Dr.Ir. Hamzah Lubis, SH.,M.Si
Dosen, alumni KSA- XLII LEMHANNAS
1999
”Wahai putera bangsa yang cerdik pandai, ustadz
yang mulia, mengapa kalian tidak
mendirikan badan usaha ekonomi?” (Hadratus Syaikh Hasyim As’ari, 1918, pendiri
NU).
Pengantar
Hari Selasa, 19 Januari 2016 lalu, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU)
Sumatera Utara menghadiri undangan silaturrahmi Kasdam I/ Bukit Barisan di
Kodam I Bukit Barisan. Ketua PWNU-SU KH. Afifuddin Lubis memimpin rombongan dan
salah seorang diantaranya adalah penulis. Silaturrahmi berlangsung hangat dan
kekeluargaan. Bahkan Kasdam I Bukit
Barisan, Brigjen TNI Widagdo Hendro.S
bersama rombongan turun dari ruang pertemun dan mendampingi rombongan
meninjau kebun percontohan, laboratorium pupuk
dan pestisida alami.
Salahsatu
tema diskusi, perlunya membangun ekonomi dan kewirausahaan khususnya di sektor
pertanian. Indonesia harus memiliki ketahanan pangan sebagai salah satu
prasyarat ketahanan nasional. Kerja besar ini memerlukan sinergi banyak pihak.
Untuk itu, Kodam I Bukit Barisan melalui Kasdam, menurut Widagdo mengajak
Nahdlatul Ulama di Sumatera Utara untuk membangun pertanian. Widagdo mengajak NU untuk membuat pilot
percontohan, dimulai dari
pesantren-pesantren Nahdlatul Ulama.
Dengan program
ini, diharapkan pesantren akan mampu swadaya dalam memenuhi kebutuhan pesantren
sehari-hari. Bahkan, Widagdo berharap dengan adanya kemahiran santri dalam
mengelola pertanian, maka dari pesantren akan lahir wiraisahawan Muslim yang tangguh. PW NU Sumatera Utara
menyambut baik program tersebut.
”Kedaulatan dan Pemerataan Ekonomi” adalah salah satu sub tema Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33 yang telah dihelat di
Jombang, Jawa Timur tanggal 1-5 Agustus 2015 lalu. Dengan demikian, diharapkan
dalam waktu secepatnya, beberapa pesantren NU akan menjadi pilot proyek
pertanian.
Kemiskinan Nahdyin
Jumlah warga
Nahdlatul Ulama, menurut survei LSI (2013) sebanyak 86,4 juta jiwa. Menurut Wakil Presiden Yusuf Kalla, jumlah
warga NU (2015) sebanyak 89 juta jiwa. Dengan demikian, maka organisasi NU
menjadi Organisasi Islam terbesar di dunia.
Organisasi NU jauh lebih besar dari organisasi Islam di Mesir (70 juta)
maupun organisasi Islam di Malaysia (15 juta). Jumlah anggota yang besar dapat menjadi potensi atau menjadi petaka bagi organisasi. Pada
kenyataannya, sebagian besar warga NU yang berada di pedesaan adalah masyarakat
miskin.
Bagian
terbesar dari penduduk dunia bermata pencarian pertanian. Namun pertanian hanya
menyumbang 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Demikian juga di
Indonesia, pertanian menyediakan 44,3% lapangan kerja namun hanya menyumbang
17,3% dari PDB. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS), konstribusi sektor pertanian (di pedesaan) terhadap PDB turun
dari 15,6 persen pada tahun 2000 menjadi 14,4 persen pada tahun 2013. Sementara
pada priode yang sama, konstribusi sektor jasa (di perkotaan) naik dari 9,3
persen manjadi 11 persen.
Semakin
melebarnya ”gap” antara pedesaan dan perkotaan dapat pula dilihat dari ”rasio
gini” pedesaan dan perkotaan. Kesenjangan pendapatan antara pedesaan dengan
perkotaan cendrung meningkat. Pada tahun
2013 ”rasio gini” Indonesia mencapai
0,41 (skala 0-1) yang mengalami kenaikan
dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya hanya sebesar 0,35.
Dari kondisi
ini, dapat dipastikan pihak yang mengalami dampak kemiskinan yang siknifikan
adalah warga NU. Sebab di wilayah-wilayah yang termarjinalisasi itulah basis
pendukung NU. Akibatnya, semakin banyak warga NU merantau guna mencari
pekerjaan di kota atau di luar negeri. Kondisi ini, akan berbahaya karena lama-kelamaan akan merapuhkan soliditas serta
menghilangkan kepercayaan kepada NU baik
sebagai organisasi maupun sebagai kultur dan juga kepercayaan kepada
pemerintah.
Kalau
begitu, dimana posisi NU dalam perekomian Indonesia? Menurut Musthafa Helmy, NU adalah dipinggiran
yang jauh. Bila warga NU berbaris dalam barisan yang paling panjang di dunia,
namun keadaan warganya bisa disebut paling mengenaskan. Baju yang
compang-camping, seadanya. Badan kurus kendati bibir tetap komat kamit berzikir
kepada Allah.
