Hamzah Lubis,
Bsc.,Ir.,SH.,M.Si,Dr
*Dewan Daerah Perubahan Iklim
Provsu *Mitra Baharai Provsu *Komisi Amdal Provsu
*Komisi Amdal Medan *Pusat Kajian Energi Terbarukan-ITM *Jejaring HAM KOMNAS
HAM-RI
*KSA XLII/1999 LEMHANNAS
*aktifis hukum/ham/lingkungan/pendidikan
Abstrak
Ekowisata snorkel dan diving memerlukan terumbu karang yang baik sebagai
obyek wisata utama. Kondisi eksisting tutupan terumbu karang di Perairan Pulau
Poncan Gadang sebesar 35,72 persen pada
tahun 2009. Untuk meningkatkan ekowisata snorkel dan diving di Pulau Poncan
Gadang memerlukan peningkatan tutupan terumbu karang. Oleh karena itu
diperlukan kajian tentang alternatif dan tingkat keberhasilan masing-masing
alternative untuk meningkatkan pertumbuhan terumbu karang. Dengan menggunakan PowerShim
2005 dapat diprediksi tutupan terumbu karang dari berbagai alternative yang
diajukan.
Kebijakan menaikkan 75 persen kinerja pemerintah menaikkan tutupan dari 35,72 persen menjadi 68,50 persen dengan rata – rata pertumbuhan 66,63 persen. Kebijakan menaikkan 75 persen kinerja pengusaha mampu menaikkan
tutupan dari 68,50 persen menjadi 69,21 persen (sebesar
0,71 persen) atau dari rata – rata
pertumbuhan 66,63 persen menjadi 66,89 persen (sebesar 0,26 persen). Kebijakan
menurunkan 50 persen sedimentasi, pengambilan dan perikanan karang mampu
menaikkan tutupan dari 69,21 persen menjadi 101,62 persen (sebesar 32,41 persen) atau dari rata – rata
pertumbuhan 66,89 persen menjadi 100,43 persen
(sebesar 33,54 persen). Menurunkan
kinerja pemerintah sebesar 5 persen menjadikan tutupan
menurun dari 35,72 persen menjadi – 16,99 persen pada tahun ke – dua ( mati total).
Menaikkan kinerja 75 persen
intansi pemerintah dan penurunan 50 persen sedimentasi, pengambilan dan
perikan karang menghasilkan pertumbuhan terumbu karang secara normal.
Kata Kunci: 1.Pemanfaatan
teknologi 2. Terumbu Karang 3.Powersim
1Seminar Nasional Pembangunan Berkelanjutan
Bangsa Berbasis Iptek, tanggal 18
Oktober 2014 di Kamus ITM, Medan
2Doktor Pengelolaaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan, anggota Association of
Diving Scholl Internasional, anggota
Dewan Daerah Perubahan Iklim Provinsi Sumatera Utara dan pemerhati lingkungan.
Pendahuluan
Terumbu karang merupakan
ekosistem khas yang terdapat di perairan tropis. Pada dasarnya terumbu
terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3), yang
dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik)
dari filum Cnidaria, ordo Scleractina yang
hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat
(Bengen, 2002).
Secara umum terumbu karang terdiri dari atas
tipe: terumbu karang tepi (fringing reef),
terumbu karang penghalang (barrier reef), dan terumbu karang cincin atau
atol. Terumbu karang tepi hidup di pinggir pantai sedangkan terumbu karang
penghalang berada jauh dari pantai. Kedua tipe terumbu karang ini
berfungsi sebagai pemecah gelombang . Terumbu Karang cincin atau atol merupakan
terumbu karang yang munculnya di
perairan yang jauh dari daratan.
Metoda Penelitian
Lokasi penelitian untuk kondisi fisik - kimia perairan, tutupan
terumbu karang pada 2 (dua) titik yaitu
di sebelah barat pulau (koordinat 10 71’ 11” LU
- 980 76’ 93” BT) dan
di sebelah timur pulau (koordinat 10 70’ 98” LU - 980 75’ 84” BT). Penelitian
tutupan terumbu karang menggunakan metoda transek garis. Penelitian sosial –
ekonomi di Pulau Poncan Gadang dan Kota Sibolga.
Sampling peneletian sosial terdiri atas: (a) masyarakat nelayan 30
orang, (b) masyarakat yang hidup dari
usaha hasil laut 40 orang, (c) tokoh masyarakat (tokoh agama, pemuda, wanita
dan pendidikan) 30 orang, wisatawan 10 orang,
intansi Dinas Kebudayaan Priwisata
Pemuda dan Olah raga 1 orang, Kantor Lingkungan hidup 1 orang, Dinas Kelautan
dan Perikanan 1 orang dan PT. Sibolga Marine Resort 1 orang.
