata  88 galangan kapal dimiliki orang asing. Harga kapal dalam negeri lebih mahal dibandingkan kapal inpor. Akibatnya 90 persen penambahan kapal berbendera Indonesia dari 6.041 unit menjadi 11.600 unit selama priode 2005-2013 adalah kapal impor.
Hal ini diperparah tingginya bunga bank (12 persen), dibandingkan dengan Singapura (4 persen), Malaysia (5 persen) dan Tiongkok (1 persen). Padahal negara-negara tersebut bukan negara kepulauan, tetapi iklim usaha industri maritimnya baik.  Hasilnya, sumbangan sektor maritim  negara seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Tiongkok mencapai 48 persen dari PDB nasionalnya. Sangat kontras dengan sumbangan sektor maritim negara kepulauan dengan panjang pantai terpanjang kedua di dunia yang bernama Indonesia.
Tol  Laut
Tol  laut adalah salahsatu program Presiden Joko Widodo terkait upaya membangun konektivitas nasional guna mencapai keseimbangan pembangunan, mengefisienkan distribusi logistik, mengurangi disparitas harga yang tinggi dan untuk kesatuan Indonesia. Pada akhirnya untuk menciptakan keadilan sosial. Oleh karena itu, menurut Wapres Yusuf Kalla, negara kepulauan Indonesia membutuhkan banyak pelabuhan dan kapal yang terintegrasi untuk menghubungkan satu pulau dengan yang lain.
Langkah konkritnya, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, pada sub agenda pembangunan koneksivitas nasional dengan proyek peningkatan 24 pelabuhan untuk mendukung tol laut. Terdiri dari 5 pelabuhan hub dan 19 pelabuhan feeder. Pelabuhan hub to laut ini terdiri adalah pelabuhan Belawan/Kuala Tanjung, Tanjung Periok, Tanjung Perak, Makasar dan Bitung.

Pra Tol Laut
Gerakan pertama, persiapan tol laut adalah kegiatan ”Gerai Maritim”. Gerai maritim adalah program rintisan tol laut dalam rangka mengurangi disparitas harga di wilayah Indonesia bagian timur. Pemerintah menargetkan penurunan disparitas harga dari 35 persen menjadi 13,5 persen. Gerai maritim adalah penyediaan transportasi laut murah untuk mengirimkan bahan-bahan kebutuhan pokok.
       Menyambut lebaran 2015 lalu, pemerintah menetapkan kapal motor (KM) Dempo, KM Ceremai dan KM Dorolanda, kapal berpenumpang, menjadikan palka kapal  mengangkut peti kemas. Peti kemas berisi kebutuhan pokok seperti  beras, tepung terigu, telur, ayam, gula, minyak goreng, daging ayam, mi instan dan lainnya.
Kapal tersebut berangkat dari Pelabuhan Tanjung Periok, menyinggahi Surabaya, Makasar, Ambon, Sorong, Biak, Serui dan Jayapura. Pada kota-kota tersebut, pemerintah menjual bahan pokok tersebut kepada pemerintah daerah dengan harga produsen atau harga pabrik. Program ini mendapat dukungan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia dengan subsidi 55 persen angkutan logistik.
Ujicoba  Tol Laut
            Untuk menguji rute pendistribusian barang dalam konsep tol laut, maka Wapres Yusuf Kalla telah meresmikan peluncuran Ekspedisi Nusantara Jaya 2015. Ekspedisi ini berlangsung dari 1-30 Juni 2015, melibatkan 89 kapal. Kapal tersebut adalah 86 kapal perintis, 1 kapal KRI Banda Aceh dan 2 kapal rumah sakit Doctor Shaare. Ekspedisi ini melibatkan 3.000 orang dan  menyinggahi 540 pelabuhan.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Maritim, ekspedisi ini untuk menguji konsep tol laut. Salahsatunya mengujicoba rute dan pendistribusian barang di wilayah perbatasan dan pulau-pulau terdepan. Hasil ekspedisi ini akan menjadi masukan dalam pelaksanaan tol laut. 
Peluncuran tol laut
            Program tol laut telah dijalankan. Pelaksanaannya  ditandai dengan pemberangkatan KM Caraka Jaya III-22 bermuatan  41 peti kemas dari Tanjung Periok dan pemberangkatan KM Caraka Jaya Niaga III-32 bermuatan  36 peti kemas dari Tanjung Perak, Surabaya, menuju Indonesia Timur, 14 Nopember 2015 lalu. Untuk tol laut ini, pemerintah menyediakan 6 kapal barang reguler khusus pengangkut bahan pokok. Keberangkatan kapal barang berjadwal itu menggunakan anggaran kewajiban pelayanan publik (PSO) pemerintah sebesar Rp.257,9 Milyar per tahun.
KM Caraka Jaya III-22 menjalani jarak tempuh 5.222 mil (sekitar 9.672 km) dengan rute Tanjung Periok, Biak, Serui, Nabire, Wasior, Monokwari, Wasior, Nabire, Serui, Biak dan kembali ke Tanjung Periok.       KM Caraka Jaya Niaga III-32  menempuh jarak 3.668 mil (sekitar 6.793 km) dengan rute Tanjung Perak, Tual, Fakfak, Tual dan kembali ke Tanjung Perak.
            Selama ini, harga barang di kawasan Indonesia Timur selalu ditentukan oleh gelombang tinggi atau ada tidaknya kapal yang datang. Dengan tol laut, kapal barang pasti datang sesuai jadwalnya. Kapal membawa kebutuhan pokok untuk untuk menekan disparitas harga. Ketika kapal kembali, membawa hasil bumi untuk dipasarkan di Pulau Jawa. Selama ini tarif angkutan laut tujuan Biak sebesar Rp.48 juta per peti kemas, dengan  program tol laut hanya Rp.8 juta per peti kemas. Dengan biaya angkutan barang yang murah, maka harga barang di wilayah timur dapat turun hingga 30 persen.
Dengan tol laut, enam kapal angkut barang ini akan mengarungi enam rute melalui pelabuhan-pelabuhan feeder di Indonesia Timur. Dari pelabuhan feeder ini, kebutuhan pokok didistribusikan melalui kapal-kapal kecil ke kota-kota kecil lainnya.   Selamat atas peluncuran tol laut (juga tol Sumatera). Dengan tol laut ini, akan terbangun konektivitas nasional, keseimbangan pembangunan, efisiensi distribusi logistik,  disparitas harga yang rendah dan persatuan Indonesia. Semoga.......***


No comments:

Post a Comment