MK.AEE-12. SISTEM EKONOMI LINGKUNGAN


Selain karena dampaknya terhadap ekonomi, alasan lain yang memotivasi penurunan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil ialah kelestarian lingkungan hidup. Bagian sebelumnya menggambarkan bahwa pembangunan ekonomi bergantung pada stabilitas ketersediaan energi, sebagai salah satu wujud modal alam. Namun, penjabaran tersebut hanya memberikan gambaran pada satu dimensi, yang melihat lingkungan sebagai penyedia bahan pendukung proses produksi.
Dalam kenyataannya, ekosistem juga berfungsi sebagai "bak penampung" terhadap berbagai limbah yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi, yakni dengan menyerap karbon, memurnikan air, mengelola risiko bencana serta mengatur siklus hara (nutrient cycling). Fungsi inilah yang kerap kali dilupakan orang. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan bahwa absennya pertumbuhan berkelanjutan dapat lebih disebabkan oleh kemampuan alam dalam menyerap limbah manusia, bukan karena keterbatasan bahan mentah seperti energi fosil (Brock dan Taylor, 2004).
Setiap kali manusia membakar energi fosil, baik minyak, gas maupun batubara, karbon dioksida (CO2) yang tersimpan dalamperut bumi selama sedemikaan tahun dilepaskan ke atrnosfer. Dalam siklus alamiahnya, karbon tersebut kembali diserap oleh tumbuhan dan tanaman. Dengan demikian, ekosistem menampung berbagai residu yang dihasilkan dan menjalani proses pemulihan diri (self recovery) tanpa bantuan manusia. Namun, pesatnya aktivitas produksi, bertambahnya populasi, arus urbanisasi, intensifikasi pertanian serta penggunaan transportasi membuat volume karbon yang dilepaskan meningkat tajam, sehingga tumbuhan dan tanaman tidak lagi mampu menyerapnya.
Hal tersebut diperparah dengan maraknya pembakaran hutan dan penebangan pohon. Padahal, hutan merupakan "gudang karbon" terbesar setelah lautan. Jika hutan dirusak demi pembalakan liar dan konversi lahan untuk pertanian, maka hutan-hutan tersebut melepaskan CO2 dan gas rumah kaca lainnya dalam jumlah besar ke atmosfer. Estimasi World Wildlife Fund (WWF) menunjukkan bahwa 15-20 juta hektare hutan hilang setiap tahun, dan paling banyak terjadi pada hutan tropis. Padahal, hutan tropis menyimpan lebih dari 210 gigaton karbon. Akibatnya, deforestasi berkontribusi sebesar 20 persen dari total emisikarbon global.
Grafik 2.2 beriktt menampilkan perkembangan volume emisi CO2 dalam metrik ton (Mt) per kapita dari beberapa negara berkembang. Pada Grafik 2.2 terlihat semua negara tersebut mengemisi CO2 dalam jumlah yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan seperti ini jelas mengkhawatirkan.
Meningkatnya konsentrasi CO2 dan gas-gas lainnya di atmosfer menyebabkan "efek rumah kaca", yang membuatsebagian panas matahari tetap terperangkap di bumi. Seperti sulfur dioksida, nitrogen dioksida, nitrogen monoksida, gas metana, serta kloforo karbon (CFC). Namun, di antara semua gas tersebut, emisi yang berasal dari CO2 memberikan kontribusi paling besar (sekitar 60 persen) terhadap pemanasan global dan perubahan iklim (Bank Dunia, 2007).










                       Grafik 2.2 Emisi CO2 (dalam metrik ton per kapita)

Semakin tinggi intensitas pembakaran energi fosil, akan semakin tinggi pula konsentrasi gas-gas tersebut, sehingga semakin besar panas yang terperangkap. Karena keadaan ini terjadi secara terus-menerus, suhu bumi mengalami kenaikan sehingga terjadilah pemanasan global. Berdasarkan data Institute for Environmental Studies, pemanasan global menimbulkan berbagai dampak, seperti terlihat pada tabel.
Tabel 2.1 Dampak Perubahan Iklim


