Selain karena dampaknya terhadap ekonomi, alasan
lain yang memotivasi penurunan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil ialah
kelestarian lingkungan hidup. Bagian sebelumnya menggambarkan bahwa pembangunan
ekonomi bergantung pada stabilitas ketersediaan energi, sebagai salah satu wujud modal alam.
Namun, penjabaran tersebut hanya memberikan gambaran pada satu dimensi, yang
melihat lingkungan sebagai penyedia bahan pendukung proses produksi.
Dalam kenyataannya, ekosistem juga berfungsi sebagai
"bak penampung" terhadap berbagai limbah yang dihasilkan dari aktivitas
ekonomi, yakni dengan menyerap karbon, memurnikan air, mengelola risiko bencana
serta mengatur siklus hara (nutrient
cycling). Fungsi inilah yang kerap kali dilupakan orang. Bahkan, tidak
tertutup kemungkinan bahwa absennya pertumbuhan berkelanjutan dapat
lebih disebabkan oleh kemampuan alam dalam menyerap limbah manusia, bukan
karena keterbatasan bahan
mentah seperti energi fosil (Brock dan Taylor, 2004).
Setiap kali manusia membakar energi fosil, baik
minyak, gas maupun
batubara, karbon dioksida (CO2) yang tersimpan dalamperut bumi selama sedemikaan tahun dilepaskan ke
atrnosfer. Dalam siklus alamiahnya, karbon tersebut kembali diserap oleh
tumbuhan dan tanaman. Dengan demikian, ekosistem menampung berbagai residu yang
dihasilkan dan menjalani proses pemulihan diri (self recovery) tanpa
bantuan manusia. Namun, pesatnya aktivitas produksi, bertambahnya populasi,
arus urbanisasi, intensifikasi pertanian serta penggunaan transportasi membuat volume
karbon yang dilepaskan meningkat tajam, sehingga tumbuhan dan tanaman tidak
lagi mampu menyerapnya.
Hal tersebut diperparah dengan maraknya pembakaran
hutan dan penebangan pohon. Padahal, hutan merupakan "gudang karbon"
terbesar setelah
lautan. Jika hutan dirusak demi pembalakan liar dan konversi lahan untuk
pertanian, maka hutan-hutan tersebut melepaskan CO2 dan gas rumah
kaca lainnya dalam jumlah besar ke atmosfer. Estimasi World Wildlife Fund (WWF) menunjukkan bahwa
15-20 juta hektare hutan hilang setiap tahun, dan paling banyak terjadi pada
hutan tropis. Padahal, hutan tropis menyimpan lebih dari 210 gigaton karbon.
Akibatnya, deforestasi berkontribusi sebesar 20 persen dari total emisikarbon
global.
Grafik 2.2 beriktt
menampilkan perkembangan volume emisi CO2 dalam metrik ton (Mt) per
kapita dari beberapa negara berkembang. Pada Grafik 2.2 terlihat semua negara
tersebut mengemisi CO2 dalam jumlah yang terus meningkat dari tahun ke
tahun. Perkembangan seperti ini jelas mengkhawatirkan.
Meningkatnya konsentrasi CO2 dan
gas-gas lainnya di
atmosfer menyebabkan "efek rumah kaca", yang membuatsebagian panas
matahari tetap terperangkap di bumi. Seperti sulfur dioksida, nitrogen dioksida, nitrogen
monoksida, gas metana, serta kloforo karbon (CFC). Namun, di antara semua gas
tersebut, emisi yang berasal dari CO2 memberikan kontribusi paling besar
(sekitar 60 persen) terhadap pemanasan global dan perubahan iklim (Bank Dunia,
2007).
Grafik 2.2
Emisi CO2 (dalam metrik ton per kapita)
Semakin tinggi intensitas pembakaran energi
fosil, akan semakin tinggi pula konsentrasi gas-gas tersebut, sehingga semakin
besar panas yang terperangkap. Karena keadaan ini terjadi secara terus-menerus,
suhu bumi mengalami kenaikan sehingga terjadilah pemanasan global. Berdasarkan
data Institute for Environmental Studies, pemanasan global menimbulkan berbagai
dampak, seperti terlihat pada tabel.
Tabel 2.1
Dampak Perubahan Iklim
Hal sama diungkapkan oleh Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC).
Pada tahun 2007, IPCC
melaporkan terjadinya kenaikan sebesar 1.,1 - 6,4 derajat celcius pada
temperatur global yang akan mendorong kenaikan permukaan laut sekitar 16,5 -
53,8 cm pada tahun 2100.
Ini terjadi karena meningkatnya suhu air laut
akan mendorong kenaikan permukaan air.
Akibatnya, akan terdapat daratan yang hilang.
Menurut perkiraan, jika permukaan laut meningkat sekitar 1 cm, beberapa pulau
di wilayah Pasifik Selatan dan Samudera Hindia seluruhnya akan lenyap. Kenaikan
temperatur membuat iklim menjadi sulit diprediksi dan berisiko menyebabkan
cuaca ekstrem.
Kondisi meresahkan seperti ini tidak dapat dibiarkan
terus-menerus. Pemerintah di seluruh dunia telah sepakat, bahwa rata-rata
kenaikan suhu global tidak boleh melebihi 2 derajat celcius. Namun, dalam
kenyataannya, kebutuhan energi dunia akan terus meningkat, meskipun di tengah
gencarnya upaya efisiensi. Berdasarkan proyeksi US Energy Information
Administration dalam International Energy Outlook 2013, konsumsi energi
dunia akan meningkat sebesar 56 persen, yakni dari 524 quadrillion British
thermal unit (Btu) pada tahun 2010 hingga 630 quadrillion Btu di
tahun 2040. Tingginya kebutuhan energi tersebut terutama berasal dari
negara-negara dengan tingkat pertumbuhan tinggi, seperti China, India, Brasil,
dan Rusia. Meskipun beragam upaya untuk diversifikasi terus dilakukan, bahan
bakar fosil diprediksi akan terus menyuplai sekitar 80 persen dari penggunaan
energi dunia hingga tahun 2040.
