MK.PK-9: SIKAP- PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
“Allah tidak akan mengubah
kondisi suatu kaum, sampai mereka mengubahnya sendiri.” (Q.S Al-Ra'd - 11)
Kotak-1:
Tugas-1:
Dikutip
dari bab-2 karya ilmiah UNIMUS, sikap diulah dalam teorinya dalam
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-kikaaldela-6006-2-babii.pdf.
Tulisan motibasi ini , dikutip dari bab-II, karya
tulis ilmiah mahasiswa IAIN- Tulung Agung dalam http://repo.iain-tulungagung.ac.id/1816/2/BAB%20II.pdf
A. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap
(attitudes) ialah sesuatu yang kompleks, yang bisa didefinisikan sebagai
pernyataan – pernyataan evaluatif, baik yang menyenagkan maupun yang tidak
menyenangkan, atau penilaian – penilaian mengenai objek, manusia, atau
peristiwa – peristiwa. Sikap yang kompleks ini dapat lebih mudah dimengerti
dengan mengenal adanya tiga komponen yang berbeda dalam setiap sikap tertentu,
yaitu komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan perilaku. Komponen –
komponen ini menggambarkan kepercayaan, perasaan, dan rencana tindakan dalam
berhubungan dengan orang lain. Sikap adalah keadaan siap mental yang dipelajari
dan diorganisasi menurut pengalaman, dan menyebabkan timbulnya pengaruh khusus
atas reaksi seseorang terhadap orang – orang, obyek – obyek, dan situasi –
situasi dengan siapa ia berhubungan. Sikap atau determinasi perilaku berkaitan
dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi.
Menurut Oxford Advanced Learner Dictionary mencantumkan bahwa sikap (attitude)
berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of placing or
holding the body, dan way of feeling, thinking or behaving”. Campbel
(1950) dalam buku Notoadmodjo mengemukakan bahwa sikap adalah “A syndrome of
response consistency with regard to social objects”. Artinya sikap adalah
sekumpulan respon yang konsisten terhadap obyek sosial. Dalam buku Zotoadmodjo
mengemukakan bahwa sikap (attitude) adalah merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Menurut Eagle
dan Chaiken (1993) dalam buku A. Wawan dan Dewi M. mengemukakan bahwa sikap
dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang
diekspresikan ke dalam prosesproses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku.
Dari definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa secara garis besar sikap
terdiri dari komponen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan
dan dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai)
dan emosi (menyebabkan respon-respon yang konsisten).
2. Jenis Sikap Ada tiga jenis sikap manusia :
a.
Kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal fikiran. Ini berarti
berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan – harapan individu
tentang obyek atau kelompok obyek tertentu.
b. Afektif atau sering disebut faktor emosional yaitu proses yang menyangkut
perasaan – perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati
dan sebagainya yang ditujukan kepada obyek – obyek tertentu.
c.
Psikomotorik atau konatif yakni proses tendensi atau kecenderungan untuk
berbuat sesuatu obyek. Misalnya : kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan
diri dan sebagainya.
3. Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam buku Notoadmodjo adalah:
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan itu dalam hubungannya dengan obyeknya.
b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat
berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat
tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu obyek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari, atau
berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan
dengan jelas.
d. Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah
yang membedakan sikap dan kecakapan- kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan
yang dimiliki orang.
4. Tingkatan Sikap
Menurut Notoadmodjo (2003) dalam buku Wawan dan Dewi (2010), sikap terdiri dari
berbagai tingkatan yaitu:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang tersebut menerima ide itu.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
5. Fungsi Sikap
Menurut Katz (1964) dalam buku Wawan dan Dewi sikap mempunyai beberapa fungsi,
yaitu:
a. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat
Fungsi ini berkaitan dengan sarana dan tujuan. Orang memandang sejauh mana
obyek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau alat dalam rangka mencapai
tujuan. Bila obyek sikap
dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersifat
positif terhadap obyek tersebut. Demikian sebaliknya bila obyek sikap
menghambat pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap obyek
sikap yang bersangkutan.
b. Fungsi pertahanan ego
Ini
merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk
mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu
orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.
c. Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk
mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan mengekspresikan diri
seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat menunjukkan kepada dirinya. Dengan
individu mengambil sikap tertentu akan menggambarkan keadaan sistem nilai yang
ada pada individu yang bersangkutan.
d. Fungsi pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan pengalaman-pengalamannya.
Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek,
menunjukkan tentang
pengetahuan orang terhadap obyek sikap yang bersangkutan.
6.
Fungsi Sikap
Fungsi
(tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan,yaitu :
a.
Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri
b.
Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku
c.
Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman – pengalaman
d.
Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadiaan.
7. Komponen Sikap
Menurut Azwar S sikap terdiri dari 3
komponen yang saling menunjang yaitu:
a. Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap,
komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai
sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah
isu atau yang kontroversial.
b. Komponen afektif
Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang
biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang
paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang
komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap
sesuatu.
c. Komponen konatif
Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki
oleh seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak
atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
8.