Hal sama diungkapkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Pada tahun 2007, IPCC melaporkan terjadinya kenaikan sebesar 1.,1 - 6,4 derajat celcius pada temperatur global yang akan mendorong kenaikan permukaan laut sekitar 16,5 - 53,8 cm pada tahun 2100.  Ini terjadi karena meningkatnya suhu air laut akan mendorong kenaikan permukaan air. Akibatnya, akan terdapat daratan yang hilang. Menurut perkiraan, jika permukaan laut meningkat sekitar 1 cm, beberapa pulau di wilayah Pasifik Selatan dan Samudera Hindia seluruhnya akan lenyap. Kenaikan temperatur membuat iklim menjadi sulit diprediksi dan berisiko menyebabkan cuaca ekstrem.
Kondisi meresahkan seperti ini tidak dapat dibiarkan terus-menerus. Pemerintah di seluruh dunia telah sepakat, bahwa rata-rata kenaikan suhu global tidak boleh melebihi 2 derajat celcius. Namun, dalam kenyataannya, kebutuhan energi dunia akan terus meningkat, meskipun di tengah gencarnya upaya efisiensi. Berdasarkan proyeksi US Energy Information Administration dalam International Energy Outlook 2013, konsumsi energi dunia akan meningkat sebesar 56 persen, yakni dari 524 quadrillion British thermal unit (Btu) pada tahun 2010 hingga 630 quadrillion Btu di tahun 2040. Tingginya kebutuhan energi tersebut terutama berasal dari negara-negara dengan tingkat pertumbuhan tinggi, seperti China, India, Brasil, dan Rusia. Meskipun beragam upaya untuk diversifikasi terus dilakukan, bahan bakar fosil diprediksi akan terus menyuplai sekitar 80 persen dari penggunaan energi dunia hingga tahun 2040.
Di sisi lain, kondisi bumi sudah semakin memprihatinkan. Berdasarkan hasil pengamatan para ilmuwan, gas rumah kaca yang berperan paling besar dalam pemanasan global telah mencapai titik tertinggi dalam kurun waktu hampir 2 juta tahun. Para ilmuwan percaya bahwa hal ini 100 persen disebabkan oleh aktivitas manusia dalam bentuk pembakaran bahan bakar fosil baik untuk transportasi maupun elektrifikasi. Harian The Jakarta Post, 7l Mei 2013, "Greenhouse gas level highest in 2 million years". Ini sejalan dengan fakta yang selama ini menyatakan bahwa konsumsi dan produksi energi memberikan kontribusi terbesar dalam perubahan iklim.
Sebenarnya, dampak perubahan iklim tidak seluruhnya negatif. Di beberapa wilayah, perubahan iklim membawa dampak positif, seperti musim dingin yang lebih hangat. Sayangnya, jauh lebih banyak wilayah di dunia yang merasakan dampak negatifnya. Untuk itulah, manusia harus mengurangi intensitas pembakaran energi fosil. Saat ini saja dunia sudah menggunakan 120 persen dari kapasitas yang dapat disediakan bumi ini secara berkelanjutan setiap tahun. Ketika dunia belum memasuki tahap industrialisasi, dampak lingkungan dari aktivitas manusia masih terbatas. Namun, paca Revolusi Industri, dunia telah memasuki era di mana pertumbuhan ekonomi menjadi indikator terpenting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Konsekuensinya, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer meningkat sekitar 40 persen sejak Revolusi Industri tersebut dimulai.
Ketidakperdulian terhadap deplesi sumber daya alam dan tingkat polusi demi mengejar laju pertumbuhan mendorong lahirnya gerakan sosial. Memasuki akhir dari dekade 1960-an dan awal dekade 1970-an, muncul berbagai gerakan para aktivis pencinta lingkungan di negara-negara maju yang mengadvokasikan pelestarian alam. Pada umumnya, mereka berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi dan berbagai konsekuensinya menyebabkan kerusakan alam, yang justru akan berujung pada stagnasi pertumbuhan. Gerakan tersebut juga memperoleh dukungan dari sekelompok cendekiawan pimpinan Donella dan Denise Meadows.
Dalam buku fenomenal berjudul The Limits to Growth, Meadows (1972) melaporkan hasil simulasi model komputernya yang menunjukkan bahwa pertumbuhan aktivitas ekonomi tidak dapat berlangsung selamanya di planet akibat keterbatasan sumber daya dan keterbatasan kemampuan mengatasi polusi. Dengan demikian, konservasi lingkungan diperlukan untuk mengurangi dampak lingkungan sampai pada tingkat di mana bumi memiliki kapasitas asimilatif yakni menampung residu akibat aktivitas manusia.
Gerakan para aktivis lingkungan yang didukung dengan temuan ilmiah tersebut memperoleh sentimen positif dari publik. Masyarakat menilai bahwa ketidakmampuan ekosistem dalam menetralisir limbah dari aktivitas ekonomi manusia merupakan akar penyebab dari sejumlah masalah yang timbul, seperti pemanasan global dan fenomena perubahan iklim, penipisan sumber energi, polusi serta kepunahan keanekaragaman hayati. Jika dibiarkan terus berlanjut, kerusakan semacam ini akan mengancam kehidupan ras manusia di masa mendatang.
Oleh sebab itu, entitas bisnis, sebagai aktor utama proses industrialisasi, harus mengakomodasi aspirasi yang sedang berkembang dengan memberikan perhatian lebih pada lingkungan. Jika tidak, maka risikonya akan kehilangan dukungan publik. Dalam sistem ekonomi berbasis pasar, memperoleh dukungan masyarakat-sebagai pasar mereka tentu sangat penting demi keberlangsungan bisnis.
Dengan demikian, harus dilakukan modifikasi terhadap model sistem ekonomi yang berlaku selama ini. Menurut Thampapillai (1991), dalam model sistem ekonomi tradisional, sumber daya alam tidak dimasukkan dalam aktivitas ekonomi (Peraga 2.2). Sedangkan dalam model termodifikasi, lingkungan hidup termasuk dalam siklus aktivitas sebagai salah satu aktor, sebagaimana terlihat dalam Peraga 2.3.
Pada Peraga 2.3, Thampapillai menggambarkan bahwa ekonomi adalah bagian dari suatu sistem yang lebih besar.

                                 Peraga 2.2 Model Sistem Ekonomi Tradisional




                               PERAGA 2.3 Model Sistem Ekonomi Modifikasi






Oleh sebab itu, lingkungan harus diperlakukan sejajar dengan tenaga kerja dan modal, yakni sebagai aset sekaligus sumber daya. Rusaknya lingkungan secara otomatis akan berakibat buruk bagi ekonomi. Dalam publikasinya bertajuk World Development Report, Bank Dunia (1992) memaparkan berbagai efek kerusakan terhadap produktivitas (Lihat Tabel 2,2).
Uraian di atas menunjukkan kini kita memahami bahwa pelestarian alam diperlukan bukan untuk menghalangi aktivitas ekonomi manusia, tetapi justru agar pembangunan berkelanjutan dapat diwujudkan. Sayangnya, pada titik ini terjadi perbedaan pemahaman tentang pembangunan berkelanjutan.
Dalam Brundtland Report (1990), The World Commission on Environment and Development mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai model pembangunan yang dapat mencukupi kebutuhan saat ini tanpa menghilangkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Definisi ini diterima oleh para pemimpin dunia dan pada bulan oktober 1987, di mana tujuan dari pembangunan berkelanjutan disepakati oleh pemerintah dari 100 negara.