Data tutupan terumbu karang dianalisis dengan metoda matematis
sedangkan model dinamis daya dukung
terumbu karang dengan bantuan software
PowerSim 2005. Uji Validitas model menggunakan Uji
Penyimpangan Rata – rata (Absolute Mean
Error, AME) dan Uji Penyimpangan
Variasi (Absolute Variansi Error,
AVE).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Tutupan terumbu
karang
Hasil penelitian terumbu
karang yang dilakukan di perairan Pulau Poncan Gadangdan dan hasil-hasil
penelitian terumbu karang dari penelitian Puslitbang Oseanologi – LIPI (1997)
dan Coremap - LIPI tahun 2006, tahun 2007, tahun 2008 dan tahun 2009 disajikan
pada Tabel 1. Status terumbu karang berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor: 4 Tahun 2004
tentang Keriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang masuk kategori rusak dengan
keriteria rusak buruk dan rusak sedang.
.
. Tabel 1.
Prosentase Tutupan Karang
Tahun
|
Lokasi - 1
|
Lokasi - 2
|
Rata-rata
|
Status
|
1997
|
22,86
|
27,83
|
25,35
|
Rusak, buruk
|
2006
|
20,00
|
29,00
|
24,50
|
Rusak, buruk
|
2007
|
30,00
|
39,00
|
34,50
|
Rusak, sedang
|
2008
|
20,00
|
25,00
|
22,50
|
Rusak, buruk
|
2009
|
41,53
|
29,90
|
35,72
|
Rusak, sedang
|
2. Variabel pertumbuhan terumbu karang
Variabel fisik-kimia perairan
mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang. Hasil penelitian derajat keasaman (pH)
perairan diperoleh 8,25 sedangkan kondisi ideal untuk ekowisata
snorkel dan diving sebesar 6,5 – 8,5. Perbandingan
pH perairan Poncan Marine Resort dengan pH maksimal untuk wisata snorkel dan
diving didapat sebesar 97,06 persen.
Dengan cara yang sama didapat untuk salinitas 94,05 persen, kecerahan 0,015 persen, oksigen terlaut 0,01 persen, fospat 28,97 persen , nitrat 14,27 persen, nitrit 0,009 persen, kenaikan permukaan
air laut 51,76 persen, kenaikan suhu 74,67 persen, kenaikan radiasi
ultraviolet 0,001 persen, penyakit terumbu karang 5 persen dan coral bleacing
0,21 persen.
Variabel perusakan terumbu karang oleh nelayan berupa kegiatan pengambilan
terumbu karang 30 persen terdiri atas pengambilan untuk bahan hiasan 30 persen dan
pengambilan bahan bangunan 70 persen . Perusakan terumbu karang karena perikanan
tangkap 25 persen dengan pengeboman ikan
40 persen dan peracunan ikan 40 persen dan lain-lain 20 persen. Perusakan
terumbu karang akibat sedimentasi memberi kontribusi 20 persen berasal dari pertanian 15 persen, limbah
domestik perkotaan 35 persen , pembangunan pesisir 30 persen dan penambangan 20 persen .
Hasil kuesioner yang telah diolah,
menunjukkan pelaksanaan kewajiban konservasi terumbu karang di Kota Sibolga
untuk intansi kelautan 25 persen, intansi lingkungan hidup 34,20 persen, intansi pariwisata 70,83 persen, pengusaha
pariwisata 54,33 persen, masyarakat lokal 88,33 persen dengan konservasi intitusi sebesar 57,60 persen. Kewajiban
pengusaha untuk peningkatan
ekonomi 57,14 persen, sosial budaya masyarakat 81,81 persen, hak – hak
masyarakat dari intansi kelautan 56,25 persen , intansi lingkungan hidup 58,93 persen
dan intansi pariwisata 68,75 persen. Pelaksanaan kewajiban konservasi wisatawan
sebesar 100 persen.
3.
Model pertumbuhan terumbu karang
a. Kausa loop pertumbuhan
terumbu karang
![]() |
Gambar 1. Kausa loop model
pertumbuhan terumbu karang
b. Model pertumbuhan terumbu karang
![]() |
Gambar 2. Model pertumbuhan
terumbu karang
c. Uji Validitasi Model
Tabel 2.