Di sisi lain, kondisi bumi sudah semakin
memprihatinkan. Berdasarkan hasil pengamatan para ilmuwan, gas rumah kaca yang
berperan paling besar dalam pemanasan global telah mencapai titik tertinggi
dalam kurun waktu hampir 2 juta tahun. Para ilmuwan percaya bahwa hal ini 100
persen disebabkan oleh aktivitas manusia dalam bentuk pembakaran bahan bakar
fosil baik untuk transportasi maupun elektrifikasi. Harian The Jakarta
Post, 7l Mei 2013, "Greenhouse gas level highest in 2 million years".
Ini sejalan dengan fakta yang selama ini
menyatakan bahwa konsumsi dan produksi energi
memberikan kontribusi terbesar dalam perubahan iklim.
Sebenarnya, dampak perubahan iklim tidak seluruhnya
negatif. Di beberapa wilayah, perubahan iklim membawa dampak positif, seperti
musim dingin yang lebih hangat. Sayangnya, jauh lebih banyak wilayah di dunia
yang merasakan dampak negatifnya. Untuk itulah, manusia harus mengurangi
intensitas pembakaran energi fosil. Saat ini saja dunia sudah menggunakan 120
persen dari kapasitas yang dapat disediakan bumi ini secara berkelanjutan
setiap tahun. Ketika dunia belum memasuki tahap industrialisasi, dampak
lingkungan dari aktivitas manusia masih terbatas. Namun, paca Revolusi
Industri, dunia telah memasuki era di mana pertumbuhan ekonomi menjadi
indikator terpenting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Konsekuensinya, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer meningkat sekitar 40 persen
sejak Revolusi Industri tersebut dimulai.
Ketidakperdulian terhadap deplesi sumber daya alam
dan tingkat polusi demi mengejar laju pertumbuhan mendorong lahirnya gerakan
sosial. Memasuki akhir dari dekade 1960-an
dan awal dekade 1970-an, muncul berbagai gerakan para aktivis pencinta
lingkungan di negara-negara maju yang mengadvokasikan pelestarian alam. Pada
umumnya, mereka berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi dan berbagai
konsekuensinya menyebabkan kerusakan alam, yang justru akan berujung pada stagnasi
pertumbuhan. Gerakan tersebut juga memperoleh dukungan dari sekelompok
cendekiawan pimpinan Donella dan Denise Meadows.
Dalam buku fenomenal berjudul The Limits to Growth, Meadows
(1972) melaporkan hasil simulasi model komputernya yang menunjukkan bahwa
pertumbuhan aktivitas ekonomi tidak dapat berlangsung selamanya di planet
akibat keterbatasan sumber daya dan keterbatasan kemampuan mengatasi polusi. Dengan
demikian, konservasi lingkungan diperlukan untuk mengurangi dampak lingkungan
sampai pada tingkat di mana bumi memiliki kapasitas asimilatif yakni menampung residu
akibat aktivitas manusia.
Gerakan para aktivis lingkungan yang didukung dengan
temuan ilmiah tersebut memperoleh sentimen positif dari publik. Masyarakat
menilai bahwa ketidakmampuan ekosistem dalam menetralisir limbah dari aktivitas
ekonomi manusia merupakan akar penyebab dari sejumlah masalah yang timbul,
seperti pemanasan global dan fenomena perubahan iklim, penipisan sumber energi,
polusi serta kepunahan keanekaragaman hayati. Jika dibiarkan terus berlanjut,
kerusakan semacam ini akan mengancam kehidupan ras manusia di masa mendatang.
Oleh sebab itu, entitas bisnis, sebagai aktor utama
proses industrialisasi, harus mengakomodasi aspirasi yang sedang berkembang
dengan memberikan perhatian lebih pada lingkungan. Jika tidak, maka risikonya
akan kehilangan dukungan publik. Dalam sistem ekonomi berbasis pasar,
memperoleh dukungan masyarakat-sebagai pasar mereka tentu sangat penting demi
keberlangsungan bisnis.
Dengan demikian, harus dilakukan modifikasi terhadap
model sistem ekonomi yang berlaku selama ini. Menurut Thampapillai (1991),
dalam model sistem ekonomi tradisional, sumber daya alam tidak dimasukkan dalam
aktivitas ekonomi (Peraga 2.2). Sedangkan dalam model termodifikasi, lingkungan
hidup termasuk dalam siklus aktivitas sebagai salah satu aktor, sebagaimana
terlihat dalam Peraga 2.3.
Pada Peraga 2.3, Thampapillai menggambarkan bahwa ekonomi
adalah bagian
dari suatu sistem yang lebih besar.
Peraga 2.2
Model Sistem Ekonomi Tradisional
PERAGA
2.3 Model Sistem Ekonomi
Modifikasi
Oleh sebab
itu, lingkungan harus diperlakukan sejajar dengan tenaga kerja dan modal, yakni
sebagai aset sekaligus sumber daya. Rusaknya lingkungan secara otomatis akan
berakibat buruk bagi ekonomi. Dalam publikasinya bertajuk World Development Report, Bank
Dunia (1992) memaparkan
berbagai efek kerusakan terhadap produktivitas (Lihat Tabel 2,2).
Uraian di atas menunjukkan kini kita memahami bahwa pelestarian
alam diperlukan bukan untuk menghalangi aktivitas ekonomi manusia, tetapi
justru agar pembangunan berkelanjutan dapat diwujudkan. Sayangnya, pada titik
ini terjadi perbedaan pemahaman tentang pembangunan berkelanjutan.