              Tabel 2.2 Dampak Kerusakan Lingkungan Terhadap Produktivitas

Di lain pihak, dari sudut pandang ekologis, definisi tersebut tidak dapat diterima (Beder, 2002). Istilah "berkelanjutan" seharusnya berarti menjaga integritas ekologi, yakni menjaga keselarasan hubungan antara manusia dengan alam dan sumber daya yang terkandung di dalamnya. Sedangkan pengertian "berkelanjutan" yang disepakati oleh para elite politik adalah "bagaimana menjamin keberlanjutan pasokan bahan mentah ketika persediaan yang ada saat ini sudah habis".
Perbedaan pemahaman antara ekolog dan para negarawan dapat dimaklumi. Sebagai ilmuwan, ekolog lebih menitikberatkan pada keharmonisan hubungan di antara seluruh penghuni bumi. Di sisi lain, sebagai politisi, para pemimpin negara tentu lebih mendahulukan kepentingan dunia usaha mengingat peran mereka dalam memajukan ekonomi. Jika ekonomi maju, dengan sendirinya rakyat akan sejahtera dan pemimpin memperoleh legitimasi mereka. Singkat kata, bagi para negarawan, kesejahteraan hanya mungkin dicapai jika PDB bertumbuh.
Bagi ekolog, kesejahteraan tidak dapat diukur hanya melalui peningkatan PDB. Kebahagiaan seorang manusia ditentukan oleh berbagai faktor. Selain tingginya tingkat pendapatan, manusia juga membutuhkan kesehatan, pendidikan, perumahan serta kualitas lingkungan hidup mereka. Itulah sebabnya, banyak penelitian yang menemukan bahwa peningkatan PDB di negara maju ternyata tidak diikuti oleh tingkat kebahagiaan rakyatnya                           (Everett et al,2010).
Kebanyakan orang menganggap bahwa kesehatan merupakan determinan paling utama dalam mencapai kebahagiaan. Anggapan semacam ini masuk akal. Orang tidak dapat memperoleh pendidikan memadai, rumah layak huni serta pendapatan yang cukup jika kondisi tubuhnya tidak sehat. Pada akhirnya, pembangunan pun tidak akan terlaksana dengan baik jika rakyatnya rentan terhadap serangan penyakit. Jadi, menjaga kelestarian lingkungan menjadi faktor terpenting, mengingat kerusakan alam berdampak buruk bagi kesehatan manusia.
Kesadaran semacam ini sebenarnya bukan hal baru. Pada abad ke-13, Kerajaan Inggris melarang pembakaran batubara di kota London karena dianggap berefek buruk terhadap Kesehatan masyarakatnya (Brimblecombe,1999). Dalam rentang waktu sekitar 800 tahun, seiring dengan perkembangan ilmu kimia, biologi dan kedokteran, kini hampir semua negara di dunia baru menyadari pentingnya kebijakan yang bertujuan pelestarian alam, demi menjaga kesehatan, bahkan meningkatkan ekspektasi hidup masyarakatnya.
Dalam buku tahunan berjudul Emerging Issues in Oar Global Environment, United Nation Environmental Programme (2013) memaparkan berbagai jenis penyakit yang berpotensi diderita manusia sehubungan dengan degradasi lingkungan, sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3 berikut.
Mewabahnya berbagai bentuk penyakit akibat degradasi lingkungan tentu mengakibatkan kerugian finansial. Oleh sebab itu, langkah aktif dalam menurunkan tingkat polusi di seluruh dunia sudah tidak dapat ditawar lagi. Bagi Indonesia, salah satu langkah yang tersedia ialah menjaga kelestarian hutan, mengingat hutan mampu mereduksi tingkat polusi. Terlebih dalam hal ini, Indonesia memiliki peran kunci pada tingkat global karena, di satu sisi, negeri ini merupakan penghasil emisi CO2 ketiga terbesar di dunia setelah AS dan China namun, di sisi lain, Tanah Air kita merupakan salah satu negara dengan areal hutan terluas dibanding total wilayahnya, sehingga memiliki keaneka- ragaman flora dan fauna terkaya di dunia United States Agency for International Development (USAID, 2008).
TABEL 2.3 Dampak Degradasi Lingkungan terhadap Kesehatan
 








Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2003), 24 miliar ton stok karbon tersimpan dalam tumbuhan dan tanah, di mana 80 persen dari jumlah tersebut tersimpan di dalam hutan yang tersebar di seluruh Nusantara. Namun, berdasarkan catatan Kementerian Kehutanan (2006), dari 108 juta hektar hutan di Tanah Air, hampir setengahnya berada dalam kondisi memprihatinkan. Perubahan penggunaan lahan dan deforestasi (land use, land-use change and forestry/LULUCF) diperkirakan mencapai sekitar 2 juta hektar per tahun, yang mengakibatkan terlepasnya karbon dalam jumlah besar (Bank Dunia, 2000).
Deforestasi dan konversi lahan berkontribusi sekitar 75 persen terhadap emisi CO2 di sektor kehutanan di Indonesia. Sedangkan konsumsi energi dan proses industri yang berhubungan dengan hutan masing-masing hanya menyumbang 23 dan 2 persen. Sebagian besar, yakni 57 persen, dari deforestasi dan konversi lahan disebabkan oleh kebakaran hutan.page et al (2002) mencatat bahwa kebakaran hutan pada tahun 1997 saja mengakibatkan terlepasnya 3.000 hingga 9.000 metric ton (Mt) CO2 ke atmosfer. Secara rata-rata, sekitar 1.400 Mc terlepas selama musim bakar hutan tahunan dan 600 Mt terlepas setiap tahun akibat dekomposisi lahan gambut.
Komunitas global menaruh perhatian besar terhadap tingginya akselerasi deforestasi di Indonesia. Menurut WWF hampir 90 persen deforestasi global terjadi hanya di 10 negara, di mana Brasil dan Indonesia menyumbang 51 persen emisi yang berasal dari kegundulan hutan. Bukti nyata lain ialah berkurangnya luas hutan di Tanah Air, di mana pada tahun 1990 hampir 65 persen wilayah daratan Indonesia merupakan hutan. Namun, angkanya tinggal 48 persen di tahun 2006.
   Grafik 2.3. Kontribusi Emisi GRK