Validitasi Model
rata-rata
aktual
|
29
|
rata-rata
simulasi
|
30
|
AME
|
0.031565
|
Sa
|
6.770926
|
Ss
|
1.807457
|
AVE
|
-0.73306
|
Va
|
45.84543
|
Vs
|
3.2669
|
KF
|
0.066519
|
AME Valid
|
VALID
|
AVE Valid
|
VALID
|
Uji Validitas model ini dilakukan dengan
menggunakan Uji Penyimpangan Rata – rata (Absolute
Mean Error, AME) dan Uji
Penyimpangan Variasi (Absolute Variansi Error, AVE). Hasil validitasi
AME dan uji
AVE dinyatakan valit.
4. Simulasi model
(1). Alternatif tanpa perlakuan terhadap pengelolaan terumbu karang
Dengan menggunakan model pertumbuhan terumbu karang, dengan memasukkan
data-data hasil penelitian, maka hasil prediksi pertumbuhan terumbu karang
disajikan keluaran dari model disajikan pada Tabel 3.

Dari tabel ini terlihat bahwa simulasi model tanpa perlakuan dengan
data – data hasil penelitian menunjukkan penurunan tertinggi tutupan terumbu
karang dari 35,72 persen menjadi 27,97 persen dengan tutupan rata – rata 29,96 persen.
(2). Alternatif
meningkatkan 75 persen kinerja intansi pemerintah
Dengan meningkatkan 75
persen kinerja intansi pemerintah, maka pertumbuhan terumbu karang disajikan pada Tabel 4.

Dengan meningkatkan kinerja intansi kelautan, intansi lingkungan hidup dan
intansi pariwisata menjadi 75 persen ternyata mampu menaikkan tutupan terumbu karang dari 35,72 persen menjadi 68,50 persen dengan rata – rata pertumbuhan 66,63 persen .
(3). Alternatif
meningkatkan 75 persen kinerja intansi pemerintah dan pengusaha pariwisata
Dengan meningkatkan 75
persen kinerja intansi pemerintah dan pengusaha pariwisata, maka pertumbuhan terumbu karang hasil simulasi disajikan pada Tabel 5.

Dengan menambah menaikkan 75
% kinerja pengusaha hanya mampu menaikkan tutupan terumbu
karang dari 68,50 % menjadi 69,21 % (sebesar
0,71 %) atau dari rata – rata
pertumbuhan 66,63 % menjadi 66,89 % (sebesar 0,26 %). Dalam hal ini peran
pengusaha pariwisata tidak signifikan.
(4). Alternatif
meningkatkan 75 persen
Kinerja Intansi Pemerintah dan Pengusaha Pariwisata serta Penurunan 50 persen Sedimentasi, Pengambilan karang dan Perikanan Karang
Dengan meningkatkan 75 persen Kinerja
Intansi Pemerintah dan Pengusaha Pariwisata serta
Penurunan 50 persen Sedimentasi,
Pengambilan karang dan Perikanan Karang, maka pertumbuhan terumbu karang hasil simulasi disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Kinerja 75 persen Pemerintah,
Pengusaha dan Penurunan 50 persen
Sedimentasi, Pengambilan dan Perikanan Karang

.
Hasilnya dari penurunan 50 % sedimentasi, pengambilan dan
perikanan karang mampu menaikkan tutupan terumbu
karang dari 69,21 % menjadi 101,62 % atau
sebesar 32,41 % atau dari rata – rata
pertumbuhan 66,89 % menjadi 100,43 % atau naik sebesar 33,54 %. Dalam hal ini
peran penurunan 50 % sedimentasi, pengambilan dan perikanan karang signifikan.
Peningkatan tutupan sebesar 100 % diartikan bahwa terumbu karang tumbuh dengan
sempurna. Pertumbuhan karang sepanjang 2,5 – 20 cm/tahun (Ikawati, 2001).
(5). Penurunan 5 persen Kinerja
Intansi Pemerintah
Dengan meningkatkan 5 persen kinerja intansi pemerintah, maka pertumbuhan terumbu karang hasil simulasi disajikan pada Tabel7.
Tabel 7. Penurunan 5
%
Kinerja Intansi Pemerintah
![]() |
Jika terjadi penurunan kinerja pemerintah
sebesar 5 %, hasilnya menjadikan tutupan terumbu karang dari 35,72% tahun menjadi – 16,99 % pada tahun ke – dua ( mati total). Artinya penurunan kinerja pemerintah 5 % dari
kondisi sekarang ini akan menyebabkan kepunahan terumbu
Kesimpulan
1. Hasil uji validitas
model Powersim 2005
untuk pertumbuhan terumbu karang Pulau Poncan Gadang dengan menggunakan
uji Penyimpangan Rata – rata (Absolute Mean Error, AME) dan Uji Penyimpangan Variasi (Absolute Variansi
Error, AVE) dinyatakan valit.
