Pemanasan Global, 2016 Tahun Terpanas

Tulisan “Pemanasan Global, 2016  Tahun Terpanas”, pada  Sk. Prestasi Reformasi,
 No.509,  25  Januari  2017,   hal.6 kol.1-7.
Hamzah Lubis, Bsc.,Ir.,SH.,M.Si,Dr
*Dewan Daerah Perubahan Iklim Provsu *Mitra Baharai Provsu *Komisi Amdal Provsu
*Komisi Amdal  Medan *Pusat Kajian  Energi Terbarukan-ITM *Jejaring HAM KOMNAS HAM-RI
*KSA XLII/1999 LEMHANNAS *aktifis hukum/ham/lingkungan/pendidikan









 Pelan tapi pasti, kendati suhu matahari semakin mendingin, namun suhu bumi semakin panas karena adanya efek rumah kaca. Efek rumah kaca terjadi, karena semakin meningkatnya emisi gas-gas rumah kaca yang dibuang ke atmosfir. Rilis World Meteoroligical  Organization (WMO), 2 Februari 2015, menyatakan, bahwa  kenaikan suhu akan menjadi tren yang terus berlanjut.

Kenaikan Suhu Global
Selama  100 tahun sebelum tahun 1970, kenaikan temperatur beru sekitar 1 derjat celsius.  Bila merunut ke tahun 1900, pada 50 tahun pertama kenaikan temperatur rata-rata adalah 0,2 derjat celsius. Tapi pada 50 tahun kemudian kenaikan temperatur rata-rata mencapai 0,5 derjat Celsius dan pada 30 tahun terakhir meningkat tajam. Misalnya, data Panel Antar Pemerintah Untuk Perubahan Iklim (IPCC)  dari tahun 1990 sampai 2008 telah terjadi peningkatan temperatur rata-rata 0,15-0,3 derajat celsius.
Data WMO, suhu rata-rata global dipermukaan darat dan laut tahun 2014 mencatat 0,57 derajat celcius di atas suhu rata-rata jangka panjang dengan menggunakan acuan priode 1961-1990. Sebagai pembanding, suhu  tahun 2010 lebih tinggi 0,55 derajat celcius dibanding priode rata-rata. Tahun 2015, kenaikan suhu 0,77 derajat celsius dari baseline.
            Tahunn 2016, telah digadang-gadang menjadi tahun terpanas dunia oleh Sekretaris Jenderal World Meteoroligical  Organization (WMO) Petteri Taalas pada Konferensi Para Pihak (COP-22) Konvensi Kerangka Kerja Untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) di Marrakesh, Maroko, 7-18 November 2016 lalu. Berdasarkan pantauan WMO, sejak Januari-September 2016,  kenaikan suhu global sekitar 0,88 derajat celsius, diatas suhu rata-rata 14 derajat celsius pada 1961-1990. Priode itu, digunakan WMO sebagai dasar (baseline).
Menurut Mulyono R Prabowo, Kepala Pusat Meteorologi Publik, Badan Meteorolgi , Klimatologi dan Geofisika (BMKG), tingginya kenaikan suhu global  pada tahun 2016,  tidak lepas dari kuatnya El Nino priode 2015-2016. Kondisi ini diperparah faktor besarnya emisi karbon diaksida (CO2), akibat kebakaran hutan dan lahan yang melepaskan emisi gas rumah kaca menumpuk pada tahun 2016. Akhirnya pada laporan tahunan WMO, menetapkan tahun 2016 sebagai “ Tahun Terpanas Dunia” dengan kenaikan suhu rata-rata global 0,86 derajat celsius dibanding priode referensi 1961-1990. Kenaikan suhu ini melampau rekor lama tahun 2015 yang tercatat setinggi 0,77 derajat celsius.
Kenaikan suhu atmosfir ini, diikuti menghangatnya temperatur laut global secara progressif.  Pada November 2016, kenaikan suhu perairan laut mencapai  0,76 derajat celsius dibanding 30 tahun sebelumnya.  Pada tahun 2015, kenaikan suhu perairan global 0,73 derajat celsius dan  pada tahun 2010 kenaikannya 0,57 derajat celsius, jiga dibanding 30 tahun sebelumnya.
            Bahkan, kenaikan suhu tahun 2016, pada beberapa tempat melebihi kenaikan suhu rata-rata global. Dibeberapa wilayah di Artik (Kutup Utara) yang masuk Rusia, kenaikan suhu rata-rata global mencapai 1,3 derajat celsius. Beberapa daerah Artik lain, seperti Alaska dan barat laut Kanada, suhu meningkat 3 derajat celsius.