Maka tidak heran, berbeda dengan negara-negara lain di mana energi menjadi sumber emisi gas rumah kaca, di Indonesia (dan di Brasil), deforestasi dan konversi lahan merupakan kontributor emisi terbesar (Grafik 2.3). Sektor kehutanan (LULUCF terutama deforestasi) mengemisi 85 persen dari total emisi GRK per tahun di Tanah Air dan menyumbang 34 persen dari emisi LULUCF seluruh dunia. Sedangkan di AS, China, Rusia, dan India, sektor energilah yang menjadi penyumbang terbesar emisi GRK, yakni berturut-turut sebesar 96, 74, 87, dan 67 persen.
Bagi Indonesia, sektor energi merupakan kontributor emisi terbesar kedua. Jika dilihat angkanya, sektor energi memang hanya menyumbang sekitar 9 persen, namun akselerasinya diperkirakan akan meningkat. Emisi energi-yang berasal dari sektor industri, pembangkit listrik, dan transportasi-akan bertumbuh dengan sangat cepat seiring dengan hasrat untuk mengejar pertumbuhan tinggi. Tanpa adanya upaya mereduksi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, emisi dari sektor energi diperkirakan akan bertumbuh sangat kuat, dari sekitar 275 Mt CO2 pada tahun 2003 menjadi sekitar 716 pada tahun 2030.
Lebih jauh, perlu dicatat bahwa reduksi GRK juga penting bagi sektor energi itu sendiri. World Energy Council (2A14) mencatat berbagai potensi dampak negatif dari perubahan iklim terhadap sektor tersebut.
1. Dampak terhadap pembangkit listrik.
Kenaikan temperatur akan mengurangi efisiensi dalam konversi energi. Selain itu, meningkatnya suhu air-yang diperlukan untuk mendinginkan fasilitas pembangkit-akan menurunkan kapasitas produksi.
2. Dampak terhadap jalur pipa distribusi energi.
Kenaikan permukaan laut mengancam infrastruktur transportasi energi yang berada di wilayah pesisir. Hal ini dapat memaksa distribusi energi untuk membangun jalur pipa baru, yang jelas akan membutuhkan biaya besar.
3. Dampak terhadap jaringan listrik.
Perubahan cuaca ekskem, angin kencang bahkan semakin sering, dan parahnya bencana alam berpotensi merusak jaringan listrik.
4. Dampak terhadap pengembangan energi terbarukan, terutama pembangkit hidro dan  
    tenaga surya.
Perubahan pola hujan mengancam stabilitas siklus hidrologi, yang merupakan penopang bagi pembangkit hidro serta mengurangi kinerja perlengkapan tenaga surya. Selain itu, petir yang besar dapat merusak perlengkapan.
Dengan demikian, bagi Indonesia, sektor kehutanan dan energi harus mendapat perhatian khusus dalam penanganan perubahan iklim. Untuk sektor kehutanan, permasalahan deforestasi terletak pada pandangan yang menganggap bahwa penggunaan nonhutan lebih menguntungkan daripada penggunaan hutan. Maka tidak heran, pembalakan liar dan industri perkebunan kayu terus bertumbuh di Tanah Air. Selain berbagai ekstraksi kayu tersebut, aktivitas lain ialah ekspansi pertanian berupa penanaman sawit dan karet juga berkembang seiring dengan tingginya permintaan dunia. Tanpa adanya penguatan insitusi, pemberantasan korupsi serta pengurangan kemiskinan, maka kehancuran hutan akan terus berlanjut. Sedangkan di sektor energi, pengembangan energi alternatif dan penghematan energi harus menjadi agenda utama Pemerintah dalam menurunkan tingkat ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Jika Pemerintah tidak menerapkan penangangan khusus terhadap sektor-sektor ini (business as usual), maka dampak perubahan iklim akan semakin merugikan Indonesia. Sari et al (2007) mengemukakan berbagai dampak negatif pemanasan global bagi Indonesia, yang diperoleh dari berbagai kajian ilmiah. Berbagai temuan dipaparkan dalam Tabel 2.4.berikut.
Dari tabel terlihat bahwa perubahan iklim memiliki dampak yang sangat serius bagi ekonomi Indonesia. Dengan demikian, terdapat insentif yang semakin besar bagi semua elemen bangsa untuk menanggulangi pemanasan global.
Sumber:
Donny Yoesgiantoro.2017.Kebijakan Energi Lingkungan.Jakarta: LP3ES, hal.30-41

Tugas mandiri:
1.    Jelaskan pengertian bahwa ekosistem juga berfungsi sebagai bak “penampung” dari berbagai limbah aktifitas ekonomi?
2.    Jelaskan hubungan pemakaian bahan bakar fosil dengan pemanasan global?
3.    Jelaskan hubungan kenaikan temperatur bumi dengan  dengan perubahan iklim?
4.    Jelaskan hubungan kerusakan lingkungan, gerakan penyelamatan lingkungan dan bisnis model ke depan?
5.    Jelaskan sistem ekonomi tradisional yang tidak memasukkan sumberdaya alam dengan sistem ekonomi modifikasi yang memasukkan sumberdaya alam di dalamnya?
6.    Jelaskan pemahaman pembangunan “berkelanjutan” dalam kacamata ekolog dan kacarama pilitisi?
7.    Jelaskan pandangan anda, bahwa kerajaan Inggris pada abad ke-13 sudah melarang pemakaian batubara di kota London karena dianggap berefek negatif terhadap kesehatan masyarakat dengan sebagain sebagian besar pembangkit energi Indonesia memakai bahan bakar batubara?
8.    Jelaskan dampak negatif perubahan iklim?