Dalam
Brundtland Report (1990), The
World Commission on Environment and Development mendefinisikan pembangunan berkelanjutan
sebagai model pembangunan yang dapat mencukupi kebutuhan saat ini tanpa
menghilangkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Definisi
ini diterima oleh para pemimpin dunia dan pada bulan oktober 1987, di mana
tujuan dari pembangunan berkelanjutan disepakati oleh pemerintah dari 100
negara.
Tabel
2.2 Dampak Kerusakan Lingkungan Terhadap
Produktivitas
Di lain pihak, dari sudut pandang ekologis, definisi
tersebut tidak dapat diterima (Beder, 2002). Istilah "berkelanjutan"
seharusnya berarti menjaga integritas ekologi, yakni menjaga keselarasan
hubungan antara
manusia dengan alam dan sumber daya yang terkandung di dalamnya. Sedangkan
pengertian "berkelanjutan" yang disepakati oleh para elite politik
adalah "bagaimana menjamin keberlanjutan pasokan bahan mentah ketika
persediaan yang ada saat ini sudah habis".
Perbedaan pemahaman antara ekolog dan para negarawan
dapat dimaklumi. Sebagai ilmuwan, ekolog lebih menitikberatkan pada
keharmonisan hubungan di antara seluruh penghuni bumi. Di sisi lain, sebagai
politisi, para pemimpin negara tentu lebih mendahulukan kepentingan dunia usaha
mengingat peran mereka dalam memajukan ekonomi. Jika ekonomi maju, dengan sendirinya
rakyat akan sejahtera dan pemimpin memperoleh legitimasi mereka. Singkat kata,
bagi para negarawan, kesejahteraan hanya mungkin dicapai jika PDB bertumbuh.
Bagi ekolog, kesejahteraan tidak dapat diukur hanya
melalui peningkatan PDB. Kebahagiaan seorang manusia ditentukan oleh berbagai
faktor. Selain tingginya tingkat pendapatan, manusia juga membutuhkan
kesehatan, pendidikan, perumahan serta kualitas lingkungan hidup mereka. Itulah
sebabnya, banyak penelitian yang menemukan bahwa peningkatan PDB di negara maju
ternyata tidak diikuti oleh tingkat kebahagiaan rakyatnya (Everett et al,2010).
Kebanyakan orang menganggap bahwa kesehatan
merupakan determinan paling utama dalam mencapai kebahagiaan. Anggapan semacam
ini masuk akal. Orang tidak dapat memperoleh pendidikan memadai, rumah layak
huni serta pendapatan yang cukup jika kondisi tubuhnya tidak sehat. Pada
akhirnya, pembangunan pun tidak akan terlaksana dengan baik jika rakyatnya
rentan terhadap serangan penyakit. Jadi, menjaga kelestarian lingkungan menjadi
faktor terpenting, mengingat kerusakan alam berdampak buruk bagi kesehatan
manusia.
Kesadaran semacam ini sebenarnya bukan hal baru.
Pada abad ke-13, Kerajaan Inggris melarang pembakaran batubara di kota London
karena dianggap berefek buruk terhadap Kesehatan masyarakatnya
(Brimblecombe,1999). Dalam rentang waktu sekitar 800 tahun, seiring dengan
perkembangan ilmu kimia, biologi dan kedokteran, kini hampir semua negara di
dunia baru menyadari pentingnya kebijakan yang bertujuan pelestarian alam, demi
menjaga kesehatan, bahkan meningkatkan ekspektasi hidup masyarakatnya.
Dalam buku tahunan berjudul Emerging Issues in
Oar Global Environment, United Nation Environmental Programme (2013) memaparkan
berbagai jenis penyakit yang berpotensi diderita manusia sehubungan dengan
degradasi lingkungan, sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3 berikut.
Mewabahnya
berbagai bentuk penyakit akibat degradasi lingkungan tentu mengakibatkan
kerugian finansial. Oleh sebab itu, langkah aktif dalam menurunkan tingkat
polusi di seluruh dunia sudah tidak dapat ditawar lagi. Bagi Indonesia, salah
satu langkah yang tersedia ialah menjaga kelestarian hutan, mengingat hutan
mampu mereduksi tingkat polusi. Terlebih dalam hal ini, Indonesia memiliki
peran kunci pada tingkat global karena, di satu sisi, negeri ini merupakan
penghasil emisi CO2 ketiga terbesar di dunia setelah AS dan China
namun, di sisi lain, Tanah Air kita merupakan salah satu negara dengan areal
hutan terluas dibanding total wilayahnya, sehingga memiliki keaneka- ragaman
flora dan fauna terkaya di dunia United States Agency for International
Development (USAID, 2008).
TABEL 2.3 Dampak Degradasi Lingkungan terhadap
Kesehatan
Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2003), 24 miliar ton stok
karbon tersimpan dalam tumbuhan dan tanah, di mana 80 persen dari jumlah
tersebut tersimpan di dalam hutan yang tersebar di seluruh Nusantara. Namun,
berdasarkan catatan Kementerian Kehutanan (2006), dari 108 juta hektar hutan di
Tanah Air, hampir setengahnya berada dalam kondisi memprihatinkan. Perubahan
penggunaan lahan dan deforestasi (land
use, land-use
change and forestry/LULUCF) diperkirakan mencapai
sekitar 2 juta
hektar per tahun, yang mengakibatkan terlepasnya karbon dalam
jumlah besar (Bank Dunia, 2000).
Deforestasi dan konversi lahan berkontribusi sekitar
75 persen terhadap emisi CO2 di sektor kehutanan di Indonesia. Sedangkan
konsumsi energi dan proses industri yang berhubungan dengan hutan masing-masing
hanya menyumbang 23 dan 2 persen. Sebagian besar, yakni 57 persen, dari
deforestasi dan
konversi lahan disebabkan oleh kebakaran hutan.page et al (2002) mencatat bahwa
kebakaran hutan pada tahun 1997 saja mengakibatkan terlepasnya 3.000 hingga
9.000 metric ton (Mt) CO2 ke atmosfer. Secara rata-rata, sekitar
1.400 Mc terlepas selama musim
bakar hutan tahunan dan 600 Mt terlepas setiap tahun akibat dekomposisi lahan
gambut.