Kenaikan Suhu Indonesia
            Indonesia, sebagai bagian dari planet bumi ikut juga mengalami kenaikan suhu. Data pada tahun 2013, menunjukkan perubahan suhu kota-kota di Indonesia yang lebih tinggi dari 1 derjat celcius dalam sepuluh tahun belakangan.  Analisa data iklim Badan Meterologi dan Geofisika, kenaikan suhu udara per sepuluh tahun mulai 0,036 derajat celcius sampai 1,383 derajat celcius.
            Kenaikan suhu udara terendah tercatat di Kota Sibolga, Sumatera Utara mencapai 0,036 derjat celcius dari rata-rata 31,52 derjat celcius. Adapun kenaikan suhu udara tertinggi tercatat di Kota Wamena, Papua mencapai 1,38 derajat celcius dari rata-rata 25,97 derajat celcius. Dari 16 kota yang dianalisis, kenaikan suhu dalam 10 tahun  di enak kota/lokasi ternyata mencapai diatas 1 derajat celcius. Lokasi itu adalah Pulau Bawean ,Jawa Timur (1,15 derjat C),   Waingapu ,Nusa Tenggara Timur (1,11 derjat C), Kupang, NTT (1,35 derjat C), Jayapura (1,22 derjat C), Wamena (1,38 derjat C), dan Merauke (1,15 derjat C) di Provinsi Papua.
Laporan BMKG, untuk kenaikan suhu tahun 2014,  suhu rata-rata lebih tinggi 0,68 derajat celcius dibanding suhu rata-rata normal. Anomali itu naik 28,30 persen dibanding anomali suhu rata-rata di 2013 sebesar 0,53 derajat celcius. Suhu rata-rata Indonsia tahun 2014,  27,25 derajat celcius, meningkat dari suhu rata-rata 2013 sebesar 27,1 derajat celcius. Untuk Indonesia, acauan priode rata-rata adalah 1980-1990 sebesar 26,57 dercat celcius.
            Wilayah yag banyak mengalami anomali tinggi, diatas 0,67 derajat celcius adalah Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Jika dikelompokkan berdasarkan kelas anomali, stasiun pengamatan BMKG yang mencatat anomali suhu di atas 0,67 derajat celcius sebanyak 17 stasiun. Pada tahun 2008 hanya 8 stasiun yang mencatat anomali diatas 0,67 derajat celcius.
Tahun 2014, 12 stasiun mencatat anomali suhu pada kisaran 0,33-0,67 serajat celcius, sedangkan 4 stasiun mencatat kurang dari 0,33 derajat celcius. Meskpun selisih suhu 2014 terhadap suhu priode rata-rata secara terlihat kecil, dampaknya sangat besar pada proses di atmosfir. Contohnya anomali suhu permukaan yang hanya 0,5 derajat celcius bisa memicu El Nino (fenomena peningkatan suhu muka laut yang bisa memberi dampak kekeringan).
Penelitian yang dipublikasikan di International  Journal of Climatology tahun 2016 ini menggunakan pengukuran data suhu 1866-1012, kenaikan suhu Jakarta dalam 135 tahun telah mencapai rata-rata 1,6 derajat celsius. Kenaikan suhu jakarta ini melampaui laju naiknya termperatur global yang hanya 0,85 derajat celsius. Adapun pengukuran tahun 2015, kenaikan suhu Jakarta bahkan sudah mencapai 1,8 derajat celsius. Suhu maksimum siang hari di Jakarta tahun 2016 tercatat 37,6 derajat celsius pada 1 Juli 2016.