7 comments:

  1. Nama : Muhammad Dendy Agusdiandy
    NIM : 17 202 061
    Mata Kuliah : Audit dan Efisiensi Energi

    Jawaban:
    1. Ekosistem juga berfungsi sebagai bak “penampung” dari berbagai limbah aktifitas ekonomi yakni dengan menyerap karbon, memurnikan air, mengelola risiko bencana serta mengatur siklus hara (nutrient cycling).

    2. Hubungan pemakaian bahan bakar fosil dengan pemanasan global yakni Semakin tinggi intensitas pembakaran energi fosil, akan semakin tinggi pula konsentrasi gas-gas CO2 dan lainnya menyebabkan "efek rumah kaca", yang membuat sebagian panas matahari tetap terperangkap di bumi. Karena keadaan ini terjadi secara terus-menerus, suhu bumi mengalami kenaikan sehingga terjadilah pemanasan global.

    3. Hubungan kenaikan temperatur bumi dengan dengan perubahan iklim yakni ketika temperatur bumi meningkat terjadi juga peningkatan suhu air laut yang akan mendorong kenaikan permukaan air. Akibatnya, akan terdapat daratan yang hilang dan kenaikan temperatur membuat iklim menjadi sulit diprediksi dan berisiko menyebabkan cuaca ekstrem.

    4. Kerusakan lingkungan mendorong para aktivitis lingkungan untuk bergerak melakukan penyelamatan lingkungan serta entitas bisnis yang juga sebagai aktor utama proses industrialisasi, mengakomodasi aspirasi yang sedang berkembang dengan memberikan perhatian lebih pada lingkungan jika tidak, maka risikonya akan kehilangan dukungan publik. Dalam sistem ekonomi berbasis pasar, memperoleh dukungan masyarakat-sebagai pasar mereka tentu sangat penting demi keberlangsungan bisnis model kedepan.

    5. Dalam model sistem ekonomi tradisional, sumber daya alam tidak dimasukkan dalam aktivitas ekonomi sebab masyarakat mengandalkan hasil alam dan tenaga manusia metode pertukaran barang juga masih sitem barter. Sistem ekonomi modifikasi yang memasukkan sumberdaya alam di dalamnya yakni karena sumber daya alam sebagai aset sekaligus sumber daya jangka panjang, rusaknya lingkungan secara otomatis akan berakibat buruk bagi ekonomi.

    6. Dalam kacamata ekolog lebih menitikberatkan pada keharmonisan hubungan di antara seluruh penghuni bumi dan kesejahteraan tidak dapat diukur hanya melalui peningkatan PDB. Selain tingginya tingkat pendapatan, manusia juga membutuhkan kesehatan, pendidikan, perumahan serta kualitas lingkungan hidup mereka. Bagi politisi, jika ekonomi maju, dengan sendirinya rakyat akan sejahtera dan pemimpin memperoleh legitimasi mereka, bagi para negarawan, kesejahteraan hanya mungkin dicapai jika PDB bertumbuh.

    7. Pandangan saya yakni larangan ini suatu kebijakan yang tentunya bertujuan pelestarian alam, demi menjaga kesehatan, bahkan meningkatkan ekspektasi hidup masyarakatnya. Tingginya angka polusi yang dimiliki Indonesia karena penggunaan bahan bakar batu bara sebagai pembangkit salah satu cara untuk meminimalisir dengan tetap menjaga kelestarian hutan, mengingat hutan mampu mereduksi tingkat polusi.

    8. Dampak negatif perubahan iklim yakni kenaikan temperatur akan mengurangi efisiensi dalam konversi energi. Selain itu, meningkatnya suhu air-yang diperlukan untuk mendinginkan fasilitas pembangkit-akan menurunkan kapasitas produksi, kenaikan permukaan laut mengancam infrastruktur transportasi energi yang berada di wilayah pesisir dan angin kencang berpotensi merusak jaringan listrik.

    ReplyDelete
  2. Nama : Gopit Hutasoit
    NIM : 17 202 153
    Mata Kuliah : Audit dan Efisiensi Energi

    Jawaban:
    1. Ekosistem juga berfungsi sebagai bak “penampung” dari berbagai limbah aktifitas ekonomi yakni dengan menyerap karbon, memurnikan air, mengelola risiko bencana serta mengatur siklus hara (nutrient cycling).

    2. Hubungan pemakaian bahan bakar fosil dengan pemanasan global yakni Semakin tinggi intensitas pembakaran energi fosil, akan semakin tinggi pula konsentrasi gas-gas CO2 dan lainnya menyebabkan "efek rumah kaca", yang membuat sebagian panas matahari tetap terperangkap di bumi. Karena keadaan ini terjadi secara terus-menerus, suhu bumi mengalami kenaikan sehingga terjadilah pemanasan global.

    3. Hubungan kenaikan temperatur bumi dengan dengan perubahan iklim yakni ketika temperatur bumi meningkat terjadi juga peningkatan suhu air laut yang akan mendorong kenaikan permukaan air. Akibatnya, akan terdapat daratan yang hilang dan kenaikan temperatur membuat iklim menjadi sulit diprediksi dan berisiko menyebabkan cuaca ekstrem.

    4. Kerusakan lingkungan mendorong para aktivitis lingkungan untuk bergerak melakukan penyelamatan lingkungan serta entitas bisnis yang juga sebagai aktor utama proses industrialisasi, mengakomodasi aspirasi yang sedang berkembang dengan memberikan perhatian lebih pada lingkungan jika tidak, maka risikonya akan kehilangan dukungan publik. Dalam sistem ekonomi berbasis pasar, memperoleh dukungan masyarakat-sebagai pasar mereka tentu sangat penting demi keberlangsungan bisnis model kedepan.