Pertanian Pedesaan
Dalam laporan
World Development Report (WDR), terkait pertanian dan kemiskinan di pedesaan,
investasi sektor pertanian merupakan cara terbaik mengatasi kemiskinan di
pedesaan negara berkembang. Menurut WDR,
pertumbuhan PDB dari pertanian empat kali lebih efektif mengurangi kemiskinan
dibandingkan dengan pertumbuhan dari luar sektor itu. Artinya dengan analisa
ini, pertanian harus mendapat prioritas utama untuk bisa menyelesaikan
persoalan ekonomi rakyat keseluruhan. Karena sebagian mereka adalah warga NU,
maka perlu dorongan baik dari organisasi NU sendiri maupun dari pemegang
kebijakan.
Peningkatan
sektor pertanian seyogianya diselaraskan dengan peningkatan kapasitas
sumberdaya manusianya. Sebagai lingkaran
setan, kemiskinan berkorelasi dengan rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat
pendidikan ingtegral dengan kapasitas masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat pedesaan menurut Khofifah Indar
Prawamsa (Ketua Muslimat NU dan Menteri Sosial-RI) dapat dilakukan
dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga pendidikan NU.
Nahdlatul Ulama memiliki lembaga pendidikan formal dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi. NU memiliki 34 universitas, salah-satu
diantaranya berada di kota Medan. NU memiliki 117 sekolah tinggi, 21.064
pondok pesantren serta puluhan ribu
lembaga pendidikan menengah dan dasar.
Muslimat
(organisasi otonom) NU memiliki 10 Balai Latihan Kerja (BLK) yang mengajarkan
keterampilan bordir, menjahit, katering dan lainnya. Memiliki 9.800 taman
kanak-kanak (TK), 13.450 taman pendidikan Al-Quran (TPA), 1.500 pusat kegiatan
belajar masyarakat (PKBM), 4.600 pendidikan anak usia dini (PAUD) dan 36.000
majilis taklim. Muslimat NU juga mengelola 131 koperasi primer dan program life skill di 84 provinsi.
Model Pertanian NU
Model ekonomi
NU adalah ekonomi kerakyatan dalam
trilogi: growth-equity-sustainability.
Dalam kontekstualisasi kebangsaan Ahlussunnawah wal Jamaah, perekonomian NU
dijabarkan melalui pilar penyangga NU: (1) Aswaja,
(2) fikrah Nahdliyyah, (iii) Al-Kulliyaat al-Khams, (4) Mabadi Khaira Ummah, dan (5) Khiththah Nahdlyyah. Semuanya
memandatkan etos sosial ekonomi dengan karakter keadilan, kebersamaan,
kesetimbangan, kejujuran dan bahu-membahu.
Berdasarkan
lima pilar tersebut, NU menempatkan pertanian sebagai prioritas ekonomi
kerakyatan dengan membentuk lembaga pertaniaan NU. Lembaga Pertanian NU, dapat
melakukan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk dengan Kodam-I Bukit
Barisan. Para petani NU, semestinya harus berilmu, beramal, sederhana, mandiri
dan menumbuhkan persaudaraan dengan semua orang.
Tentang
kemandirian ekonomi, KH Hasyim Asy’ari
memberi perhatian lebih. Ia terlebih dahulu mendirikan mendirikan Nahdlatut Tujjar baru kemudian
mendirikan Nahdlatul Ulama. Nahdlatut
Tujjar adalah organisasi kebangkitan para pengusaha santri, yang bergerak diberbagai sektor seperti
pertanian, perdagangan dan lainnya.
Tahun 1917, telah dibentuk lembaga ekonomi Syirkah Muamalah (koperasi).
Hadratus Syaikh
Hasyim As’ari, terus mengajak para pengusaha, ilmuan dan ulama untuk menggerakkan ekonomi ummat.
Pada tahun 1918 ia telah meneriakkan kemandirian ekonomi : ”Wahai putera bangsa
yang cerdik pandai, ustadz yang mulia
mengapa kalian tidak mendirikan badan usaha ekonomi?” tantangnya. Jadi sebelum negara ini ada, sebelum UUD 1945
disahkah, sebelum Menko prekonomian dan menteri membidangi ekonomi ada, NU
sudah mencanangkan kemandirian ekonomi
termasuk kemandirian pertanian (ketahanan pengan).
Kenyataan mengatakan,
NU baik secara jam’iah maupun jama’ah belum juga mandiri. Masalahnya
menurut KH. Hazim Muzadi, mantan Ketua Umum PB NU: ”NU nasabnya bagus dapi
nasibnya tidak”. Apakah pimpinan NU dan pimpinan
pemerintahan sekarang ini, dapat merubah “nasib” NU? Biarkan waktu yang akan membutikan.***
* Tulisan Dr.Ir.Hamzah Lubis,SH.,M.Si berjudul : ” TNI-NU: Membangun Ekonomi Pertanian” telah dimuat pada SK. Prestasi
Reformasi, 3 Agustus 2015
Reformasi, 3 Agustus 2015
Sangat menginspirasi ustadz..ingin rasanya bljr keNUan kpd Ustadz..
ReplyDeleteNama : Romualdus Giantino Siagian
ReplyDeleteNIM :18202085
Jurusan :Teknik Mesin
Kelas : 4m3
Mata kuliah : Pengendalian Lingkungan Industri
Mayoritas pekerjaan masyarakat Indonesia yaitu sebagai petani. Membangun ekonomi dari sektor pertanian merupakan suatu langkah tepat, karena para petani bisa memenuhi kebutuhannya secara cukup. Tentu ini dapat membantu menyejahterakan rakyat dan mengurangi angka kemiskinan. Oleh karena itu, membangun ekonomi pertanian sangat perlu ditingkatkan.