Pembentukan Sikap
Proses
pembentukan sikap berlangsung secara bertahap. Proses belajar dapat terjadi
karena pengalaman – pengalaman pribadi dengan obyek tertentu (obyek, benda,
peristiwa) dengan cara menghubungkan obyek tersebut dengan pengalaman –
pengalaman lain. Sebagian besar sikap dibentuk melalui campuran dari cara –
cara tersebut diatas.
a.
Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi diperoleh dalam pembentukan sikap dengan
melakukan kontak langsung dengan obyeknya. Pengalaman – pengalaman pribadi
biasanya memiliki dampak pertama pada komponen kognitif dari sikapnya.
b.
Asosiasi
Memindahkan obyek lama ke obyek yang baru sehingga obyek lama seluruhnya akan
menuju ke obyek baru dan asosiasi akan membentuk sikap karyawan yang baru.
c.
Proses belajar sosial Sumber pembentukan sikap yang umum terjadi dan kuat
sifatnya adalah proses belajar sosial. Sikap dapat dipengaruhi oleh informasi
yang diberikan orang lain yang telah memiliki dan membentuk sikap tertentu
terhadap obyek tersebut.
9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar S faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap yaitu:
a. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman
tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik
dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat
asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,
berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap
sikap konsumennya.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya
konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.
10.
Sikap Pribadi yang Menghambat Motivasi
Faktor
– faktor yang menghambat motivasi bukan hanya berasal dari luar, tetapi juga
dari dalam diri sendiri. Ada beberapa nilai keyakinan, budaya dan kebiasaan
yang menghambat motivasi, diantaranya adalah khurafat dan takhayul, tak akan
lari gunung dikejar, alon – alon asal kelakon, gampangan (bagaimana nanti
sajalah), nrimo (fatalistis), mangan ora mangan pokoke ngumpul, menganggap
kerja kasar itu hina, jimat atau maskot.
11.
Pendapat lain, faktor – faktor yang mempengaruhi sikao adalah:
a.
Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu
sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk
menerima dan mengolah pengaruh – pengaruh yang datang dari luar.
b.
Faktor ekstern adalah faktor yang terdapat diluar pribadi manusia.
Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya interaksi antara
manusia dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melalui alat – alat
komunikasi seperti : surat kabar, radio, televisi, majalah dan sebagainya.
Dalam
hal ini sikap itu dapat diubah atau dibentuk apabila :
a.
Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia
b.
Adanya komunikasi yaitu hubungan langsung dari satu pihak
Pembentukan
dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam
hubungannya dengan suatu obyek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui
hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar,
buku, poster, radio, televisi dan sebagainya. Terdapat banyak kemungkinan yang
mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari
– hari banyak memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dari : orang tua, saudara
– saudara di rumah memiliki peranan penting. Ada 3 hal yang paling penting
dalam pembentukan sikap yaitu :
a.
Media massa
b.
Kelompok sebaya
c.
Kelompok yang meliputi : lembaga sekolah, lembaga keagamaan, organisasi kerja,
dan sebagainya.
12. Cara Pengukuran Sikap
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia
adalah masalah pengungkapan (assessment) dan pengukuran (measurement)
sikap. Menurut Azwar S (2011, p.126) Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran
sikap yaitu :
a. Thrustone
Metode penskalaan Thrustone sering disebut sebagai metode interval tampak
setara. Metode penskalaan pernyataan sikap ini dengan pendekatan stimulus yang
artinya penskalaan dalam
pendekatan ini ditujukan untuk meletakkan stimulus atau pernyataan sikap pada
suatu kontinum psikologis yang akan menunjukkan derajat favourable atau
tak favourable pernyataan yang bersangkutan.
Dengan metode ini perlu ditetapkan adanya sekelompok orang yang akan bertindak
sebagai panel penilai (judging group). Tugasnya adalah menilai satu
penyataan per satu dan kemudian menilai atau memperkirakan derajat favourable
atau tak favourablenya menurut
suatu kontinum yang bergerak dari 1 sampai dengan 11 titik. Anggota panel tidak
boleh dipengaruhi oleh oleh rasa setuju atau tidak setujunya pada isi
pernyataan melainkan semata-mata berdasarkan penilaiannya pada sifat favourablenya.
Dalam menentukan penilaian derajat favourable atau tak favourable setiap
pernyataan sikap, kepada kelompok penilai disajikan suatu kontinum psikologis
dalam bentuk deretan kotak-kotak yang diberi huruf A sampai dengan K.
Kotak
berhuruf A yang berasa paling kiri merupakan tempat untuk meletakkan pernyataan
sikap yang berisi afek paling tidak favourable. Sebaliknya kotak berhuruf K
adalah tempat meletakkan pernyataan yang paling tidak favourable serta
kotak F merupakan tempat meletakkan sikap yang dianggap netral. Sebelum itu,
apabila terdapat penilai yang meletakkan
lebih dari 30 pernyataan ke dalam satu kotak yang sama, maka penilai dianggap
tidak melakukan penilaian dengan A B C D E F G H I J K. Cara yang semestinya
dan hasil penilaiannya harus tidak ikut dianalisis
Pada Tabel 2.1 disajikan contoh hasil penilaian misalnya untuk nomor 1 dan 2.