    5. Dalam model sistem ekonomi tradisional, sumber daya alam tidak dimasukkan dalam aktivitas ekonomi sebab masyarakat mengandalkan hasil alam dan tenaga manusia metode pertukaran barang juga masih sitem barter. Sistem ekonomi modifikasi yang memasukkan sumberdaya alam di dalamnya yakni karena sumber daya alam sebagai aset sekaligus sumber daya jangka panjang, rusaknya lingkungan secara otomatis akan berakibat buruk bagi ekonomi.

    6. Dalam kacamata ekolog lebih menitikberatkan pada keharmonisan hubungan di antara seluruh penghuni bumi dan kesejahteraan tidak dapat diukur hanya melalui peningkatan PDB. Selain tingginya tingkat pendapatan, manusia juga membutuhkan kesehatan, pendidikan, perumahan serta kualitas lingkungan hidup mereka. Bagi politisi, jika ekonomi maju, dengan sendirinya rakyat akan sejahtera dan pemimpin memperoleh legitimasi mereka, bagi para negarawan, kesejahteraan hanya mungkin dicapai jika PDB bertumbuh.

    7. Pandangan saya yakni larangan ini suatu kebijakan yang tentunya bertujuan pelestarian alam, demi menjaga kesehatan, bahkan meningkatkan ekspektasi hidup masyarakatnya. Tingginya angka polusi yang dimiliki Indonesia karena penggunaan bahan bakar batu bara sebagai pembangkit salah satu cara untuk meminimalisir dengan tetap menjaga kelestarian hutan, mengingat hutan mampu mereduksi tingkat polusi.

    8. Dampak negatif perubahan iklim yakni kenaikan temperatur akan mengurangi efisiensi dalam konversi energi. Selain itu, meningkatnya suhu air-yang diperlukan untuk mendinginkan fasilitas pembangkit-akan menurunkan kapasitas produksi, kenaikan permukaan laut mengancam infrastruktur transportasi energi yang berada di wilayah pesisir dan angin kencang berpotensi merusak jaringan listrik.

    ReplyDelete
  3. Nama : Herbet Darusman Sihite
    NIM : 17202065
    Mata Kuliah : Audit dan Efisiensi Energi

    Jawaban:
    1.fungsi ekosistem sebagai bak “penampung” dari berbagai limbah aktifitas ekonomi yakni dengan menyerap karbon, memurnikan air, mengelola risiko bencana serta mengatur siklus hara.

    2. Hubungan pemakaian bahan bakar fosil dengan pemanasan global yaitu Semakin tinggi intensitas pembakaran energi fosil, maka semakin tinggi pula konsentrasi gas-gas CO2 dan lainnya menyebabkan "efek rumah kaca", yang membuat sebagian panas matahari tetap terperangkap di bumi.

    3. Hubungan kenaikan temperatur bumi dengan dengan perubahan iklim yakni ketika temperatur bumi meningkat terjadi juga peningkatan suhu air laut yang akan mendorong kenaikan permukaan air. Akibatnya, akan terdapat daratan yang hilang dan kenaikan temperatur membuat iklim menjadi sulit diprediksi dan berisiko menyebabkan cuaca ekstrem.

    4. Kerusakan lingkungan mendorong para aktivitis lingkungan untuk bergerak melakukan penyelamatan lingkungan serta entitas bisnis yang juga sebagai aktor utama proses industrialisasi, mengakomodasi aspirasi yang sedang berkembang dengan memberikan perhatian lebih pada lingkungan jika tidak, maka risikonya akan kehilangan dukungan publik. Dalam sistem ekonomi berbasis pasar, memperoleh dukungan masyarakat-sebagai pasar mereka tentu sangat penting demi keberlangsungan bisnis model kedepan.

    5. Dalam model sistem ekonomi tradisional, sumber daya alam tidak dimasukkan dalam aktivitas ekonomi sebab masyarakat mengandalkan hasil alam dan tenaga manusia metode pertukaran barang juga masih sitem barter. Sistem ekonomi modifikasi yang memasukkan sumberdaya alam di dalamnya yakni karena sumber daya alam sebagai aset sekaligus sumber daya jangka panjang, rusaknya lingkungan secara otomatis akan berakibat buruk bagi ekonomi.

    6. Dalam kacamata ekolog lebih menitikberatkan pada keharmonisan hubungan di antara seluruh penghuni bumi dan kesejahteraan tidak dapat diukur hanya melalui peningkatan PDB. Selain tingginya tingkat pendapatan, manusia juga membutuhkan kesehatan, pendidikan, perumahan serta kualitas lingkungan hidup mereka. Bagi politisi, jika ekonomi maju, dengan sendirinya rakyat akan sejahtera dan pemimpin memperoleh legitimasi mereka, bagi para negarawan, kesejahteraan hanya mungkin dicapai jika PDB bertumbuh.

    7. Pandangan saya yakni larangan ini suatu kebijakan yang tentunya bertujuan pelestarian alam, demi menjaga kesehatan, bahkan meningkatkan ekspektasi hidup masyarakatnya. Tingginya angka polusi yang dimiliki Indonesia karena penggunaan bahan bakar batu bara sebagai pembangkit salah satu cara untuk meminimalisir dengan tetap menjaga kelestarian hutan, mengingat hutan mampu mereduksi tingkat polusi.

    8. Dampak negatif perubahan iklim yakni kenaikan temperatur akan mengurangi efisiensi dalam konversi energi. Selain itu, meningkatnya suhu air-yang diperlukan untuk mendinginkan fasilitas pembangkit-akan menurunkan kapasitas produksi, kenaikan permukaan laut mengancam infrastruktur transportasi energi yang berada di wilayah pesisir dan angin kencang berpotensi merusak jaringan listrik.

    ReplyDelete
  4. Nama : Bintang kelana putra
    NIM : 17202116
    Mata kuliah : Audit dan Efisiensi Energi.