Komunitas global menaruh perhatian besar terhadap
tingginya akselerasi deforestasi di Indonesia. Menurut WWF hampir 90 persen
deforestasi global terjadi hanya di 10 negara, di mana Brasil dan Indonesia
menyumbang 51 persen emisi yang berasal dari kegundulan hutan. Bukti nyata lain
ialah berkurangnya luas hutan di Tanah Air, di mana pada tahun 1990 hampir 65
persen wilayah daratan Indonesia merupakan hutan. Namun, angkanya tinggal 48
persen di tahun 2006.
Grafik 2.3.
Kontribusi Emisi GRK
Maka tidak heran, berbeda dengan negara-negara lain
di mana energi menjadi sumber emisi gas rumah kaca, di Indonesia (dan di
Brasil), deforestasi dan konversi lahan merupakan kontributor emisi terbesar
(Grafik 2.3). Sektor kehutanan (LULUCF terutama deforestasi) mengemisi 85
persen dari total emisi
GRK per tahun di Tanah Air dan menyumbang 34 persen dari emisi LULUCF seluruh
dunia. Sedangkan di AS, China, Rusia, dan India, sektor energilah yang menjadi
penyumbang terbesar emisi GRK, yakni berturut-turut sebesar 96, 74, 87, dan 67
persen.
Bagi Indonesia, sektor energi merupakan kontributor
emisi terbesar kedua. Jika dilihat angkanya, sektor energi memang hanya
menyumbang sekitar 9 persen, namun akselerasinya diperkirakan akan meningkat.
Emisi energi-yang berasal dari sektor industri, pembangkit listrik, dan
transportasi-akan bertumbuh dengan sangat cepat seiring dengan hasrat untuk
mengejar pertumbuhan tinggi. Tanpa adanya upaya mereduksi ketergantungan
terhadap bahan bakar fosil, emisi dari sektor energi diperkirakan akan
bertumbuh sangat kuat, dari sekitar 275 Mt CO2 pada tahun 2003
menjadi sekitar 716
pada tahun 2030.
Lebih jauh, perlu dicatat bahwa reduksi GRK juga
penting bagi sektor energi itu sendiri. World Energy Council (2A14) mencatat
berbagai potensi dampak negatif dari perubahan iklim terhadap sektor tersebut.
1.
Dampak terhadap pembangkit listrik.
Kenaikan temperatur akan mengurangi efisiensi dalam
konversi energi. Selain itu, meningkatnya suhu air-yang diperlukan untuk
mendinginkan fasilitas pembangkit-akan menurunkan kapasitas produksi.
2.
Dampak terhadap jalur pipa distribusi energi.
Kenaikan permukaan laut mengancam infrastruktur
transportasi energi yang berada di wilayah pesisir. Hal ini dapat memaksa
distribusi energi untuk membangun jalur pipa baru, yang jelas akan membutuhkan
biaya besar.
3.
Dampak terhadap jaringan listrik.
Perubahan cuaca ekskem, angin kencang bahkan semakin
sering, dan parahnya bencana alam berpotensi merusak jaringan listrik.
4.
Dampak terhadap pengembangan energi terbarukan, terutama pembangkit hidro dan
tenaga surya.
Perubahan pola hujan mengancam stabilitas siklus
hidrologi, yang merupakan penopang bagi pembangkit hidro serta mengurangi
kinerja perlengkapan tenaga surya. Selain itu, petir yang besar dapat merusak
perlengkapan.
Dengan demikian, bagi Indonesia, sektor kehutanan
dan energi harus mendapat perhatian khusus dalam penanganan perubahan iklim.
Untuk sektor kehutanan, permasalahan deforestasi terletak pada pandangan yang
menganggap bahwa penggunaan nonhutan lebih menguntungkan daripada penggunaan
hutan. Maka tidak heran, pembalakan liar dan industri perkebunan kayu terus
bertumbuh di Tanah Air. Selain berbagai ekstraksi kayu tersebut, aktivitas lain
ialah ekspansi pertanian berupa penanaman sawit dan karet juga berkembang
seiring dengan tingginya permintaan dunia. Tanpa adanya penguatan insitusi,
pemberantasan korupsi serta pengurangan kemiskinan, maka kehancuran hutan akan
terus berlanjut. Sedangkan di sektor energi, pengembangan energi alternatif dan
penghematan energi harus menjadi agenda utama Pemerintah dalam menurunkan tingkat
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Jika Pemerintah tidak menerapkan penangangan khusus terhadap
sektor-sektor ini (business as usual), maka dampak perubahan iklim akan
semakin merugikan Indonesia. Sari et al (2007) mengemukakan berbagai
dampak negatif pemanasan global bagi Indonesia, yang diperoleh dari berbagai
kajian ilmiah. Berbagai temuan dipaparkan dalam Tabel 2.4.berikut.
Dari tabel terlihat bahwa perubahan iklim memiliki
dampak yang sangat serius bagi ekonomi Indonesia. Dengan demikian, terdapat
insentif yang semakin besar bagi semua elemen bangsa untuk menanggulangi
pemanasan global.
Sumber:
Donny
Yoesgiantoro.2017.Kebijakan Energi Lingkungan.Jakarta: LP3ES, hal.30-41
Tugas mandiri:
1. Jelaskan pengertian bahwa ekosistem juga berfungsi sebagai bak “penampung”
dari berbagai limbah aktifitas ekonomi?
2. Jelaskan hubungan pemakaian bahan bakar fosil dengan pemanasan global?
3. Jelaskan hubungan kenaikan temperatur bumi dengan dengan perubahan iklim?
4. Jelaskan hubungan kerusakan lingkungan, gerakan penyelamatan lingkungan dan
bisnis model ke depan?