Ambang Batas
Konferensi Para Pihak (COP-22) Konvensi Kerangka Kerja Untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) 2016, berharap kenaikan suhu tidak sampai 1,5 derjat celsius atau 2 derjat celsius pada akhir abad ini. Dengan suhu seperti ini, masih mungkin dampak kenaikan suhu dapat dikelola.  Kenaikan temperatur hingga 3 derjat celsius mungkin merupakan  titik batas. Setelah 3 derjat celsius, kita sulit mencegah kenaikan berikutnya. Dan bila sudah mencapai 6 derjat celsius maka terjadilah kepunahan hampir semua kehidupan, termasuk manusia.

Dampak Pemanasan
Para ilmuan sepakat, dan sudah dirasakan umat manusia, kenaikan suhu bumi berdampak negatif pada banyak hal. Sejumlah penyakit akan mewabah dalam skala luas, cuaca semakin sulit diprediksi, intensitas badai dan puting beliung akan meningkat, terjadinya kenaikan permukaan air laut, hingga munculnya ancaman ketahanan pangan akibat pola tanam yang berubah-ubah.
Saat ini musim kemarau di Indonesia semakin panjang, sedangkan musim hujan semakin pendek. Namun intensitas hujannya semakin tinggi yang berakibat banyak kejadian banjir dan tanah longsor. Sektor pertanian kesulitan dengan iklim yang berubah. Musim tanam mengalami pergeseran. Ada yang bergeser maju, tetapi ada pula yang justru mundur. Data tahun 2016, telah terjadi dampak signifikan di sektor perikanan. Ikan spesies lemuru (Sardinella lemuru) menghilang dari habitatnya di Selat Bali.
Pemanasan global dan dampaknya, ibarat  bakteri ganas, yang terus kita sebar setiap kali kita bernapas. Bakteri itu, pasti   akan terus menggeroti kita. Saatnya kita melakukan tindakan.  Pilihannya, pabrik dan sumber emisi yang harus dimatikan atau asap (emisi) yang dikelola? Anda sepakat kan......

6 comments:

  1. Nama : David J. H. Simarmata
    Nim : 18202076
    Jurusan : Teknik Mesin
    M.Kuliah : Pengendalian Lingkungan Industri

    Menurut pendapat saya,
    Kenaikan suhu rata-rata global untuk saat ini memang sudah sangat menghawatirkan sekali. Kenaikan suhu rata-rata global menyebabkan mencairnya gunung-gunung es yang ada di Kutub Utara dan Kutub Selatan akibatnya permukaan air laut menjadi naik dan membuat keadaan iklim berubah-ubah. Hal ini berdampak juga pada Indonesia.

    Indonesia memiliki banyak pulau-pulau kecil, dimana beberapa diantaranya pasti sudah ada yang tenggelam. Tidak dapat dipungkiri apabila pemanasan global ini terus berlanjut bisa menyebabkan semakin banyak daratan yang tenggelam di dunia ini. Mari sama-sama kita mengurangi sumber energi yang dapat menyebabkan pemanasan global dan mencari alternatif lain untuk menjaga bumi kita ini.

    ReplyDelete
  2. Nama : Seiya Gusmar Angger Putra
    NIM : 17202036
    Jurusan : Teknik Mesin
    Extention

    penyebab utama pemanasan global adalah emisi gas karbon dioksida sebagai efek rumah kaca (ERK) dari aktivitas manusia. Efek rumah kaca sejatinya merupakan proses alami yang seharusnya menjadikan Bumi tempat yang nyaman untuk hidup

    ERK terjadi ketika selimut gas atmosfer memerangkap sebagian panas matahari sehingga membuat Bumi sebuah planet yang hangat dan layak huni. Selama siang hari, sinar matahari akan menembus atmosfer untuk menghangatkan Bumi sebelum akhirnya kembali mendingin saat malam tiba. Namun, penurunan suhu ini tidak drastis karena sebagian panasnya tetap terperangkap di atmosfer.