2. Hasil simulasi model pertumbuhan terumbu karang
Pulau Poncan Gadang dengan menggunakan Powersim 2005 untuk:
a. Pertumbuhan terumbu karang secara
alami tanpa perlakuan, menyebabkan terjadi penurunan tutupan terumbu karang dari
35,72 persen menjadi 27,97 persen dengan penurunan 7,75 persen.
b. Meningkatkan kinerja intansi pemerintah menjadi 75 persen menaikkan tutupan terumbu karang dari 35,72 persen menjadi 68,50 persen dengan kenaikan 32,78
persen.
c. Meningkat
an kinerja intansi pemerintah dan pengusaha pariwisata mencapai 75 persen hanya mampu menaikkan tutupan terumbu
karang dari 35,72 persen menjadi 68,50 persen kemudian menjadi 69,21 % (sebesar
0,71 %).
d. Meningkat
an
75% kinerja intansi pemerintah dan pengusaha pariwisata diikuti
penurunan 50 % sedimentasi, pengambilan
karang dan perikanan karang
menaikkan
tutupan terumbu karang dari 35,72 persen 69,21
persen menjadi 101,62 persen atau sebesar 32,41 persen. Peningkatan tutupan sebesar 100 % diartikan
bahwa terumbu karang tumbuh dengan sempurna. Pertumbuhan karang sepanjang 2,5 –
20 cm/tahun (Ikawati, 2001).
e. Menurunkan kinerja intansi pemerintah sebesar 5 persen
menjadikan tutupan terumbu karang dari 35,72 persen menjadi – 16,99 % pada tahun ke – dua ( mati total).
Daftar pustaka
Anonim. Undang - Undang
Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Anonim. Undang - Undang
Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil
Anonim.Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor :
km.67/um.001/MKP/2004 Tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata di
Pulau-Pulau Kecil
Bengen, DG. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Suber Daya Alam
Pesisir dan Laut Serta Prinsip Pengelolaannya. Bogor:
PKSPL – IPB
Direktur Direktorat Tata
Ruang Laut Pesisir dan Pulau - Pulau
Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan - RI. 2006. Strategi Penataan
Ruang Pulau - Pulau Kecil. 2006. Buletin Kelautan
Coremap-LIPI. 2006. Tapanuli
Tengah Baseline Ekologi. Jakarta:
Critc - Coremap LIPI
----------2007.Monitoting Terumbu Karang Tapanuli Tengah.
Jakarata: Critc-Coremap LIPI
----------2008. Monitoting Terumbu Karang Tapanuli Tengah .Jakarata:
Critc-Coremap LIPI
---------2009. Monitoting Terumbu Karang Tapanuli Tengah.
Jakarata: Critc-Coremap LIPI
Maanema, M. 2003. Model
Pemanfaatan Pulau – Pulau Kecil: Studi Kasus di Gugus Pulau Pari Kepulauan
Seribu . (Diserthasi PSPL - IPB Tidak Dipublikasikan)
Puslitbang Oseanologi – LIPI. 1997. Laporan Penelitian Studi Kondisi Fisik dan
Penyebaran Terumbu Karang di Pantai Barat Sumatera Utara. Jakarta:
Puslitbang Oseanologi – LIPI
Soebagio. 2005. Analisis Kebijakan
Pemanfaatan Ruang Pesisir dan
Laut pKepulauan Seribu Dalam
Meningkatkan Pendapatan Masyarakat
Melalui Kegiatan Budidaya Perikanan Dan Parawisata. (Diserthasi PSPL-IPB
Yang Tidak Dipublikasikan, 2005)
Setiono, J. Sujatno.
Rukman, D. 2003. Rencana Pengembangan
Pariwisata Alam Nasional di Kawasan hutan.
Bogor: Dirjen PHKA Dephut
Yoeti, O. A. 1997. Perencanaan & Pengembangan Parawisata. Jakarta: Pratnya Paramita
NAMA : ADE SYAHPUTRA
ReplyDeleteNIM : 17202020
KELAS: EXTENTION
ASSALAMUALAIKUM
Perusakan terumbu karang akibat sedimentasi memberi kontribusi 20 persen berasal dari pertanian 15 persen, limbah domestik perkotaan 35 persen , pembangunan pesisir 30 persen dan penambangan 20 persen .