5. Jelaskan sistem ekonomi tradisional yang tidak memasukkan sumberdaya alam
dengan sistem ekonomi modifikasi yang memasukkan sumberdaya alam di dalamnya?
6. Jelaskan pemahaman pembangunan “berkelanjutan” dalam kacamata ekolog dan
kacarama pilitisi?
7. Jelaskan pandangan anda, bahwa kerajaan Inggris pada abad ke-13 sudah
melarang pemakaian batubara di kota London karena dianggap berefek negatif
terhadap kesehatan masyarakat dengan sebagain sebagian besar pembangkit energi
Indonesia memakai bahan bakar batubara?
8. Jelaskan dampak negatif perubahan iklim?
Nama : Muhammad Dendy Agusdiandy
ReplyDeleteNIM : 17 202 061
Mata Kuliah : Audit dan Efisiensi Energi
Jawaban:
1. Ekosistem juga berfungsi sebagai bak “penampung” dari berbagai limbah aktifitas ekonomi yakni dengan menyerap karbon, memurnikan air, mengelola risiko bencana serta mengatur siklus hara (nutrient cycling).
2. Hubungan pemakaian bahan bakar fosil dengan pemanasan global yakni Semakin tinggi intensitas pembakaran energi fosil, akan semakin tinggi pula konsentrasi gas-gas CO2 dan lainnya menyebabkan "efek rumah kaca", yang membuat sebagian panas matahari tetap terperangkap di bumi. Karena keadaan ini terjadi secara terus-menerus, suhu bumi mengalami kenaikan sehingga terjadilah pemanasan global.
3. Hubungan kenaikan temperatur bumi dengan dengan perubahan iklim yakni ketika temperatur bumi meningkat terjadi juga peningkatan suhu air laut yang akan mendorong kenaikan permukaan air. Akibatnya, akan terdapat daratan yang hilang dan kenaikan temperatur membuat iklim menjadi sulit diprediksi dan berisiko menyebabkan cuaca ekstrem.
4. Kerusakan lingkungan mendorong para aktivitis lingkungan untuk bergerak melakukan penyelamatan lingkungan serta entitas bisnis yang juga sebagai aktor utama proses industrialisasi, mengakomodasi aspirasi yang sedang berkembang dengan memberikan perhatian lebih pada lingkungan jika tidak, maka risikonya akan kehilangan dukungan publik. Dalam sistem ekonomi berbasis pasar, memperoleh dukungan masyarakat-sebagai pasar mereka tentu sangat penting demi keberlangsungan bisnis model kedepan.
5. Dalam model sistem ekonomi tradisional, sumber daya alam tidak dimasukkan dalam aktivitas ekonomi sebab masyarakat mengandalkan hasil alam dan tenaga manusia metode pertukaran barang juga masih sitem barter. Sistem ekonomi modifikasi yang memasukkan sumberdaya alam di dalamnya yakni karena sumber daya alam sebagai aset sekaligus sumber daya jangka panjang, rusaknya lingkungan secara otomatis akan berakibat buruk bagi ekonomi.
6. Dalam kacamata ekolog lebih menitikberatkan pada keharmonisan hubungan di antara seluruh penghuni bumi dan kesejahteraan tidak dapat diukur hanya melalui peningkatan PDB. Selain tingginya tingkat pendapatan, manusia juga membutuhkan kesehatan, pendidikan, perumahan serta kualitas lingkungan hidup mereka. Bagi politisi, jika ekonomi maju, dengan sendirinya rakyat akan sejahtera dan pemimpin memperoleh legitimasi mereka, bagi para negarawan, kesejahteraan hanya mungkin dicapai jika PDB bertumbuh.
7. Pandangan saya yakni larangan ini suatu kebijakan yang tentunya bertujuan pelestarian alam, demi menjaga kesehatan, bahkan meningkatkan ekspektasi hidup masyarakatnya. Tingginya angka polusi yang dimiliki Indonesia karena penggunaan bahan bakar batu bara sebagai pembangkit salah satu cara untuk meminimalisir dengan tetap menjaga kelestarian hutan, mengingat hutan mampu mereduksi tingkat polusi.
8. Dampak negatif perubahan iklim yakni kenaikan temperatur akan mengurangi efisiensi dalam konversi energi. Selain itu, meningkatnya suhu air-yang diperlukan untuk mendinginkan fasilitas pembangkit-akan menurunkan kapasitas produksi, kenaikan permukaan laut mengancam infrastruktur transportasi energi yang berada di wilayah pesisir dan angin kencang berpotensi merusak jaringan listrik.
Nama : Gopit Hutasoit
ReplyDeleteNIM : 17 202 153
Mata Kuliah : Audit dan Efisiensi Energi
Jawaban:
1. Ekosistem juga berfungsi sebagai bak “penampung” dari berbagai limbah aktifitas ekonomi yakni dengan menyerap karbon, memurnikan air, mengelola risiko bencana serta mengatur siklus hara (nutrient cycling).
2. Hubungan pemakaian bahan bakar fosil dengan pemanasan global yakni Semakin tinggi intensitas pembakaran energi fosil, akan semakin tinggi pula konsentrasi gas-gas CO2 dan lainnya menyebabkan "efek rumah kaca", yang membuat sebagian panas matahari tetap terperangkap di bumi. Karena keadaan ini terjadi secara terus-menerus, suhu bumi mengalami kenaikan sehingga terjadilah pemanasan global.
3. Hubungan kenaikan temperatur bumi dengan dengan perubahan iklim yakni ketika temperatur bumi meningkat terjadi juga peningkatan suhu air laut yang akan mendorong kenaikan permukaan air. Akibatnya, akan terdapat daratan yang hilang dan kenaikan temperatur membuat iklim menjadi sulit diprediksi dan berisiko menyebabkan cuaca ekstrem.