    Energi yang diserap atmosfer akan menjaga suhu Bumi tetap hangat. Tanpa adanya perlindungan atmosfer, Bumi tidak akan bisa dihuni makhluk hidup karena saking dinginnya. Meski begitu, aktivitas manusia seperti penggunaan bahan bakar fosil (batu bara, minyak, dan gas alam) justru meningkatkan jumlah gas panas yang dilepaskan ke udara sehingga mengubah prinsip efek rumah kaca alami Bumi.

    Semakin banyak gas panas yang diproduksi oleh manusia, semakin banyak pula panas yang diperangkap oleh atmosfer untuk dipantulkan balik ke ke bumi. Ini adalah masalah utama yang berkontribusi terhadap pemanasan global.

    ReplyDelete
  3. Nama : Risky Pratama Simbolon
    NIM : 17202290
    Jurusan : Teknik Mesin
    Extention

    Gabungan peneliti dari University of Toronto, University of California Berkeley, dan lembaga Canadian Light Source mengklaim telah berhasil menciptakan kondisi ideal untuk pengubahan karbon dioksida ke ethylene.

    Ethylene sendiri digunakan untuk menyusun polythelene, yakni senyawa yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan material plastik. Untuk mendapatkan ethylene, peneliti mengambil titik reaksi kimia tertinggi pada reduksi karbon dioksida. Dalam eksperimen terkait, berbagai jenis metal dapat digunakan sebagai katalisator untuk menciptakan reaksi kimia.

    "Kami memilih tembaga sebagai katalisator karena mampu mengubah ke beberapa senyawa kimia, seperti metana, ethylene, dan etanol," ujar pimpinan studi terkait, Phil De Luna.

    "Disandingkan dengan teknologi 'pemasangan karbon', temuan ini berpotensi mendorong percepatan konversi ke mekanisme produksi energi hijau, sekaligus mengurangi ancaman kerusakan yang disebabkan oleh fenomena efek rumah kaca," lanjutnya.

    ReplyDelete
  4. Nama : Ade Riwaldi
    NIM : 17202077
    Extention

    Saat ini musim kemarau di Indonesia semakin panjang, sedangkan musim hujan semakin pendek. Namun intensitas hujannya semakin tinggi yang berakibat banyak kejadian banjir dan tanah longsor. Sektor pertanian kesulitan dengan iklim yang berubah. Musim tanam mengalami pergeseran. Ada yang bergeser maju, tetapi ada pula yang justru mundur. Data tahun 2016, telah terjadi dampak signifikan di sektor perikanan. Ikan spesies lemuru (Sardinella lemuru) menghilang dari habitatnya di Selat Bali.
    Pemanasan global dan dampaknya, ibarat bakteri ganas, yang terus kita sebar setiap kali kita bernapas. Bakteri itu, pasti akan terus menggeroti kita. Saatnya kita melakukan tindakan.

    ReplyDelete
  5. Nama : Jimmy ray manurung
    Nim :16202095
    jurusan:Teknik Mesin
    m.kuliah :Pengendalian Lingkungan Industri

    menurut pendapat saya,
    bahwa di tahun 2016 Kondisi ini diperparah faktor besarnya emisi karbon diaksida (CO2), akibat kebakaran hutan dan lahan yang melepaskan emisi gas rumah kaca menumpuk pada tahun 2016,dan sampai saat ini dunia banyak mengalami sebuah kenaikan panas dan mengalami kemarau panjang akibat dari sebuah dampak naik pamanasan global yaitu Sejumlah penyakit akan mewabah dalam skala luas, cuaca semakin sulit diprediksi, intensitas badai dan puting beliung akan meningkat, terjadinya kenaikan permukaan air laut, hingga munculnya ancaman ketahanan pangan akibat pola tanam yang berubah-ubah.dari dampak ini juga sangat ber pengaruh pada Sektor pertanian kesulitan dengan iklim yang berubah. Musim tanam mengalami pergeseran. Ada yang bergeser maju, tetapi ada pula yang justru mundur.maka dari itu untuk pemerintah,bupati juga dinas lingkungan hidup ,dinas kehutanan dan masyarakat agar menjaga kelestarian baik hutan ,laut juga lingkungan tempat kita berada.untuk itu mari kita tanam kembali hutan-hutan yg gundul,dan kebakar,dan kurangi pemakaian kendaraan bermotor agar lapisan ozon kita tidak makin menipis dan bumi kita dapat terselamat kan.