Huruf f berarti frekuensi, yaitu banyaknya anggota kelompok penilai yang
menempatkan pernyataan nomor 1 ke dalam kotak tertentu. Selanjutnya kotak p
berarti proporsi yang merupakan perbandingan antara frekuensi pada setiap huruf
dan banyaknya subyek
kelompok penilai seluruhnya. Jadi p= f/N. Huruf pk berarti proporsi kumulatif,
yaitu jumlah proporsi pada interval atau angka tertentu ditambah semua proporsi
di bawahnya.
Bila angka dalam tabel semuanya sudah terisi, selanjutnya menghitung nilai
mediannya yang diberi lambang S yaitu :
bb = Batas bawah angka yang berisi median
pkb = proporsi kumulatif di bawah kategori angka yang berisi median
p = proporsi pada kategori angka yang berisi median
I = luas interval angka yang dalam hal ini sama dengan 1
Nilai S merupakan nilai yang menunjukkan bobot favourable suatu pernyataan.
Semakin besar angka yang diperoleh seseorang berarti sikapnya semakin positif
karena untuk memperoleh angka yang besar tentulah ia menyetujui
pernyataan-pernyataan yang nilai skalanya besar yang letaknya pada kontinum
berada pada daerah favourable.
Selain menghitung nilai S, harus dicari juga nilai Q. Nilai Q merupakan
indikator penyebaran penilaian dari 50% anggota kelompok penilai. Dengan kata
lain nilai Q merupakan ukuran variasi distribusi penilaian dari 50% kelompok
penilai terhadap suatu pernyataan. Nilai Q dihitung dengan rumus :
Setelah semua pernyataan memiliki nilai S dan Q, maka sudah siap itu dipilih
mana pernyataan yang diinginkan. Kriteria aitem yang baik adalah pernyataan
yang mempunyai nilai Q kecil dan mempunyai nilai S yang bermacam-macam sehingga
di dalam skala sikap itu terdiri atas berbagai tingkatan nilai S yang selisih
besarnya kurang lebih sama diantara satu pernyataan dengan pernyataan lainnya. Guna
menentukan skor sikap responden, pemeriksa hanya memperhatikan
pernyataan-pernyataan yang disetujui oleh responden
saja. Nilai skala seluruh pernyataan yang disetujui oleh responden kemudian
dijadikan dasar pemberian skor, melalui perhitungan median atau mean
nilai-nilai skala tersebut.
Skor responden yang telah dihitung lewat cara komputasi mean atau komputasi
median merupakan representasi sikap responden yang angkanya dapat dikembalikan
letaknya pada kontinum yang terdiri atas 11 tingkatan. Jadi, suatu skor sikap
responden yang mendekati
angka 11 menunjukkan adanya kecenderungan bersikap positif, sedangkan skor yang
mendekati angka 1 mengindikasikan adanya sikap yang negatif dan skor yang
berada di sekitar angka 6 menunjukkan adanya sikap yang netral.
b. Likert
Menurut Likert dalam buku Azwar S, sikap dapat diukur dengan metode rating yang
dijumlahkan (Method of Summated Ratings). Metode ini merupakan metode
penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar
penentuan nilai
skalanya. Nilai skala setiap pernyataan tidak ditentukan oleh derajat favourable
nya masing-masing akan tetapi ditentukan oleh distribusi respons setuju dan
tidak setuju dari sekelompok responden yang bertindak sebagai kelompok uji coba
(pilot study).
Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh 2
asumsi yaitu:
a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai
pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favourable.
b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus
diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh
responden yang mempunyai pernyataan negatif.
Suatu cara untuk memberikan interpretasi terhadap skor individual dalam skala
rating yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor tersebut dengan harga
rata-rata atau mean skor kelompok di mana responden itu termasuk. Salah satu
skor standar yang biasanya digunakan dalam skala model Likert adalah skor-T,
yaitu:
Keterangan:
X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah
menjadi skor T
‘X= Mean skor
kelompok
S = Deviasi standar skor kelompok
Perlu
pula diingat bahwa perhitungan harga ‘X dan s tidak dilakukan pada distribusi skor
total keseluruhan responden, yaitu skor sikap para responden untuk keseluruhan
pernyataan. Skor sikap yaitu skor X perlu diubah ke dalam skor T agar dapat diinterpretasikan.
Skor T tidak tergantung pada banyaknya pernyataan, akan tetapi tergantung pada
mean dan deviasi standar
pada skor kelompok. Jika skor T yang didapat lebih besar dari nilai mean maka
mempunyai sikap cenderung lebih favourable atau positif. Sebaliknya jika
skor T yang didapat lebih kecil dari nilai mean maka mempunyai sikap cenderung
tidak favourable atau negatif. \
Tugas Kuliah:
Buatlah rangkuman materi kuliah dan
berilah catatan penting menurut anda. Kirimkan tugas ke WA group paling lama 7
(tujuh) hari setelah kuliah.