    Jawaban :

    1. Maksudnya adalah limbah yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi, yakni dengan menyerap karbon, memurnikan air, mengelola risiko bencana serta mengatur siklus hara (nutrient cycling).

    2. Semakin tinggi intensitas pembakaran energi fosil, akan semakin tinggi pula konsentrasi gas-gas tersebut, sehingga semakin besar panas yang terperangkap. Karena keadaan ini terjadi secara terus-menerus, suhu bumi mengalami kenaikan sehingga terjadilah pemanasan global.

    3. Temperatur bumi meningkat terjadi juga peningkatan suhu air laut yang akan mendorong kenaikan permukaan air. Akibatnya, akan terdapat daratan yang hilang dan kenaikan temperatur membuat iklim menjadi sulit diprediksi dan berisiko menyebabkan cuaca ekstrim.

    4. Kerusakan lingkungan mendorong para aktivitis lingkungan untuk bergerak melakukan penyelamatan lingkungan serta entitas bisnis yang juga sebagai aktor utama proses industrialisasi, mengakomodasi aspirasi yang sedang berkembang dengan memberikan perhatian lebih pada lingkungan jika tidak, maka risikonya akan kehilangan dukungan publik. Dalam sistem ekonomi berbasis pasar, memperoleh dukungan masyarakat-sebagai pasar mereka tentu sangat penting demi keberlangsungan bisnis model kedepan.

    5. Dalam model sistem ekonomi tradisional, sumber daya alam tidak dimasukkan dalam aktivitas ekonomi sebab masyarakat mengandalkan hasil alam dan tenaga manusia metode pertukaran barang juga masih sitem barter. Sistem ekonomi modifikasi yang memasukkan sumberdaya alam di dalamnya yakni karena sumber daya alam sebagai aset sekaligus sumber daya jangka panjang, rusaknya lingkungan secara otomatis akan berakibat buruk bagi ekonomi.

    6. Dalam kacamata ekolog lebih menitikberatkan pada keharmonisan hubungan di antara seluruh penghuni bumi dan kesejahteraan tidak dapat diukur hanya melalui peningkatan PDB. Selain tingginya tingkat pendapatan, manusia juga membutuhkan kesehatan, pendidikan, perumahan serta kualitas lingkungan hidup mereka. Bagi politisi, jika ekonomi maju, dengan sendirinya rakyat akan sejahtera dan pemimpin memperoleh legitimasi mereka, bagi para negarawan, kesejahteraan hanya mungkin dicapai jika PDB bertumbuh.

    7. Pandangan saya yakni larangan ini suatu kebijakan yang tentunya bertujuan pelestarian alam, demi menjaga kesehatan, bahkan meningkatkan ekspektasi hidup masyarakatnya. Tingginya angka polusi yang dimiliki Indonesia karena penggunaan bahan bakar batu bara sebagai pembangkit salah satu cara untuk meminimalisir dengan tetap menjaga kelestarian hutan, mengingat hutan mampu mereduksi tingkat polusi.

    8. Dampak negatif perubahan iklim yakni kenaikan temperatur akan mengurangi efisiensi dalam konversi energi. Selain itu, meningkatnya angin kencang berpotensi merusak jaringan listrik.suhu air-yang diperlukan untuk mendinginkan fasilitas pembangkit-akan menurunkan kapasitas produksi, kenaikan permukaan laut mengancam infrastruktur transportasi energi yang berada di wilayah pesisir .

    ReplyDelete
  5. Nama : Muhammad Andika
    NIM : 17202130
    MKE : Audit dan Efisiensi Energi

    1. Ekosistem juga berfungsi sebagai bak “penampung” dari berbagai limbah aktifitas ekonomi Adalah dengan menyerap karbon, memurnikan air, mengelola risiko bencana serta mengatur siklus hara (nutrient cycling).

    2. Hubungan pemakaian bahan bakar fosil dengan pemanasan global yakni Setiap kali manusia memakai bahan bakar (energi) fosil, baik minyak, gas maupun batubara, karbon dioksida (CO2) maka semakin tinggi konsentrasi gas- gas efek rumah kaca yang akan menyebabkan pemanasan global.

    3. Hubungan kenaikan temperatur bumi dengan perubahan iklim yaitu Semakin tinggi kenaikan temperatur bumi akan menyebabkan kenaikan permukaan air laut, sehingga menyebabkan beberapa daratan hilang dan akan menyebabkan perubahan iklim seperti perubahan temperatur.

    4.Hubungan kerusakan lingkungan, gerakan penyelamatan lingkungan dan bisnis model ke depan erat hubungannya karena Kerusakan lingkungan mendorong para aktivitis lingkungan untuk bergerak melakukan penyelamatan lingkungan serta entitas bisnis yang juga sebagai aktor utama proses industrialisasi, mengakomodasi aspirasi yang sedang berkembang dengan memberikan perhatian lebih pada lingkungan. Dalam sistem ekonomi berbasis pasar, memperoleh dukungan masyarakat-sebagai pasar mereka tentu sangat penting demi keberlangsungan bisnis model kedepan.

    5.- Dalam model sistem ekonomi tradisional yaitu sumber daya alam tidak dimasukkan dalam aktivitas ekonomi sebab masyarakat mengandalkan hasil alam dan tenaga manusia metode pertukaran barang juga masih sitem barter.
    - Sistem ekonomi modifikasi yang memasukkan sumberdaya alam di dalamnya yaitu karena sumber daya alam sebagai aset sekaligus sumber daya jangka panjang, rusaknya lingkungan secara otomatis akan berakibat buruk bagi ekonomi.