4. Kerusakan lingkungan mendorong para aktivitis lingkungan untuk bergerak melakukan penyelamatan lingkungan serta entitas bisnis yang juga sebagai aktor utama proses industrialisasi, mengakomodasi aspirasi yang sedang berkembang dengan memberikan perhatian lebih pada lingkungan jika tidak, maka risikonya akan kehilangan dukungan publik. Dalam sistem ekonomi berbasis pasar, memperoleh dukungan masyarakat-sebagai pasar mereka tentu sangat penting demi keberlangsungan bisnis model kedepan.
5. Dalam model sistem ekonomi tradisional, sumber daya alam tidak dimasukkan dalam aktivitas ekonomi sebab masyarakat mengandalkan hasil alam dan tenaga manusia metode pertukaran barang juga masih sitem barter. Sistem ekonomi modifikasi yang memasukkan sumberdaya alam di dalamnya yakni karena sumber daya alam sebagai aset sekaligus sumber daya jangka panjang, rusaknya lingkungan secara otomatis akan berakibat buruk bagi ekonomi.
6. Dalam kacamata ekolog lebih menitikberatkan pada keharmonisan hubungan di antara seluruh penghuni bumi dan kesejahteraan tidak dapat diukur hanya melalui peningkatan PDB. Selain tingginya tingkat pendapatan, manusia juga membutuhkan kesehatan, pendidikan, perumahan serta kualitas lingkungan hidup mereka. Bagi politisi, jika ekonomi maju, dengan sendirinya rakyat akan sejahtera dan pemimpin memperoleh legitimasi mereka, bagi para negarawan, kesejahteraan hanya mungkin dicapai jika PDB bertumbuh.
7. Pandangan saya yakni larangan ini suatu kebijakan yang tentunya bertujuan pelestarian alam, demi menjaga kesehatan, bahkan meningkatkan ekspektasi hidup masyarakatnya. Tingginya angka polusi yang dimiliki Indonesia karena penggunaan bahan bakar batu bara sebagai pembangkit salah satu cara untuk meminimalisir dengan tetap menjaga kelestarian hutan, mengingat hutan mampu mereduksi tingkat polusi.
8. Dampak negatif perubahan iklim yakni kenaikan temperatur akan mengurangi efisiensi dalam konversi energi. Selain itu, meningkatnya suhu air-yang diperlukan untuk mendinginkan fasilitas pembangkit-akan menurunkan kapasitas produksi, kenaikan permukaan laut mengancam infrastruktur transportasi energi yang berada di wilayah pesisir dan angin kencang berpotensi merusak jaringan listrik.
Nama : Herbet Darusman Sihite
ReplyDeleteNIM : 17202065
Mata Kuliah : Audit dan Efisiensi Energi
Jawaban:
1.fungsi ekosistem sebagai bak “penampung” dari berbagai limbah aktifitas ekonomi yakni dengan menyerap karbon, memurnikan air, mengelola risiko bencana serta mengatur siklus hara.
2. Hubungan pemakaian bahan bakar fosil dengan pemanasan global yaitu Semakin tinggi intensitas pembakaran energi fosil, maka semakin tinggi pula konsentrasi gas-gas CO2 dan lainnya menyebabkan "efek rumah kaca", yang membuat sebagian panas matahari tetap terperangkap di bumi.
3. Hubungan kenaikan temperatur bumi dengan dengan perubahan iklim yakni ketika temperatur bumi meningkat terjadi juga peningkatan suhu air laut yang akan mendorong kenaikan permukaan air. Akibatnya, akan terdapat daratan yang hilang dan kenaikan temperatur membuat iklim menjadi sulit diprediksi dan berisiko menyebabkan cuaca ekstrem.
4. Kerusakan lingkungan mendorong para aktivitis lingkungan untuk bergerak melakukan penyelamatan lingkungan serta entitas bisnis yang juga sebagai aktor utama proses industrialisasi, mengakomodasi aspirasi yang sedang berkembang dengan memberikan perhatian lebih pada lingkungan jika tidak, maka risikonya akan kehilangan dukungan publik. Dalam sistem ekonomi berbasis pasar, memperoleh dukungan masyarakat-sebagai pasar mereka tentu sangat penting demi keberlangsungan bisnis model kedepan.
5. Dalam model sistem ekonomi tradisional, sumber daya alam tidak dimasukkan dalam aktivitas ekonomi sebab masyarakat mengandalkan hasil alam dan tenaga manusia metode pertukaran barang juga masih sitem barter. Sistem ekonomi modifikasi yang memasukkan sumberdaya alam di dalamnya yakni karena sumber daya alam sebagai aset sekaligus sumber daya jangka panjang, rusaknya lingkungan secara otomatis akan berakibat buruk bagi ekonomi.
6. Dalam kacamata ekolog lebih menitikberatkan pada keharmonisan hubungan di antara seluruh penghuni bumi dan kesejahteraan tidak dapat diukur hanya melalui peningkatan PDB. Selain tingginya tingkat pendapatan, manusia juga membutuhkan kesehatan, pendidikan, perumahan serta kualitas lingkungan hidup mereka. Bagi politisi, jika ekonomi maju, dengan sendirinya rakyat akan sejahtera dan pemimpin memperoleh legitimasi mereka, bagi para negarawan, kesejahteraan hanya mungkin dicapai jika PDB bertumbuh.
7. Pandangan saya yakni larangan ini suatu kebijakan yang tentunya bertujuan pelestarian alam, demi menjaga kesehatan, bahkan meningkatkan ekspektasi hidup masyarakatnya. Tingginya angka polusi yang dimiliki Indonesia karena penggunaan bahan bakar batu bara sebagai pembangkit salah satu cara untuk meminimalisir dengan tetap menjaga kelestarian hutan, mengingat hutan mampu mereduksi tingkat polusi.
8. Dampak negatif perubahan iklim yakni kenaikan temperatur akan mengurangi efisiensi dalam konversi energi. Selain itu, meningkatnya suhu air-yang diperlukan untuk mendinginkan fasilitas pembangkit-akan menurunkan kapasitas produksi, kenaikan permukaan laut mengancam infrastruktur transportasi energi yang berada di wilayah pesisir dan angin kencang berpotensi merusak jaringan listrik.