    ReplyDelete
  6. Nama : Yogi Mangaranap Gultom
    NIM : 16202099
    Kelas/jurusan : Semester Pendek/Teknik Mesin
    M.kuliah : Pengendalian Ligkungan Industri (PLI)

    Pendapat saya terhadap tulisan bapak Dr.Ir.Hamzah Lubis, SH.,M.Si yang berjudul “Pemanasan Global, 2016 Tahun Terpanas”, pada Sk. Prestasi Reformasi,
    No.509, 25 Januari 2017. Sebenarnya suhu matahari semakin lama semakin turun padahal kita selalu mengganggapnya mengalami kenaikan. Yang mengalami kenaikan suhu bukanlah matahari melainkan bumi kita ini. Yang disebabkan oleh Efek rumah kaca terjadi, karena semakin meningkatnya emisi gas-gas rumah kaca yang dibuang ke atmosfir. World Meteoroligical Organization (WMO) mengatakan bahwa kenaikan suhu ini terus berkelanjutan.
    Dari data WMO 100 tahun sebelum 1970 mengatakan bahwa suhu bumi naik hanya 1 derajat celcius saja selama 100 tahun. Tetapi sekarang malah menjadi per tahun nya. Dilihat dari perbandingan ini, tahun 2016 diprediksi menjadi tahun terpanas. Ini diakibatkna oleh gas emisi karbondioksida dan juga akibat kebakaran hutan yang menyebabkan gas efek rumah kaca. Oleh karena nya WMO menetapkan 2016 sebagai tahun terpanas dunia. Itu secara global.

    Di Indonesia suhu bumi naik lebih dari satu derajat celsius dalam kurun waktu 10 tahun. Yang mengalami kenaikan suhu tertinggi ada di pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Terdapat ambang batas kenaikan suhu yaitu jika sudah mengalami kenaikan 6 derajat celsius ada kemungkinan kepunahan pada manusia.

    Untuk itu saya sangat setuju dengan tulisan ini yang mengatakan bahwa kenaikan suhu bumi berdampak negatif pada banyak hal. Sejumlah penyakit akan mewabah dalam skala luas, cuaca semakin sulit diprediksi, intensitas badai dan puting beliung akan meningkat, terjadinya kenaikan permukaan air laut, hingga munculnya ancaman ketahanan pangan akibat pola tanam yang berubah-ubah.

    Pemanasan global dan dampaknya, ibarat bakteri ganas, yang terus kita sebar setiap kali kita bernapas. Mari kita bersama sama menjaga bumi kita dengan cara mengurangi dampak yang dapat menyebabkan kenaikan panas pada bumi. Misalnya dengan mengurangi efek rumah kaca, membuat alat alternatif bbm untuk mengurangi emisi karbon dioksida mengurangi konsumsi sampah plastik, melebatkan hutan (melakukan penghujauan), dan juga mencegah terjadi nya perluasan lahan dengan cara membakar hutan. Dan kita juga dapat menggunakan emisi tersebut dengan cara mengolahnya menjadi energi terbarukan , sehingga emisi yang dilepas ke udara tidak melebihi baku mutu udara yang telah ditetapkan. Mari kita mulai dari kesadaran diri sendiri. SAVE OUR LIVE, SAVE OUR EARTH.

    ReplyDelete