    6.-Dalam kacamata ekolog yakni lebih menitikberatkan pada keharmonisan hubungan di antara seluruh penghuni bumi dan kesejahteraan tidak dapat diukur hanya melalui peningkatan PDB. Selain tingginya tingkat pendapatan, manusia juga membutuhkan kesehatan, pendidikan, perumahan serta kualitas lingkungan hidup mereka.
    -Dalam kacamata politisi, yakni jika ekonomi maju, dengan sendirinya rakyat akan sejahtera dan pemimpin memperoleh legitimasi mereka, bagi para negarawan, kesejahteraan hanya mungkin dicapai jika PDB bertumbuh.

    7.Pandangan saya yakni kebijakan larangan ini merupakan kebijakan yang mempertimbangkan kondisi lingkungan yang terus mengalami penurunan kualitas,menambah gas" efek rumah kaca dan dampak negatif lainnya akibat pemakaian batu bara,dimana larangan ini merupakan kebijakan yang tepat. Besarnya persentase penggunaan batu bara di Indonesia khususnya pembangkit energi akan menimbulkan banyak dampak negatif seperti pencemaran udara diharapkan kedepannya penggunaan batu bara di Indonesia terus melakukan Pengoptimalan dan pengolahan yang lebih baik.

    8.Dampak negatif perubahan iklim yakni seperti perubahan cuaca yang ekstrim sehingga menyebabkan bencana alam, serta Meningkatnya penyakit pernapasan.Dan Perubahan iklim juga akan memberikan dampak negatif terhadap usaha pertanian.

    ReplyDelete
  6. 8. Dampak negatif perubahan iklim yakni kenaikan temperatur akan mengurangi efisiensi dalam konversi energi. Selain itu, meningkatnya suhu air-yang diperlukan untuk mendinginkan fasilitas pembangkit-akan menurunkan kapasitas produksi, kenaikan permukaan laut mengancam infrastruktur transportasi energi yang berada di wilayah pesisir dan angin kencang berpotensi merusak jaringan listrik.

    ReplyDelete
  7. Nama : Afif Nugraha Arfandi
    Nim : 17 202 141
    Mata Kuliah : Audit dan Efisiensi Energi

    1). Ekosistem juga berfungsi sebagai bak “penampung” dari berbagai limbah aktifitas ekonomi yakni dengan menyerap karbon, memurnikan air, mengelola risiko bencana serta mengatur siklus hara (nutrient cycling).

    2). Hubungan pemakaian bahan bakar fosil dengan pemanasan global yakni Semakin tinggi intensitas pembakaran energi fosil, akan semakin tinggi pula konsentrasi gas-gas CO2 dan lainnya menyebabkan "efek rumah kaca", yang membuat sebagian panas matahari tetap terperangkap di bumi. Karena keadaan ini terjadi secara terus-menerus, suhu bumi mengalami kenaikan sehingga terjadilah pemanasan global.

    3). Hubungan kenaikan temperatur bumi dengan dengan perubahan iklim yakni ketika temperatur bumi meningkat terjadi juga peningkatan suhu air laut yang akan mendorong kenaikan permukaan air. Akibatnya, akan terdapat daratan yang hilang dan kenaikan temperatur membuat iklim menjadi sulit diprediksi dan berisiko menyebabkan cuaca ekstrem.

    4). Kerusakan lingkungan mendorong para aktivitis lingkungan untuk bergerak melakukan penyelamatan lingkungan serta entitas bisnis yang juga sebagai aktor utama proses industrialisasi, mengakomodasi aspirasi yang sedang berkembang dengan memberikan perhatian lebih pada lingkungan jika tidak, maka risikonya akan kehilangan dukungan publik. Dalam sistem ekonomi berbasis pasar, memperoleh dukungan masyarakat-sebagai pasar mereka tentu sangat penting demi keberlangsungan bisnis model kedepan.

    5). * Dalam model sistem ekonomi tradisional yaitu sumber daya alam tidak dimasukkan dalam aktivitas ekonomi sebab masyarakat mengandalkan hasil alam dan tenaga manusia metode pertukaran barang juga masih sitem barter.
    * Sistem ekonomi modifikasi yang memasukkan sumberdaya alam di dalamnya yaitu karena sumber daya alam sebagai aset sekaligus sumber daya jangka panjang, rusaknya lingkungan secara otomatis akan berakibat buruk bagi ekonomi.

    6). Dalam kacamata ekolog lebih menitikberatkan pada keharmonisan hubungan di antara seluruh penghuni bumi dan kesejahteraan tidak dapat diukur hanya melalui peningkatan PDB. Selain tingginya tingkat pendapatan, manusia juga membutuhkan kesehatan, pendidikan, perumahan serta kualitas lingkungan hidup mereka. Bagi politisi, jika ekonomi maju, dengan sendirinya rakyat akan sejahtera dan pemimpin memperoleh legitimasi mereka, bagi para negarawan, kesejahteraan hanya mungkin dicapai jika PDB bertumbuh.

    7). Pandangan saya yaitu kebijakan ini diambil tentunya untuk lebih memperhatikan Kondisi lingkungan yang semakin hari semakin Buruk dan berdampak bagi kesehatan manusia.Karena itu diperlukan kebijakan seperti itu Untuk menjaga kesehatan dan menekan angka polusi di negara tersebut.Tingginya Angka Polusi di Indonesia dikarenakan salah satunya penggunaan bahan bakar batu bara sebagai pembangkit dapat di minimalisir dengan tetap menjaga kelestarian Hutan,mengingat hutan mampu mereduksi tingkat polusi

    8). Dampak negatif perubahan iklim yakni kenaikan temperatur akan mengurangi efisiensi dalam konversi energi. Selain itu, meningkatnya suhu air-yang diperlukan untuk mendinginkan fasilitas pembangkit-akan menurunkan kapasitas produksi, kenaikan permukaan laut mengancam infrastruktur transportasi energi yang berada di wilayah pesisir dan angin kencang berpotensi merusak jaringan listrik.

    ReplyDelete