Nama : Bintang kelana putra
ReplyDeleteNIM : 17202116
Mata kuliah : Audit dan Efisiensi Energi.
Jawaban :
1. Maksudnya adalah limbah yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi, yakni dengan menyerap karbon, memurnikan air, mengelola risiko bencana serta mengatur siklus hara (nutrient cycling).
2. Semakin tinggi intensitas pembakaran energi fosil, akan semakin tinggi pula konsentrasi gas-gas tersebut, sehingga semakin besar panas yang terperangkap. Karena keadaan ini terjadi secara terus-menerus, suhu bumi mengalami kenaikan sehingga terjadilah pemanasan global.
3. Temperatur bumi meningkat terjadi juga peningkatan suhu air laut yang akan mendorong kenaikan permukaan air. Akibatnya, akan terdapat daratan yang hilang dan kenaikan temperatur membuat iklim menjadi sulit diprediksi dan berisiko menyebabkan cuaca ekstrim.
4. Kerusakan lingkungan mendorong para aktivitis lingkungan untuk bergerak melakukan penyelamatan lingkungan serta entitas bisnis yang juga sebagai aktor utama proses industrialisasi, mengakomodasi aspirasi yang sedang berkembang dengan memberikan perhatian lebih pada lingkungan jika tidak, maka risikonya akan kehilangan dukungan publik. Dalam sistem ekonomi berbasis pasar, memperoleh dukungan masyarakat-sebagai pasar mereka tentu sangat penting demi keberlangsungan bisnis model kedepan.
5. Dalam model sistem ekonomi tradisional, sumber daya alam tidak dimasukkan dalam aktivitas ekonomi sebab masyarakat mengandalkan hasil alam dan tenaga manusia metode pertukaran barang juga masih sitem barter. Sistem ekonomi modifikasi yang memasukkan sumberdaya alam di dalamnya yakni karena sumber daya alam sebagai aset sekaligus sumber daya jangka panjang, rusaknya lingkungan secara otomatis akan berakibat buruk bagi ekonomi.
6. Dalam kacamata ekolog lebih menitikberatkan pada keharmonisan hubungan di antara seluruh penghuni bumi dan kesejahteraan tidak dapat diukur hanya melalui peningkatan PDB. Selain tingginya tingkat pendapatan, manusia juga membutuhkan kesehatan, pendidikan, perumahan serta kualitas lingkungan hidup mereka. Bagi politisi, jika ekonomi maju, dengan sendirinya rakyat akan sejahtera dan pemimpin memperoleh legitimasi mereka, bagi para negarawan, kesejahteraan hanya mungkin dicapai jika PDB bertumbuh.
7. Pandangan saya yakni larangan ini suatu kebijakan yang tentunya bertujuan pelestarian alam, demi menjaga kesehatan, bahkan meningkatkan ekspektasi hidup masyarakatnya. Tingginya angka polusi yang dimiliki Indonesia karena penggunaan bahan bakar batu bara sebagai pembangkit salah satu cara untuk meminimalisir dengan tetap menjaga kelestarian hutan, mengingat hutan mampu mereduksi tingkat polusi.
8. Dampak negatif perubahan iklim yakni kenaikan temperatur akan mengurangi efisiensi dalam konversi energi. Selain itu, meningkatnya angin kencang berpotensi merusak jaringan listrik.suhu air-yang diperlukan untuk mendinginkan fasilitas pembangkit-akan menurunkan kapasitas produksi, kenaikan permukaan laut mengancam infrastruktur transportasi energi yang berada di wilayah pesisir .
Nama : Muhammad Andika
ReplyDeleteNIM : 17202130
MKE : Audit dan Efisiensi Energi
1. Ekosistem juga berfungsi sebagai bak “penampung” dari berbagai limbah aktifitas ekonomi Adalah dengan menyerap karbon, memurnikan air, mengelola risiko bencana serta mengatur siklus hara (nutrient cycling).
2. Hubungan pemakaian bahan bakar fosil dengan pemanasan global yakni Setiap kali manusia memakai bahan bakar (energi) fosil, baik minyak, gas maupun batubara, karbon dioksida (CO2) maka semakin tinggi konsentrasi gas- gas efek rumah kaca yang akan menyebabkan pemanasan global.
3. Hubungan kenaikan temperatur bumi dengan perubahan iklim yaitu Semakin tinggi kenaikan temperatur bumi akan menyebabkan kenaikan permukaan air laut, sehingga menyebabkan beberapa daratan hilang dan akan menyebabkan perubahan iklim seperti perubahan temperatur.
4.Hubungan kerusakan lingkungan, gerakan penyelamatan lingkungan dan bisnis model ke depan erat hubungannya karena Kerusakan lingkungan mendorong para aktivitis lingkungan untuk bergerak melakukan penyelamatan lingkungan serta entitas bisnis yang juga sebagai aktor utama proses industrialisasi, mengakomodasi aspirasi yang sedang berkembang dengan memberikan perhatian lebih pada lingkungan. Dalam sistem ekonomi berbasis pasar, memperoleh dukungan masyarakat-sebagai pasar mereka tentu sangat penting demi keberlangsungan bisnis model kedepan.
5.- Dalam model sistem ekonomi tradisional yaitu sumber daya alam tidak dimasukkan dalam aktivitas ekonomi sebab masyarakat mengandalkan hasil alam dan tenaga manusia metode pertukaran barang juga masih sitem barter.
- Sistem ekonomi modifikasi yang memasukkan sumberdaya alam di dalamnya yaitu karena sumber daya alam sebagai aset sekaligus sumber daya jangka panjang, rusaknya lingkungan secara otomatis akan berakibat buruk bagi ekonomi.
6.-Dalam kacamata ekolog yakni lebih menitikberatkan pada keharmonisan hubungan di antara seluruh penghuni bumi dan kesejahteraan tidak dapat diukur hanya melalui peningkatan PDB. Selain tingginya tingkat pendapatan, manusia juga membutuhkan kesehatan, pendidikan, perumahan serta kualitas lingkungan hidup mereka.
-Dalam kacamata politisi, yakni jika ekonomi maju, dengan sendirinya rakyat akan sejahtera dan pemimpin memperoleh legitimasi mereka, bagi para negarawan, kesejahteraan hanya mungkin dicapai jika PDB bertumbuh.
7.Pandangan saya yakni kebijakan larangan ini merupakan kebijakan yang mempertimbangkan kondisi lingkungan yang terus mengalami penurunan kualitas,menambah gas" efek rumah kaca dan dampak negatif lainnya akibat pemakaian batu bara,dimana larangan ini merupakan kebijakan yang tepat. Besarnya persentase penggunaan batu bara di Indonesia khususnya pembangkit energi akan menimbulkan banyak dampak negatif seperti pencemaran udara diharapkan kedepannya penggunaan batu bara di Indonesia terus melakukan Pengoptimalan dan pengolahan yang lebih baik.
8.Dampak negatif perubahan iklim yakni seperti perubahan cuaca yang ekstrim sehingga menyebabkan bencana alam, serta Meningkatnya penyakit pernapasan.Dan Perubahan iklim juga akan memberikan dampak negatif terhadap usaha pertanian.
8. Dampak negatif perubahan iklim yakni kenaikan temperatur akan mengurangi efisiensi dalam konversi energi. Selain itu, meningkatnya suhu air-yang diperlukan untuk mendinginkan fasilitas pembangkit-akan menurunkan kapasitas produksi, kenaikan permukaan laut mengancam infrastruktur transportasi energi yang berada di wilayah pesisir dan angin kencang berpotensi merusak jaringan listrik.
ReplyDeleteNama : Afif Nugraha Arfandi
ReplyDeleteNim : 17 202 141
Mata Kuliah : Audit dan Efisiensi Energi
1). Ekosistem juga berfungsi sebagai bak “penampung” dari berbagai limbah aktifitas ekonomi yakni dengan menyerap karbon, memurnikan air, mengelola risiko bencana serta mengatur siklus hara (nutrient cycling).
2). Hubungan pemakaian bahan bakar fosil dengan pemanasan global yakni Semakin tinggi intensitas pembakaran energi fosil, akan semakin tinggi pula konsentrasi gas-gas CO2 dan lainnya menyebabkan "efek rumah kaca", yang membuat sebagian panas matahari tetap terperangkap di bumi. Karena keadaan ini terjadi secara terus-menerus, suhu bumi mengalami kenaikan sehingga terjadilah pemanasan global.
3). Hubungan kenaikan temperatur bumi dengan dengan perubahan iklim yakni ketika temperatur bumi meningkat terjadi juga peningkatan suhu air laut yang akan mendorong kenaikan permukaan air. Akibatnya, akan terdapat daratan yang hilang dan kenaikan temperatur membuat iklim menjadi sulit diprediksi dan berisiko menyebabkan cuaca ekstrem.
4). Kerusakan lingkungan mendorong para aktivitis lingkungan untuk bergerak melakukan penyelamatan lingkungan serta entitas bisnis yang juga sebagai aktor utama proses industrialisasi, mengakomodasi aspirasi yang sedang berkembang dengan memberikan perhatian lebih pada lingkungan jika tidak, maka risikonya akan kehilangan dukungan publik. Dalam sistem ekonomi berbasis pasar, memperoleh dukungan masyarakat-sebagai pasar mereka tentu sangat penting demi keberlangsungan bisnis model kedepan.
5). * Dalam model sistem ekonomi tradisional yaitu sumber daya alam tidak dimasukkan dalam aktivitas ekonomi sebab masyarakat mengandalkan hasil alam dan tenaga manusia metode pertukaran barang juga masih sitem barter.
* Sistem ekonomi modifikasi yang memasukkan sumberdaya alam di dalamnya yaitu karena sumber daya alam sebagai aset sekaligus sumber daya jangka panjang, rusaknya lingkungan secara otomatis akan berakibat buruk bagi ekonomi.
6). Dalam kacamata ekolog lebih menitikberatkan pada keharmonisan hubungan di antara seluruh penghuni bumi dan kesejahteraan tidak dapat diukur hanya melalui peningkatan PDB. Selain tingginya tingkat pendapatan, manusia juga membutuhkan kesehatan, pendidikan, perumahan serta kualitas lingkungan hidup mereka. Bagi politisi, jika ekonomi maju, dengan sendirinya rakyat akan sejahtera dan pemimpin memperoleh legitimasi mereka, bagi para negarawan, kesejahteraan hanya mungkin dicapai jika PDB bertumbuh.
7). Pandangan saya yaitu kebijakan ini diambil tentunya untuk lebih memperhatikan Kondisi lingkungan yang semakin hari semakin Buruk dan berdampak bagi kesehatan manusia.Karena itu diperlukan kebijakan seperti itu Untuk menjaga kesehatan dan menekan angka polusi di negara tersebut.Tingginya Angka Polusi di Indonesia dikarenakan salah satunya penggunaan bahan bakar batu bara sebagai pembangkit dapat di minimalisir dengan tetap menjaga kelestarian Hutan,mengingat hutan mampu mereduksi tingkat polusi
8). Dampak negatif perubahan iklim yakni kenaikan temperatur akan mengurangi efisiensi dalam konversi energi. Selain itu, meningkatnya suhu air-yang diperlukan untuk mendinginkan fasilitas pembangkit-akan menurunkan kapasitas produksi, kenaikan permukaan laut mengancam infrastruktur transportasi energi yang berada di wilayah pesisir dan angin kencang berpotensi merusak jaringan listrik.